tag:blogger.com,1999:blog-85569812677867176782024-03-19T10:35:44.991+07:00POLITIK NABI MUHAMMADUnknownnoreply@blogger.comBlogger58125tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-29803988635793356762010-07-30T20:58:00.000+07:002010-07-30T20:58:33.043+07:00Penyebab Pertikaian Alim Ulama Hingga Hari Ini<div style="text-align: justify;">Menurut pendapat saya ( Maulana Zakariyya rah.a ) yang hina ini, terdapat dua sebab terjadinya pertikaian yang semakin bertambah hingga hari ini. Satu penyebab ditujukan kepada alim ulama itu sendiri, dan yang satu lagi ditujukan kepada masyarakat umum.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b>Penyebab Pertama:</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><b style="color: orange;">Kesalahan ulama</b> ialah mereka <b style="color: #e06666;">tidak membatasi masalah perselisihan itu pada kalangan alim ulama saja,</b> tetapi mereka telah menyimpang arahnya, lalu menyiarkannya ke masyarakat awam dengan tujuan untuk mendapatkan dukungan masyarakat umum dalam 'peperangan' mereka. Dengan bantuan dan dukungan masyarakat umum, mereka berusaha menyakiti dan menghina ulama lawannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Seharusnya, cara bertindak mereka adalah dengan cara menyampaikan pandangan dan hasil kajian mereka di tengah <b style="color: #6aa84f;">forum alim ulama </b>tanpa rasa takut dan gentar. Katakanlah apa yang mereka pikirkan adalah haq. Dan mereka pun jangan gentar atas tuduhan dan kritikan yang dilontarkan ke atas mereka. Dan jangan terpengaruh apakah orang mengamalkan atau tidak hasil kajian mereka. Ingatlah, bahwa mereka adalah dari ahli haq. Kebenaran mereka tidak tergugat, baik orang mengikuti mereka atau tidak. Jika tidak ada seorang pun yang mengikuti pendapatnya, apa bedanya?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Terdapat sebagian Nabi Allah yang hanya memiliki seorang pengikut. ( Kitab Misykat ). Apakah ini bermakna; terdapat kecacatan pada kemuliaan Nabi ini? Lihat sahabat Abu Dzar ra.. Ia berfatwa; sama sekali jangan mengumpulkan harta. Fatwanya bertentangan dengan sebagian besar sahabat ra., namun ia terus menyebarkan fatwanya tersebut di setiap pertemuan yang ia hadiri, tidak peduli apakah orang menerimanya ataupun tidak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Secara khusus, penting mewaspadai suasana yang di dalamnya terdapat kumpulan orang-orang awam yang tidak memahami seluk beluk perbedaan pendapat di kalangan ulama. Seorang ulama perlu menahan diri dari menyatakan perbedaan pendapat mereka secara terbuka. Mereka perlu menyatakannya di kalangan alim ulama saja. Walau bagaimanapun, jika dikhawatirkan ia akan dituduh bersalah karena menyembunyikan ilmu atau karena untuk rnenyampaikan tujuan kepentingannya, maka hal-hal itu mesti dinyatakan. Bahkan, lakukanlah dengan segala kemampuan! Tetapi jika perkara ini dinyatakan di hadapan orang awam yang dapat memahami dengan baik lalu memaksa mereka menjadi pendukung setia, lalu menjadi pendukung setia fatwanya, maka ini salah besar!</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Alim ulama hendaknya memahami bahwa jika para ulama ahli haq tidak menyetujui, ini bermakna terdapat ruang bagi orang-orang awam untuk beramal dengan kedua pendapat yang berbeda. Bukankah hal ini yang kita lihat pada hari ini? Anda menaikkan semangat orang awam agar menentang pihak lawan. Hasilnya, emosi para pengikut pihak lawan pun akan naik terhadap Anda. Jadi, Anda sendiri dapat membayangkan rentetan dan hasil apa yang akan terjadi selanjutnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bagi diri kita, kita memiliki teladan leluhur kita yang dahulu. Sudah menjadi amalan umum bagi para sahabat yaitu mendirikan shalat Witir tiga rakaat, namun Mu'awiyah ra. biasa melakukannya hanya satu rakaat shalat. Hal ini telah terlihat oleh Kuraib, hamba Ibnu Abbas ra. yang telah merdeka. Hal itu ia laporkan kepada Ibnu Abbas ra.. Ibnu Abbas ra. berkata, "Jangan engkau menentangnya, karena ia juga seorang ahli fiqih yang termasyhur." ( Hadits Riwayat Bukhari ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada saat shalat safar, Abdullah bin Mas'ud ra. dan hampir semua sahabat ra. biasa mendirikan shalat fardhu dengan hanya dua rakaat ( bukan empat rakaat ). Seseorang memberitahunya bahwa di Mina, Utsman ra. melakukannya empat rakaat ( dalam keadaan masih safar ). Abdullah bin Mas'ud ra. berkata, "Inna lilahi wa inna ilaihi raaji'un. Sesungguhnya aku bersama Rasulullah saw. melakukan dua rakaat di Mina, bersama Abu Bakar dua rakaat, bersama Umar pun dua rakaat."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Menurut hadits yang lain, Ibnu Mas'ud ra. juga melakukannya dua rakaat bersama Utsman ra. pada masa awal kekhalifahannya. Namun demikian, diriwayatkan dalam Shahih Abu Dawud bahwa Abdullah bin Mas'ud ra. melakukan empat rakaat bersama Utsman ra., sehingga seseorang berkata, "Mengapa dahulu engkau menentang Utsman melakukan empat rakaat ( di Mina ), sedangkan engkau sekarang melakukannya empat rakaat ( bukan dua rakaat )." Beliau menjawab, "Menentang Khalifah adalah sesuatu yang sangat berbahaya."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Alasan jawaban di atas adalah jelas, karena Abdullah bin Mas'ud ra. menganggap Utsman ra. adalah seorang musafir ( jadi ia perlu melakukan dua rakaat saja ). Namun ia telah berniat untuk tinggal, maka ia harus shalat empat rakaat. Abdullah bin Mas'ud ra. seorang mujtahid, demikian juga Utsman ra., sehingga Abdullah bin Mas'ud ra. tidak menganggap fatwanya itu wajib diikuti oleh orang lain.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Seseorang bertanya kepada Umar ra., "Apakah engkau akan melantik seorang khalifah penggantimu?" Beliau menjawab, "Jika aku tidak melantik penggantiku, maka itu tidak kulakukan karena Rasulullah saw. tidak melakukannya ( berdasarkan perintah Al Qur’an ). Dan jika aku melantik penggantiku, aku melakukannya karena Abu Bakar telah melantikku."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br />
Menurut Abu Bakar ra., setelah memerangi mereka yang enggan membayar zakat, maka harta benda mereka menjadi ghanimah ( harta rampasan ), keluarga mereka menjadi hamba. Umar ra. tidak setuju dengan fatwa ini. Demikianlah fatwa pada masa kekhalifahan Abu Bakar ra., dan telah diterima oleh Umar ra. dan para sahabat lainnya. Tetapi pada masa kekhalifahan Umar ra., fatwa Umar ra. juga diterima dan diamalkan oleh yang lainnya. ( Sumber: Kitab Fathul Bari ).<br />
<br />
Dalam pandangan Imam Syafi'i rah.a., membaca doa Qunut dalam shalat Shubuh adalah sunnah. Namun pada suatu ketika, beliau menziarahi kubur Imam Abu Hanifah rah.a.. Dan ketika memasuki waktu shalat Shubuh, sengaja ia tidak membaca doa Qunut tersebut ( riwayat yang lain juga menyebutkan bahwa ia pun tidak membaca bismilah secara jahar ( kuat ), padahal berdasarkan fatwanya hal itu sunnah. Ketika ia ditanya mengenai hal ini, ia menjawab, "<b style="color: #6fa8dc;">Karena beradab dengan penghuni kubur ini ( Imam Abu Hanifah rah.a.), sehingga aku meninggalkannya</b>."<br />
<br />
Sebagian orang mempermasalahkan hal ini dengan berkata, "Bagaimana pengamalan sunnah bisa ditinggalkan semata-mata karena menghormati seseorang." Kepribadian dan derajat Imam Syafi'i rah.a. demikian tinggi, dan kita dapat mengatakan bahwa ia sengaja meninggalkan sunnah tersebut karena orang lain padahal ia seorang mujtahid.<br />
<br />
Masalah ini perlu dipahami betul-betul. Imam Syafi'i rah.a. sebenarnya tidak meninggalkan sunnah karena menghormati Imam Abu Hanifah rah.a.. Apa yang dilakukannya sebenarnya pada saat tersebut, tahqiq ( kajian ) yang dilakukan oleh Imam Abu Hanifah rah.a. adalah lebih utama daripadanya. Berdasarkan tahqiq yang dilakukan oleh Abu Hanifah rah.a., masalah-masalah tadi bukanlah sunnah. Menurutnya membaca Qunut dalam shalat Shubuh bukanlah sunnah dan membaca bismilah dengan jahr pun bukan sunnah. Apakah salah bagi seorang mujtahid besar, jika ia sendiri berfatwa sesuatu itu sunnah lalu mengamalkan tahqiq orang lain yang "juga seorang mujtahid yang ternama dan mulia?<br />
<br />
Alim ulama Al-Muhaqqiqin dan kalangan Syafi'iyah mensahkan peristiwa ini. Ibnu Hajar Makki rah.a. walaupun tergolong sebagai ulama kalangan Syafi'iyah menulis, "Sebagian orang meragukan peristiwa ini. Sebenarnya, tidak perlu diragukan dan tidak perlu dibantah. Kadangkala masalah yang timbul dan bertentangan dengan sunnah pada saat itu adalah lebih utama. Misalnya, memberi penghormatan kepada ulama adalah wajib pada suatu masa, terutama di hadapan orang-orang yang ada hasad dan dengki terhadap ulama. Kewajiban ini disetujui kesepakatannya. ( Hadits Riwayat Muttafaqun Alaihi ).<br />
Sedangkan masalah Qunut dan Bismilah jahr atau perlahan adalah sekadar perbedaan pendapat dengan beragam pendapat.<br />
</span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-20746714822230165802010-07-30T20:51:00.000+07:002010-07-30T20:51:49.164+07:00Perbedaan Antara Empat Imam Mujtahidin<div style="text-align: justify;">Kita melihat demikian banyak masalah fiqih, yang para sahabat dan para tabi'in saja berselisih pendapat mengenainya. Kita pun mendapatkan perbedaan pendapat di kalangan empat Imam mujtahidin selama 1200 tahun. Setiap Imam mempunyai berjuta-juta pengikut yang beramal dengan madzhab mereka masing-masing. Saya ( Maulana Zakariyya rah.a. ) pernah menghitung dan mengumpulkan pendapat-pendapat yang berbeda di kalangan mereka dalam masalah empat rakaat shalat. Dan hasilnya, orang kerdil seperti saya ini telah menjumpai 150 perbedaan pendapat di antara mereka!! Berapa banyak lagi yang dapat dikumpulkan oleh orang yang lebih baik daripada saya?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Perbedaan mengenai saat pada hari Jumat yang doa akan dimakbul-kan oleh Allah, saat yang mana? Perbedaan mengenai penentuan kedatangan Lailatul Qadar kurang lebih terdapat lima puluh pendapat ( Kitab Aujaz Masaalik ). Mengenai perintah Al Qur’an agar kita menjaga shalat Wustha, yaitu shalat yang di tengah-tengah, terdapat 22 qaul. Demikianlah telah menjadi tabi'at bahwa mesti terjadi suatu perbedaan pendapat dan hal itu telah terjadi dari masa ke masa.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sekarang saya bertanya kepada Anda, "Adakah ini suatu fitnah ataukah maksiat? Apakah umat akan terjerumus ke dalam kebinasaan dan bala musibah disebabkan hal ini atau kita harus mengakui bahwa umat ini memiliki kemudahan dan kelonggaran di dalamnya?"</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Berbagai kitab telah menyatakan mereka yang bergembira dengan adanya perbedaan ini. Anda telah mengetahui bagaimana sikap Umar bin Abdul Aziz ra. yang senang atas hal ini.</div><div style="text-align: justify;">Ketika Khalifah dari Klen Abbasiah, Abu Ja'far Al-Mansur menunaikan ibadah haji, ia bertemu Imam Malik rah.a.. Ia meminta Imam Malik rah.a. agar memperbanyak salinan kitab-kitabnya. Khalifah menyatakan hasratnya untuk menyebarkan salinan-salinan tersebut ke seluruh wilayah kerajaan-nya dan memerintahkan semua rakyatnya agar mengikutinya dan tidak melanggar hal ini. <b style="color: #ea9999;">I</b><span style="color: #ea9999;"><b style="color: #ea9999;">mam Malik rah.a</b>.</span> <b style="color: #cc0000;">tidak menyetujuinya</b> dan berkata, "<span style="color: #6aa84f;">Berbagai hadits telah sampai di berbagai tempat dan setiap jamaah mengikuti dan mengamalkan sesuai dengan hadits yang dilaporkan dan diterima oleh mereka. Maka biarkanlah mereka beramal dan mengikuti madzhab mereka</span>."</div><div style="text-align: justify;">Kemudian Khalifah dari klen Abbasiah yang lain, Harun Al Rasyid juga telah bermusyawarah dengan Imam Malik rah.a. dengan berkata, "Aku berhasrat agar naskah Al-Muwaththa Imam Malik diletakkan di dalam Ka’bah dan mengumumkan bahwa wajib setiap orang beramal dengannya." Ini pun tidak disetujui oleh Imam Malik sambil berkata, "<b style="color: #ffd966;">Terdapat perbedaan pendapat di kalangan para sahabat ra. dalam hukum-hukum furu</b>'. Dan mereka betul dalam itjtihad mereka. Hukum-hukum telah tersebar jauh dan banyak orang yang telah beramal menurut hukum-hukum tersebut ( jangan melarang dan membingungkan mereka )." Dan Khalifah Harun Al Rasyid sangat gembira dengan jawaban ini. ( Sumber: Kitab Aujazul Masalik ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Perbedaan antara madzhab Hanafi dan Syafi'i telah dikenal oleh umum. Di dalam sebagian besar masalah hukum mereka terdapat pandangan-pandangan yang berbeda. Namun Imam Syafi'i rah. a. berkata, "Siapa yang ingin menjadi seorang faqih, hendaklah ia mengkaitkan dirinya dengan salah seorang murid Imam Abu Hanifah. Aku sendiri menjadi seorang faqih melalui kitab-kitab Imam Abu Muhammad ( pengikut Imam Abu Hanifah rah. )."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Imam Abu Hanifah rah.a. berkata kepada para pengikutnya, "Siapa saja yang menemukan hujjah yang bertentangan dengan madzhabku, maka terimalah ia." Mengenai hal ini, pengarang Kitab Durrul Mantsur menulis, "Yang mendasari kata-kata Imam Hanafi rah.a. adalah adanya <b style="color: #93c47d;">perbedaan pendapat di kalangan ulama menunjukkan <span style="color: #e06666;">rahmat</span></b>, dengan <b style="color: #cc0000;">syarat perbedaan itu sesuai dengan syariat dan kaidah-kaidah agama.</b> Lebih besar perbedaannya, lebih banyak rahmatnya." ( Kitab Syami ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Orang-orang yang terhormat ini, tidak ada bimbang sedikit pun dengan segala perbedaan di antara mereka. Sekarang saya bertanya, "Perhatikanlah juga perkara yang alirn ulama tidak berbeda pendapat mengenainya. Apakah yang terjadi pada masalah tersebut, seperti shalat, janggut, arak, uang bunga dan yang lainnya. Apakah ada perbedaan tentang kewajiban shalat? Bagaimanakah keadaannya? Juga yang lain-lainnya. Bagaimana pemeliharaan kaum muslimin atas semua itu adalah jelas dan Anda dapat melihat pengaruhnya."</div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-70729843275125715922010-07-29T22:59:00.000+07:002010-07-29T22:59:11.480+07:00Perselisihan Pendapat Di antara Para Sahabat ra.<div style="text-align: justify;">Demikian juga terdapat banyak perbedaan pendapat yang masyhur di kalangan para sahabat r.a.. Abu Ja'far Mansur rah.a. mengharamkan Imam Malik rah.a. menulis kitab yang bebas dari kekerasan Abdullah bin Umar ra. dan kelembutan Abdullah bin Abbas ra. ( lihat Kitab Aujazul Masalik ). Ini menunjukkan perbedaan di antara keduanya sama seperti kedua orang sahabat yang terkemuka tadi.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kita pun mengetahui bahwa banyak masalah fiqih yang menjadi perbedaan di kalangan sahabat ra.. Siapa yang mengkaji dan membaca Shahih Tirmidzi, tentu mengetahuinya. Mereka berbeda pendapat mengenai orang yang bersalah karena dosa liwath ( homo seksual ). Anda akan mengetahui bahwa Abu Bakar ra. berpendapat bahwa ia perlu dibakar hingga mati. Ibnu Abbas ra. berkata, hendaknya ia dibuang dengan kepala lebih dahulu dihujamkan dari tempat yang tinggi. Menurut beberapa sahabat yang lainnya, hendaklah ia dibunuh.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Menurut Umar ra., menyentuh kemaluan itu membatalkan wudhu, tetapi menurut Ali bin Abi Thalib r.a. dan Abdullah bin Mas'ud ra. tidak membatalkan wudhu. Menurut jumhur ( mayoritas ) sahabat ra. mubah berwudhu dengan air laut, sedangkan Ibnu Umar ra. berpendapat makruh. Menurut kebanyakan sahabat ra. adalah mustahab, sedangkan Abu Hurairah ra. berpendapat wajib. Umar bin Khaththab ra. dan Abdullah bin Umar ra. berkata bahwa menjerit dan meratapi mayat adalah menyiksa mayat, sedangkan Aisyah ra. dengan keras menyangkalnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Imam Zuhri rah.a. meriwayatkan bahwa terdapat perbedaan antara Abdullah bin Abbas ra. dan Abu Hurairah ra. mengenai puasa yang tertinggal pada bulan Ramadhan, apakah patut diganti dengan cara terus menerus atau selang-seling. Dan banyak sahabat ra. yang berpendapat bahwa wudhu bisa batal setelah memakan makanan yang dimasak oleh api. Di antara mereka yang berpegang dengan pendapat ini adalah Anas ra., Abu Hurairah ra., Ibnu Umar ra., Aisyah ra. dan lain-lainnya, tetapi menurut keempat khalifah dan jumhur sahabat, itu tidak membatalkan wudhu. Abdullah bin Umar ra. menganut paham bahwa dalam tayammum perlu mengusapkan tangan yang berdebu hingga ke siku, sedangkan Ali ra. berpendapat cukup hingga ke pergelangan tangan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Abdullah bin Umar ra. dan Anas ra. berpendapat bahwa jika keledai buang air kecil di depan orang yang sedang shalat, batallah shalat tersebut. Sedangkan Utsman ra., Ali ra. dan yang lainnya berkata bahwa shalat tersebut tidak batal.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jika ada dua orang yang sedang shalat bersama imam, maka menurut para sahabat ra., imam hendaklah berdiri di depan. Sedangkan Abdullah bin Mas'ud ra. berkata imam hendaklah berdiri diantara dua orang dalam barisan. Sangat menarik untuk dicatat bahwa, di antara Umar bin Khaththab ra. dan putranya sendiri, Abdullah bin Umar r.a. terdapat banyak perbedaan pendapat dalam urusan fiqh. Seseorang bertanya kepada Hasan Al-Basri, "Mengapa Ibnu Umar ( Abdullah bin Umar ) melakukan shalat Witir tiga rakaat dengan memberi salam di antaranya ( ia shalat dua rakaat dengan salam lalu menambah satu rakaat lagi dengan salam )?" Hasan ra. menjawab, "Umar ( maksudnya Umar bin Khaththab, ayahnya ) shalat tiga rakaat sekali dan ia lebih faqih ( menguasai ilmunya ) daripada Ibnu Umar ra.." ( Sumber: Kitab Hasyiyah Bukhari ). </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-25616902391723086802010-07-29T22:54:00.000+07:002010-07-29T22:54:36.870+07:00Perbedaan Antara Abu Bakar ra. dan Umar ra.<div style="text-align: justify;">Rasulullah saw. bersabda, "Ada dua malaikat di langit. Yang satu menghukum dengan keras dan yang lainnya ringan ( lembut ). Keduanya betul. Yang satu adalah Jibril dan yang lainnya Mikail. Terdapat dua Nabi, seorang menghukum keras dan seorang menghukum lembut, keduanya benar. Seorang ialah Ibrahim as. dan yang lainnya adalah Nuh as.. Dan ada dua sahabatku. Seorang menghukum keras dan yang lainnya lembut. Keduanya benar. Seorang ialah Umar bin Khaththab dan yang lainnya adalah Abu Bakar." ( Sumber : Kitab Jami'ush Shaghir – Hadits Riwayat Thabrani, Abu Asakir : Dari Ummi Salamah yang katanya dhaif, tetapi Azizi berkata sanadnya shahih ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Camkanlah dalam ingatan Anda, bahwa alim ulama, para sufi dan semua tokoh di setiap zaman masing-masing selalu memiliki perbedaan. Kadangkala disebabkan perbedaan tabiat/ karakter, di antara ulama ahli haq pun terjadi perbedaan. Ada yang condong bersikap keras dan yang condong bersikap lembut. Perbedaan pendapat antara Abu Bakar ra. dan Umar ra. dalam menyikapi tawanan perang Badar termasuk dalam masalah ini. Abdullah bin Mas'ud ra. berkata bahwa ketika para tawanan itu dibawa ke hadapan Rasulullah saw., Abu Bakar ra. berkata, "Ya Rasulullah! Mereka adalah kaum kerabatmu. Bebaskanlah mereka dan jangan dibunuh. Mungkin mereka akan bertaubat." Sedangkan Umar ra. berkata, "Ya Rasulullah, mereka adalah orang-orang yang mendustaimu dan menyakitimu. Mereka telah memaksamu keluar dari Mekkah. Sebaiknya mereka dibunuh." Para sahabat berselisih pendapat dalam hal ini. Rasulullah saw. pun berdiam diri. Kemudian beliau memasuki rumahnya, lalu keluar dan bersabda, "Allah menyebabkan hati sebagian orang menjadi lembut, lebih lembut daripada susu. Dan Allah menyebabkan hati sebagian orang keras, sehingga lebih keras daripada batu. Abu Bakar, permisalanmu seperti Ibrahim as. yang berkata,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikBj37QSXs_6CbZgEyT-Ny9Jd3vDB_aeuYJrdhwZCYZKvGmsiF3C5WE1rIiRcnzODNVo_R6nRtmqHJKGaZlv9tEXtWErADFtVpdoCDi2Dq0Qigq-jz-ChoUMkCKt_zUL8LsjhWII7KDrI/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+192-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-7+QS1+Ibrahim+36.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="38" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikBj37QSXs_6CbZgEyT-Ny9Jd3vDB_aeuYJrdhwZCYZKvGmsiF3C5WE1rIiRcnzODNVo_R6nRtmqHJKGaZlv9tEXtWErADFtVpdoCDi2Dq0Qigq-jz-ChoUMkCKt_zUL8LsjhWII7KDrI/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+192-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-7+QS1+Ibrahim+36.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">"Maka barangsiapa mengikutiku, sesungguhnya ia termasuk golonganku. Dan barangsiapa mendurhakaiku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Ibrahim : 36). Dan permisalanmu Abu Bakar, juga seperti Isa as. yang berkata,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5YJTJtQCmLh7eoXz-f3ggV8a7j5dXAV3c7ajLQsM8Ao1l7WZwdaneLIhG1JoCuiANqXhbt0-njStllDgR95OUhjw-oiYbxYvXFH5ZHOygzoizvu_Cljvhih_67woJd_vu36ikGb8HaPM/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+192-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-7+QS2+Al+Maidah+118.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="78" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg5YJTJtQCmLh7eoXz-f3ggV8a7j5dXAV3c7ajLQsM8Ao1l7WZwdaneLIhG1JoCuiANqXhbt0-njStllDgR95OUhjw-oiYbxYvXFH5ZHOygzoizvu_Cljvhih_67woJd_vu36ikGb8HaPM/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+192-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-7+QS2+Al+Maidah+118.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">"Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Mu. Dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau Maha Kuasa lagi Maha Biajaksana. " ( QS Al-Maidah : 118 ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dan Umar, permisalanmu adalah seperti Nuh as. yang berkata,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKDityXUOcw35drW4a04ppf5HN2Lo_oW4Kj3krlf_osVqjButDTGwal3RWnAr3vrdq4PKgw4uP8GMeMpNr2cZbyIclAyXg9sifjmLd2gpViRZ9cItUEE311EbncW0VNqlbKdZo_3CysKI/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+192-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-7+QS3+Nuh+26-Umar+seperti+Nuh+yg+berkata.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="60" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKDityXUOcw35drW4a04ppf5HN2Lo_oW4Kj3krlf_osVqjButDTGwal3RWnAr3vrdq4PKgw4uP8GMeMpNr2cZbyIclAyXg9sifjmLd2gpViRZ9cItUEE311EbncW0VNqlbKdZo_3CysKI/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+192-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-7+QS3+Nuh+26-Umar+seperti+Nuh+yg+berkata.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Ya Tuhanku, jangan Engkau biarkan seorang pun diantara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi, " (Nuh : 26) . Dan permisalanmu Umar, juga seperti Musa as. yang berkata,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNpzyyvQt_p4Rdntu2kNu4q5t7CHWg5eicOx7CvSdk2mufvJxDytFPEaPPUJ_wLUPbF33k7OvQAhkkdxQKiqOsyuVRmk1FQXM3O4xXPe78I4Nwczaov3qBL7wJoxrO5nf4IAa9fqAuvRA/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+193-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-7+QS1+Yunus+88+Umar+juga+seperti+Musa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="81" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNpzyyvQt_p4Rdntu2kNu4q5t7CHWg5eicOx7CvSdk2mufvJxDytFPEaPPUJ_wLUPbF33k7OvQAhkkdxQKiqOsyuVRmk1FQXM3O4xXPe78I4Nwczaov3qBL7wJoxrO5nf4IAa9fqAuvRA/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+193-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-7+QS1+Yunus+88+Umar+juga+seperti+Musa.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">"Ya Robbana, binasakan harta benda mereka dan kuncilah hati mereka sehingga mereka tidak beriman, hinggalah mereka melihat siksa yang sangat pedih." ( QS Yunus : 88 ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br />
Demikianlah, terdapat perbedaan di antara keduanya. Keduanya juga tidak sepakat dalam masalah memerangi mereka yang ingkar membayar zakat. Mereka juga berbeda pendapat mengenai harta para tawanan yang diambil sebagai harta rampasan dan mengenai menjadikan istri-istri dan anak-anak mereka sebagai budak. Mereka juga tidak bersepakat dalam hal pengiriman tentara Usamah bin Zaid ra., juga mengenai pergantian jabatan Khalid bin Walid ra. sebagai pemimpin tentara. Pada akhirnya, walaupun Umar ra. mendesak penggantian jabatan Khalid bin Walid ra., Abu Bakar ra. enggan melakukannya. Namun ketika Umar ra. menjadi Khalifah, ia langsung mencopot jabatan Khalid ra. dan menggantikannya. Dalam hal pengumpulan Al Qur’an, hukum waris karena kakek, dan kasus pencuri yang mencuri tiga kali, juga terdapat perbedaan pendapat. Abu Bakar ra. memerintahkan tangan kiri dipotong sedangkan Umar ra. enggan melakukannya pada masa ia menjadi khalifah. Menurut Abu Bakar ra., penjualan hamba perempuan yang telah melahirkan anak kepada tuannya dibenarkan, namun Umar ra. tidak membenarkannya.<br />
<br />
Demikianlah, masih banyak masalah dalam hukum dan dasar Islam yang tidak disepakati oleh kedua sahabat yang masyhur ini. Jika dicatat, tentu memerlukan lebih banyak lembaran lagi dalam risalah ini.<br />
</span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-59051783039596730292010-07-29T22:44:00.000+07:002010-07-29T22:44:25.820+07:00Kesalahpahaman Ummat Islam Terhadap Perbedaan Pendapat<div style="text-align: justify;">Pertanyaan ketujuh yang diajukan oleh murid Maulana Zakariyya rah.a. kepada beliau:</div><div style="text-align: justify;">Banyak mudharat/ kerugian yang timbul karena perbedaan pendapat di kalangan ulama. Bagaimana pendapat Anda?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jawaban Maulana adalah:</div><div style="text-align: justify;">Saya tidak menerima sepenuhnya pernyataan Anda. Saya senantiasa berpendapat bahwa perbedaan di kalangan ulama adalah rahmat yang besar dari Allah swt.. Anda tentu ingat penyampaian saya dalam mata kuliah hadits, bahwa apabila muncul banyak masalah khilafiyah/ perbedaan pendapat, saya katakan itu sebenarnya demi kemudahan umat ini. Di samping karena alasan masing-masing hadits itu akan ter-amalkan seluruhnya, juga akan muncul berbagai cara dalam penerapannya berdasarkan kaidah syariat yang telah ditetapkan kebenarannya. Sedangkan masalah-masalah yang tidak ada khilafiyah di dalamnya, otomatis hanya ada satu cara yang dibenarkan dalam penerapannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Disebabkan umat Muhammad saw. ini tidak akan bersepakat di atas kesesatan, maka umat yang terbaik ini sama sekali tidak akan mencapai suatu kesepakatan penuh atau bersandar di atas kesesatan. Apabila umat ini menyepakati suatu perkara, maka itu pun adalah kehendak Allah. Rasulullah saw. bersabda, "Umatku tidak akan bersatu di atas kesesataan." Banyak para sahabat ra. yang meriwayatkan hadits ini. Di tempat lain, Rasulullah saw. bersabda, "Aku berdoa kepada Allah agar umatku tidak bersepakat di atas kesesatan dan Allah mengabulkan doaku itu."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Di dalam hadits lain, diriwayatkan bahwa Allah telah melindungi kaum muslimin dari tiga perkara. Di antaranya kaum muslimin tidak akan bersepakat di atas kesesatan. Hafizh Iraqi rah.a. berkata, "Kesepakatan ini dalam segala segi, dalam perkataan, perbuatan, i'tikad ( kepercayaan ), syariat dan makna perkataan."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Silakan Anda pikirkan, perhatikanlah orang yang dikatakan 'cerdas' ini, dari 'kecerdasannya' ia memperkenalkan ke dalam syariat sesuatu yang tidak ada kesepakatan sebagaimana yang diajarkan oleh orang-orang shaleh dahulu dan bertentangan dengan kesepakatan umum mereka. Jika tidak disebut sebagai suatu kesesatan yang nyata, apa lagi yang akan Anda sebutkan atasnya?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sebaliknya jika ahli-ahli hak itu tidak bersepakat atas semua perkara, berarti masih ada ruang dan bidang untuk perbedaan pendapat. Banyak sabda Rasulullah saw. yang menguatkan hal ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Umar bin Abdul Aziz ra. --yang masyhur disebut Umar kedua dimana pada masa kekhalifahannya bagaikan pada masa Khulafaur Rasyidin--, berkata,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQSmoSHaVjOnjfXryuUoX0Xc0ov_kRDRwGkKkRzs8qFDHcji6uB0kSlKtFyXtd4RgnpBONembCDgVZn4TxXICFqJ9ccCLoOchns1xaUM-1Ij_EIbaaAPnEyQ_uIKgyCxk5fcEj68E5llo/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+190-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-7+Umar+bin+Abdul+Azis-Aku+tidak+akan+merasa+senang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="82" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQSmoSHaVjOnjfXryuUoX0Xc0ov_kRDRwGkKkRzs8qFDHcji6uB0kSlKtFyXtd4RgnpBONembCDgVZn4TxXICFqJ9ccCLoOchns1xaUM-1Ij_EIbaaAPnEyQ_uIKgyCxk5fcEj68E5llo/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+190-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-7+Umar+bin+Abdul+Azis-Aku+tidak+akan+merasa+senang.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">"<b style="color: #93c47d;">Aku tidak akan merasa senang, jika para sahabat Muhammad saw. tidak berbeda pendapat, karena jika mereka tidak berbeda pendapat, maka tidak akan terjadi rukhsah/ keringanan dalam melaksanakan suatu aturan syariat.</b>" ( Az-Zarqani ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Imam Daromi rah.a. juga mengutip pernyataan yang sama dari Umar bin Abdul Aziz ra.. Kemudian ia menulis, "Selanjutnya Umar bin Abdul Azis mengirim utusan ke seluruh wilayah kekuasaannya dan memberitahu mereka bahwa setiap orang hendaklah beramal sesuai dengan fatwa yang dikeluarkan oleh ulama mereka masing-masing."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">'Aun bin Abdullah ra. -seorang qari dan abid yang terkenal-, berkata, "Aku tidak senang jika tidak ada perbedaan pendapat di kalangan para sahabat ra., karena jika mereka bersepakat dalam suatu keputusan, dan siapa yang beramal bertentangan dengannya, maka ia akan menjadi orang yang meninggalkan sunnah. Sedangkan jika mereka berbeda pendapat, dan seseorang menuruti salah satu pendapat dari kalangan mereka, maka ia tidak melanggar batasan sunnah." ( Hadits Riwayat Daromi ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Abdullah bin Mubarak rah.a. --seorang imam yang masyhur-, berkata, "Setiap pendapat yang bertentangan dengan Al Qur’an dan hadits tidak dapat diterima. Juga tidak dapat diterima pendapat yang bertentangan dengan pendapat yang telah disepakati oleh para sahabat ra.. Walau bagaimanapun, jika ada perbedaan pendapat di kalangan para sahabat ra., kita dapat memilih pendapat yang lebih merujuk kepada Al Qur’an dan hadits." Di tempat lain, ia menulis, "Kita jangan melampaui kenyataan-kenyataan para sahabat ra.." ( Sumber: Kitab Muqaddimah Aujazul Masaalik ).</div><div style="text-align: justify;">Di dalam Kitab Durrul Mantsur dan Syami ditulis bahwa perbedaan pendapat di kalangan para imam mujtahidin adalah rahmat. Semakin kuat perbedaannya, semakin bertambah rahmatnya. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dan saya bertanya kepada Anda, Pada zaman dan era manakah yang tidak ada perbedaan yang demikian baik, pada masa permulaan Islam atau pada masa selanjutnya? Sebenarnya, sejak permulaan dunia, tiada satu masa pun para pencari kebenaran itu bersepakat mutlak. Allah sendiri menurunkan satu agama-Nya di dunia ini kepada semua nabi-Nya. Pada dasarnya, agama tetap sama, tetapi secara furu' (cabang) selalu ada perbedaan. Tidakkah perbedaan juga timbul dalam pengadilan yang dibuat oleh Dawud as. dan Sulaiman as.? Walaupun berbeda, tidakkah keduanya dipuji oleh Allah swt.?</div><div style="text-align: justify;">Allah swt berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUspIZGZOCz05uh2k7Lgm4WjjHP03MwIdMItGGdq2nLwL4rZWaYCWnCDViDIpMhFTGGSAkujjrmbxqLqIhGQhSVitMmDmuuFuLLLF-hq9BwHGxogzISfIYlrkAw4wMcUOh52_1XAbiX04/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+191-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-7+QS+Al+Anbiyaa+78-79.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="146" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhUspIZGZOCz05uh2k7Lgm4WjjHP03MwIdMItGGdq2nLwL4rZWaYCWnCDViDIpMhFTGGSAkujjrmbxqLqIhGQhSVitMmDmuuFuLLLF-hq9BwHGxogzISfIYlrkAw4wMcUOh52_1XAbiX04/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+191-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-7+QS+Al+Anbiyaa+78-79.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">"<b><span style="color: #f6b26b;">Dan ( ingatlah kisah ) Dawud dan Sulaiman, ketika keduanya memberi keputusan mengenai tanaman, ketika tanaman itu rusak oleh kambing-kambing milik kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu. Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum ( yang lebih tepat ), dan kepada masing-masing mereka telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Dawud, dan Kami ( kuasa ) berbuat ( demikian )</span>.</b> " (Al-Anbiya : 78-79) .</div><div style="text-align: justify;">Ini menunjukan bahwa pengadilan Dawud as. tidak bertentangan dengan syariat. ( Sumber: Kitab Bayanul Quran ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-711969726547573202010-07-29T22:35:00.000+07:002010-07-29T22:35:00.958+07:00Kepentingan Sunnah Rasulullah saw.<div style="text-align: justify;">Bagaimana agama tidak tertindas, jika kita menafikan, mencemooh atau memperolok-olok masalah sunnah yang telah pasti dan tanpa ragu ini? Al Qur’an sendiri telah menegaskannya bukan di satu tempat saja bahkan di berbagai tempat. Salah satunya berbunyi,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWNX5mG_TQTOqjkaJhEkpC6O5vLIvYa5F3xhsbTRTkddvTaky8mBTzXKTHBR7nPVZvSEgkYDddHk4FClhTjAlm-i_hyKvRH9am2csxSfcldvxLTBrcw4dQXcjxdxWftnNtEFkNBI0fQd8/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+156-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+QS1+An+Nisaa+65+Maka+demi+Tuhanmu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="87" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhWNX5mG_TQTOqjkaJhEkpC6O5vLIvYa5F3xhsbTRTkddvTaky8mBTzXKTHBR7nPVZvSEgkYDddHk4FClhTjAlm-i_hyKvRH9am2csxSfcldvxLTBrcw4dQXcjxdxWftnNtEFkNBI0fQd8/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+156-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+QS1+An+Nisaa+65+Maka+demi+Tuhanmu.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">"<span style="color: #f6b26b;">Maka demi Tuhanmu, mereka ( pada hakekatnya ) tidak beriman hingga mereka menjadikanmu ( mu= Rasulullah saw ) hakim terhadap masalah yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.</span>" ( QS An-Nisaa : 65 ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kita banyak mendapati sabda-sabda Nabi saw. yang berbunyi, "Tidaklah beriman seorang pun di antaramu, sehingga nafsunya tunduk kepada syariat yang kubawa." </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhD-UDB-6uDUBjKEEmxGpDkgJbyEEsjpRPMT_DGspvIiSSd1oRqyqnQdB3rKrO3yj28xfHY4I3_QGnBRy1FHArvrhDsjDyRUSVAJi5dNh5pQMuN_7j06T8J8dalUkownWURD9TqgE3voo/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+156-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+QS2+Ali+%27Imran+31-32.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="87" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhD-UDB-6uDUBjKEEmxGpDkgJbyEEsjpRPMT_DGspvIiSSd1oRqyqnQdB3rKrO3yj28xfHY4I3_QGnBRy1FHArvrhDsjDyRUSVAJi5dNh5pQMuN_7j06T8J8dalUkownWURD9TqgE3voo/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+156-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+QS2+Ali+%27Imran+31-32.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: #f1c232; text-align: justify;"><b>Katakanlah, "Jika kamu ( benar-benar ) mencintai Allah, ikutlah aku. Niscaya Allah mengasihimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah, "Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir." (Ali Imran: 31-32 ).</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvE8jp8ShFYy5PZ0wB-mqApmTa-1FF_Xm7QVrmT3VFX8hzvbOfR-0lpGlbkfQMaDqpo_vrysv6vbYL-U-j7YlzWxd3PX3VXCmFavz2A8B9OvPzrah-mEHewudYbER22FVswAqMSq73Waw/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+157-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Sabda+Nabi+dari+Abi+Rafi%27-Jangan+seorangpun.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="120" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvE8jp8ShFYy5PZ0wB-mqApmTa-1FF_Xm7QVrmT3VFX8hzvbOfR-0lpGlbkfQMaDqpo_vrysv6vbYL-U-j7YlzWxd3PX3VXCmFavz2A8B9OvPzrah-mEHewudYbER22FVswAqMSq73Waw/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+157-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Sabda+Nabi+dari+Abi+Rafi%27-Jangan+seorangpun.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b style="color: #b6d7a8;">Dari Abi Rafi ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Jangan seorang pun dari kalian didapati duduk di atas tempat duduk yang empuk, bersandar di atasnya yang bila dibawakan kepadanya salah satu perintahku menyuruh suatu dan melarang sesuatu, lalu ia berkata, "Kami tidak tahu ( mengenainya ). Kami hanya mengikuti apa yang kami dapati dalam Kitabullah</b>." ( Ahmad, Abu Dawud ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Perbuatan seperti ini telah banyak diisyaratkan dalam berbagai hadits. Hadits-hadits itu menolak pendapat dan cara pandang mereka yang menyatakan cukup memadai dengan hanya mengikuti Al Qur’an. Sebuah hadits menyatakan, "<b><span style="color: #9fc5e8;">Aku telah dikaruniai Al Qur’an dan perintah-perintah lainnya seperti itu. Tidak lama lagi akan datang suatu zaman dimana orang-orang bersenang-senang ( makan dan minum ) sambil bersandar di kursi-kursi empuk, lalu berkata, "Kita cukup hanya menuruti Kitabullah. Ikuti saja apa saja yang dihalalkan di dalamnya, anggaplah halal. Dan apa yang diharamkannya, anggaplah haram." Sebenarnya, apa yang diharamkan oleh Rasulullah saw., juga diharamkan oleh Allah swt.</span>.</b>" ( Misykat ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hadits-hadits di atas menerangkan tentang akan munculnya orang-orang yang bersenang-senang ( foya-foya, kenyang makan dan minum ) sambil bersandar di kursi-kursi empuk mereka yang bersikap sinis terhadap sunnah Nabi saw. Ini adalah suatu isyarat bahwa ucapan-ucapan bodoh mereka seperti itu datang dari kalangan orang-orang kaya. Sangat menggelikan jika seseorang yang baru dikaruniai sedikit harta, lalu ia merasa layak dan wajar mengutak-atik aturan agama seenaknya dengan alasan untuk memperbaikinya. Berbeda mungkin dengan orang-orang miskin, yang kemungkinan kecil akan memiliki pikiran-pikiran seperti itu. Rasa takut kepada Allah boleh jadi lebih mewujud dalam diri orang-orang miskin.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Seseorang bertanya kepada Ibnu Umar r.a.,” Di dalam Al Qur’an ada disebutkan tentang sholat di tempat dan ketika dalam ketakutan, tetapi tidak diterangkan mengenai sholat dalam perjalanan ( safar ). Bagaimana itu?” Beliau menjawab,” Saudaraku! Sesungguhnya Allah swt telah mengutus Muhammad saw kepada kita sebagai Nabi-Nya. Kita tidak mengetahui apapun, sehingga kita hanya melakukan apa yang kita lihat beliau saw melakukannya.” Umar bin Khaththab r.a. berkata,” Orang banyak berdebat mengenai Al Qur’an, maka jawablah kepada mereka dengan hadits-hadits, karena mereka yang memiliki ilmu hadits adalah lebih memahami ( maksud ) kitabullah.” ( Sumber: Kitab Asy Syifa ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Imam Zuhri rah.a.-seorang ulama besar dari kalangan tabi’in- berkata,” Aku telah mendengar dari alim ulama sebelum ini ( maksudnya- era shahabat Nabi ) berkata,’ Berpegang teguh kepada sunnah ( thariqal Rasulullah/ jalan hidup Rasul ) adalah suatu penyelamatan. Ilmu ( Ad Dien ) akan lenyap tidak lama lagi. Penerus agama dan dunia adalah bergantung pada kekuatan ilmu. Hilang ilmu, binasalah agama dan dunia.’” </div><div style="text-align: justify;">Seorang tabi’in, Abdullah Dilami rah.a. berkata,” Dari para shahabat yang mulia, telah sampai kata-kata mereka kepadaku bahwa agama akan hilang dari dunia ini bermula dari satu sunnah yang ditinggalkan. Satu demi satu sunnah akan dibuang seperti simpul tali yang dilepas satu demi satu.” ( Riwayat Darami ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Suatu ketika, Sa’id bin Jubair r.a. menerangkan sebuah hadits. Salah seorang hadirin yang mendengar hadits tersebut memberitahunya bahwa hadits tersebut bertentangan dengan sebuah ayat Al Qur’an. Sa’id bin Jubair r.a. berkata kepadanya,” Kuriwayatkan kepadamu sabda Rasulullah saw dan kamu membantahnya dengan ayat Al Qur’an. Hendaklah kamu ingat bahwa Rasulullah saw mempunyai ilmu yang paling baik mengenai maksud Al Qur’an” ( Hadits riwayat Darami ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> Ayat-ayat Al Qur’an selalu diturunkan secara ringkas dan hadits Rasulullah yang menafsirkannya. Oleh sebab itu, jangan terburu-buru membuat suatu tanggapan jika menemui hadits-hadits yang seolah-olah bertentangan dengan ayat-ayat Al Qur’an. Masalah ini memerlukan perhatian dan keahlian yang mendalam. Dan jika sudah dipikirkan dan direnungkan, ternyata tetap terlihat seolah-olah bertentangan, maka hendaklah kita menyelidikinya, apakah ayat Al Qur’an tersebut telah dimansukh atau tidak. Kita sepakat bahwa ‘derajat hadits tidak bisa menyamai ayat-ayat Al Qur’an’, tetapi ini hanya disebabkan bukti yang sedikit kurang memberatkannya sehingga dapat sampai ke taraf shahih, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah saw. ( bergantung kepada aturan periwayatannya ). Namun ketidaktaatan kepada Rasulullah saw sama beratnya dengan ketidaktaatan terhadap Allah swt. Allah swt berfirman di dalam Al Qur’an:</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHxdb6Gw5DctCk38JqcJogl8wO8WUKymLcdjKSM3_P5YkaAMvEUATnOce4Pmj79dAZBENH1MElz0cXcjLFjiA4huEuwNbDFLWKOWE74cRVw2s3EztxL9nhGuCLxWH1ayC5Q9NlSzgvX5I/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+159-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+QS1+An+Nisaa+14+Dan+barangsiapa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="81" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHxdb6Gw5DctCk38JqcJogl8wO8WUKymLcdjKSM3_P5YkaAMvEUATnOce4Pmj79dAZBENH1MElz0cXcjLFjiA4huEuwNbDFLWKOWE74cRVw2s3EztxL9nhGuCLxWH1ayC5Q9NlSzgvX5I/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+159-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+QS1+An+Nisaa+14+Dan+barangsiapa.jpg" width="400" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> “ <b style="color: #f6b26b;">Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar </b></span><span class="fullpost"><b style="color: #f6b26b;"> ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah akan memasukannya ke dalam neraka sedang ia kekal di dalamnya dan baginya siksa yang menyedihkan.</b>” ( QS An Nisaa: 14 )</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghwK617cb8EXL-vXUWV0VIZAwhVzHL1QeqkrZdAjYJvoEC4FOYLFwAY_HSkxyGzTR7NuaZErrd1NnHuCiQT2_HAIeepjxBgJMhokwPUxRwB1LXUOjerwODivxC6lwgqcoYlrjb9H3iXfA/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+159-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+QS1+An+Nisaa+42+Pada+hari+itu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="85" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghwK617cb8EXL-vXUWV0VIZAwhVzHL1QeqkrZdAjYJvoEC4FOYLFwAY_HSkxyGzTR7NuaZErrd1NnHuCiQT2_HAIeepjxBgJMhokwPUxRwB1LXUOjerwODivxC6lwgqcoYlrjb9H3iXfA/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+159-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+QS1+An+Nisaa+42+Pada+hari+itu.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span><span class="fullpost"> “ <b style="color: #f4cccc;">Pada hari itu, orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai Rasul, ingin agar mereka diratakan dengan tanah, dan mereka tidak dapat menyembunyikan ( dari Allah ) satu kejadian pun.”</b> ( QS An Nisaa: 42 ).</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4W5X_HME_dPIGdrHj8LeZdiBjMmqgDUwCcQDFIrhRZRaJp3qayUajfH3mCe-eIGhzrm68EuY1x15cJdXFBWaCuveicYvbLJ77Y0XFOQIXc4hli5cMN8KdAxZmGlDm96dKxQJWtjye06w/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+159-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+QS1+An+Nisaa+64+Dan+Kami.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="57" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4W5X_HME_dPIGdrHj8LeZdiBjMmqgDUwCcQDFIrhRZRaJp3qayUajfH3mCe-eIGhzrm68EuY1x15cJdXFBWaCuveicYvbLJ77Y0XFOQIXc4hli5cMN8KdAxZmGlDm96dKxQJWtjye06w/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+159-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+QS1+An+Nisaa+64+Dan+Kami.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> “ <b style="color: #6fa8dc;">Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul, melainkan untuk ditaati dengan seijin Allah</b>…” ( QS An Nisaa: 64 ).</span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4bhbcwoG1iziENu8-wWo0jtoQlavMsNilCEDSRkzDJ8sAIjMhdzXnoU1xEQtch9fI_YwDVWSj5PtrM8rzdu5tvupvDth7GFiO9AayL_kiJRxRsQdqDRpvmJ1IEqsL-hWBkFYpq8YXBnM/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+159-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+QS1+An+Nisaa+80+Barangsiapa+mentaati.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="80" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg4bhbcwoG1iziENu8-wWo0jtoQlavMsNilCEDSRkzDJ8sAIjMhdzXnoU1xEQtch9fI_YwDVWSj5PtrM8rzdu5tvupvDth7GFiO9AayL_kiJRxRsQdqDRpvmJ1IEqsL-hWBkFYpq8YXBnM/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+159-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+QS1+An+Nisaa+80+Barangsiapa+mentaati.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> “ <b style="color: #93c47d;">Barangsiapa mentaati Rasul itu, sesungguhnya dia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling ( dari ketaatan itu ), maka Kami tidak mengutusmu ( Muhammad ) untuk menjadi pemelihara bagi mereka.</b>” ( QS An Nisaa: 80 ).</span><br />
<span class="fullpost"> Selain dari ini, terdapat ayat-ayat lain yang memberitahu kita bahwa asal agama adalah mengikuti Rasulullah saw. Menjalankan syariat dan beramal dengan sunnahnya adalah wujud ketaatan kepada Allah swt. Oleh sebab itu, sukar bagi para shahabat r.anhum ajma’in, khususnya pada zaman Khulafaur Rasyidin yang empat, menyimpang dari sunnah walaupun sedikit.</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-38968940332917493792010-07-29T22:18:00.000+07:002010-07-29T22:18:05.533+07:00Pengkafiran Orang Lain<div style="text-align: justify;">Hanya jika mereka menggunakan akal pikiran mereka, mereka akan mengakui bahwa ulama ahli haq tidak akan mengkafirkan orang lain dengan fatwa mereka. Apa yang mereka lakukan sekadar menunjukkan ciri-ciri orang kafir itu ( sebagai suatu peringatan dan batasan ), sebab orang yang menolak asas-asas Islam, melalui amalannya sendiri secara suka rela dan sadar, atau 'jahil', maka jatuh kafir padanya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Keadaan tetap demikian, baik orang akan memanggilnya kafir atau tidak, jika ia bukan seorang kafir, ia tidak akan jatuh kafir. Dan jika ternyata ia telah menjadi kafir ( melalui perbuatan, kenyataan atau kepercayaannya ), maka walaupun tidak ada yang melarangnya kafir, ia tetap telah kehilangan ke-Islamannya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jika direnungkan, maka dapat kita pahami bahwa orang yang menunjukkan ciri-ciri kekufuran seseorang itu, sebenarnya telah berbuat suatu kebaikan kepada orang itu, agar ia menyadari bahwa perbuatannya yang demikian dan demikian itu akan menyeretnya keluar dari Islam dan memjerumuskannya ke dalam kekufuran. Dengan demikian, jika ia benar-benar mempedulikan agamanya, tentu ia akan berwaspada dan berhati-hati dalam segala perilakunya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jika kita tidak benar-benar meyakini fatwa ulama tersebut, kita dapat tanyakan kepada orang lain yang lebih ahli untuk mengesahkan kata-kata orang itu betul atau salah. Mungkin fatwanya salah. Saya ( Maulana Zakariyya ) juga tidak menafikan bahwa mungkin ada kesalahan pada diri ulama, tetapi yang pasti, tidak selalu fatwanya itu salah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam hal ini, ada sebagian orang yang keras berpendapat bahwa mungkin saja seseorang itu terpengaruh oleh pendidikan Barat atau karena kejahilan agamanya, sehingga ia berkata atau berbuat sesuatu yang bertentangan dengan iman, dan atas dasar ini, ia tidak patut di-hukumi kafir. Menurut saya, pandangan seperti ini tentu salah. Ini bukan tindakan yang akan memberi manfaat dan kebaikan kepada umat, malah akan menjurus dan menggalakkan orang lain agar terjerumus dalam perbuatan kufur. Dan mereka sepatutnya merubah cara pandang mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sekarang, banyak orang yang mengecam alim ulama atas kenyataan ini, bahwa pada hari ini cap pengkufuran begitu murah dan setiap orang dapat terjebak di dalamnya. Sesungguhnya mereka sedang berusaha mengalihkan perhatian masyarakat dari fatwa yang sebenarnya kepada usaha menjelek-jelekkan ulama. Padahal, jika orang-orang tidak menindak tegas sikap yang menjurus ke arah kekufuran ini, maka jelas itu menunjukkan ketidakbecusan niat kita terhadap agama dan ketidakyakinan kita terhadap nasehat Nabi saw. serta alim ulama.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dewasa ini, sangat mudah mengeluarkan kata-kata kufur disebabkan kejahilan yang ada, bahkan orang-orang sudah tidak mengenali lagi apa kandungan dalam kata 'kufur' itu, sehingga mereka senantiasa terjebak di dalamnya. Rasulullah saw. bersabda bahwa kata 'kufur' akan mudah diucapkan dan akan tersebar luas. Beliau bersabda,<span style="color: #f1c232;"> "Bersegeralah beramal shaleh, sebelum kedatangan fitnah seperti bagian malam yang gelap gulita ( sulit membedakan mana yang haq/ benar dan yang batil/ salah/ sesat ). Pada masa itu, seseorang akan berpagi hari sebagai mukmin dan pada petang harinya ia menjadi kafir. Ia berpetang hari sebagai muslim dan pada pagi harinya ia menjadi kafir. Dan ia akan menjual agamanya semata-mata untuk keuntungan dunia." (</span> Muslim – Misykat ).Di dalam hadits yang lain dinyatakan, "Fitnah akan datang pada suatu masa, dimana setiap seruan akan menyeret ke arah jahannam." ( Misykat ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sebuah hadits lain menyatakan, "Hampir tiba masanya, fitnah akan muncul, sehingga seseorang akan berpagi hari sebagai mukmin, tetapi pada petang harinya ia menjadi kafir, kecuali orang yang diselamatkan oleh Allah disebabkan ilmunya." ( Hadits Riwayat Darami ).</div><div style="text-align: justify;">Maksud 'disebabkan ilmunya' dalam hadits di atas bermakna ia memahami batasan kufur dan iman. Ia mengetahui apakah syarat-syarat yang menjadikan seseorang itu muslim dan apa yang menyebabkannya menjadi kufur. Dalam hadits lain Rasulullah saw. bersabda, "Menjelang hari Kiamat, akan muncul fitnah yang paling dahsyat, seperti bagian malam yang paling gelap gulita. Seseorang yang bangun pada pagi hari dalam keadaan muslim, ia akan menjadi kafir pada sore harinya. Pada masa itu, orang yang duduk lebih baik daripada orang yang berdiri. Orang yang berdiri lebih baik daripada orang yang berjalan. Pada masa itu, jadilah kamu seperti keset kaki rumahmu." ( Hadits Riwayat Abu Dawud- Kitab Misykat ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> <br />
Rasulullah saw. bersabda, "Akan datang suatu masa fitnah yang paling gelap, dimana tidak seorang pun dari umat ini yang dapat lolos darinya. Jika terlihat seolah-olah fitnah itu akan berhenti, maksiat yang lain akan muncul. Pada petang hari, ia sebagai muslim, tetapi pada malamnya ia menjadi kafir ( redaksi lain menyebutkan, berpetang hari sebagai muslim dan pada pagi harinya menjadi kafir ), sehingga dua kumpulan akan bangkit. Satu kumpulan ialah golongan muslim sejati ( yang ikhlas ) tiada sedikit pun terlihat tanda-tanda kemunafikan pada diri mereka. Kumpulan lainnya adalah golongan munafik, yang tidak terlihat sama sekali tanda-tanda keimanan pada diri mereka. Dajjal akan muncul pada masa itu."( Hadits Riwayat Abu Dawud – Kitab Misykat ).<br />
Selanjutnya Nabi saw. bersabda, "Sekarang kusaksikan rombongan demi rombongan manusia memeluk Islam. Tidak lama lagi akan datang rombongan demi rombongan manusia meninggalkan Islam." ( Hadits Riwayat Hakim – Kitab Durrul Mantsur, Majmaul Zawaid ).<br />
<br />
Kita akan melihat 'kekufuran' yang bentuk dan kemunculannya demikian merata yang bukan diciptakan oleh para ustadz dan ulama ( sebagaimana tuduhan terhadap ulama ) yang jelas telah digambarkan oleh pembawa syariat; Rasulullah saw. tanpa kenyataan yang meragukan.<br />
<br />
Demikianlah masalahnya. Setelah Anda renungkan, apakah ini tidak berkaitan dengan agama kita? Apakah kita tidak perlu mewaspadainya? Tidak pedulikah kita atas ucapan-ucapan yang menyatakan '... kelompok ini menyebut kafir kepada kelompok itu. Dan kelompok itu mengkafirkan kelompok ini ....", dan merasa bahwa itu semua bukan urusan kita?<br />
<br />
Sebenarnya, jika seseorang itu benar-benar meresapi kenyataan ini, ia akan merasa tanggung jawab agama pada dirinya terus bertambah. Tanggung jawab kita tidak hilang begitu saja dengan kenyataan ini. Namun sangat sedikit orang yang mempelajari dasar-dasar seseorang itu dapat dituduh kafir, sehingga berdasarkan alasan tersebut dari sisi nur ilmu agama, memang benar orang itu telah jatuh kafir. Dan seandainya benar, maka ia bertanggungjawab rnenyelamatkan dirinya dan orang lain dari bencana ini. Tiada seorang pun yang terlepas dari tanggung jawab ini, apalagi dengan ejekan kalimat '...kufur telah menjadi sangat murah...'. Hal demikian tidak akan memberikan kebenaran apapun kepada kita.<br />
</span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-29080214096740277012010-07-29T22:06:00.001+07:002010-07-29T22:09:19.582+07:00Ulama Palsu<div style="text-align: justify;">Dalam setiap bidang kerja, Anda tentu senang jika pekerjaan itu dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang tersebut. Misalnya, ketika mendirikan rumah, tentu tukang batu akan diupah untuk kerja tersebut. Apabila kunci perlu diperbaiki, maka tukang kuncilah yang mengerjakannya. Tidak mungkin seseorang itu bergantung pada kemampuan dirinya saja. Mungkin seseorang itu sangat mampu dan cerdas, tetapi dalam urusan pengadilan ia tetap harus melantik seorang pengacara. Mungkin Anda sangat berkemampuan untuk mendirikan rumah, namun tetap memerlukan pekerjaan tukang.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam urusan duniawi kita menyadarinya, sedangkan dalam hal agama kita memandang remeh dan memandang murah ilmu agama, sehingga siapapun yang sedikit tahu atau sekadar mampu berceramah di depan umum, tiba-tiba saja ia dianggap ahli dalam bidang syariat agama, pakar pengkajian dan menguasai umat? Apa jadinya, jika ia menetapkan hasil kajiannya seraya menolak pandangan Al Qur’an dan hadits? Apa jadinya jika kesepakatan para ulama ditolak olehnya?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jika ada bantahan atau penolakan terhadap 'ulama' seperti mereka, biasanya datang dari pihak ulama lagi. Dan ucapan-ucapan beracun serta tuduhan palsu yang ditujukan kepada ulama oleh 'alim ulama gelaran' instan' ini semata-mata untuk memalingkan hati masyarakat awam dari ulama yang sebenarnya. Hal ini sangat dipahami, sebab hanya alim ulama yang dapat membongkar penafsiran dan penyelewengan 'ulama' yang menyimpang dari kebenaran, sehingga para 'ulama' itu akan menentang ulama ahli hak, memusuhinya dan mereka akan terus menentangnya.</div><div style="text-align: justify;">Mengenai mereka, Rasulullah saw. bersabda, <b style="color: red;">"Yang paling kutakuti diantara kalian ialah munculnya para munafik yang pandai bersilat lidah.</b>" (At-Targhib).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Demikianlah mereka, melalui kelihaian ucapan dan tulisan mereka, mereka menyesatkan orang-orang yang terpikat dengan mereka. Pada saat yang sama, mereka mencemooh dan mempermainkan setiap bagian agama, kemudian mereka dianggap pakar agama.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada masa Khalifah Umar bin Khattab ra., beliau telah menentukan para ahli dalam setiap bidang agama. Ketika beliau berkhutbah di Jabiyah, beliau membuat pengumuman, "Barangsiapa ingin mengetahui mengenai Al Qur’an, maka temuilah Ubay bin Ka'ab. Dan barangsiapa ingin mendapat jawaban mengenai warisan, maka temuilah Zaid bin Tsabit. Dan barangsiapa ingin mengetehui hukum-hukum fiqh, maka temuilah Mu'adz bin Jabal. Dan barangsiapa ingin mendapat bantuan uang dari Baitul Mal, maka temuilah aku, karena Allah telah melantikku sebagai pemerintah dan pembagi harta." ( Kitab Majamaul Zawaid ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada zaman tabi'in, mereka biasa membentuk jamaah-jamaah khusus yang pakar dalam berbagai disiplin ilmu agama, sehingga terbentuk kumpulan muhaditsin ( ahli-ahli hadits), fuqaha ( ahli-ahli fiqh ), mufassirin ( ahli-ahli tafsir Al Qur’an ), ahli tasawuf, dan pendakwah dan penceramah. Bandingkan dengan keadaan pada hari ini; Seseorang yang sedikit mengetahui bahasa Arab, ia langsung merasa dirinya sebagai orang yang menguasai semua cabang ilmu agama peringkat tinggi. Bahkan jika ia pandai menulis atau dapat berceramah selancar air, ia menganggap dirinya sebagai pakar rohani, atau ia tempatkan dirinya sebagai penafsir Al Qur’an menurut pendapat-pendapatnya yang baru yang tidak pernah terdengar sebelumnya penafsiran semacam itu dari alim ulama terdahulu. Dia sama sekali tidak peduli, apakah pendapat-pendapatnya itu didukung oleh wali-wali Allah dan alim ulama shalihin yang dahulu atau tidak. Ia tidak peduli, apakah pandangan dan penafsirannya bertentangan dengan hadits-hadits Rasulullah saw. atau tidak. Orang seperti ini, hanya menafsirkan Al Qur’an dan hadits menurut selera dan hawa nafsunya sendiri dan tanpa ragu berpendapat dari apa yang muncul di otaknya. Ia sangat meyakini kebenaran pendapat mereka, sehingga orang-orang pun tidak berani membuktikan kesalahan dan penyimpangan mereka.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jika ada orang yang membantah mereka, bahwa penafsiran mereka itu bertentangan dengan ajaran alim ulama terdahulu, maka pembantah itu akan dicap sebagai orang yang picik, berwawasan sempit, tidak berpengetahuan, dan sebagainya. Sebaliknya, orang yang menyatakan bahwa ajaran-ajaran alim ulama dahulu itu kuno, lalu ia membawa tafsiran-tafsiran baru yang lucu, maka orang-orang seperti ini akan disanjung dan dipuji sebagai pentahqiq agama. Simaklah sabda Rasulullah saw. yang menyatakan, "Barangsiapa menafsirkan Al Qur’an menurut pendapatnya sendiri, berarti ia melakukan kesalahan walaupun pendapatnya itu benar." ( Majmaul Zawaid ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Justru, pada zaman ini orang-orang telah berani menyisihkan pendapat dan ajaran alim ulama dahulu lalu mengemukakan pendapat mereka sendiri yang baru dan sangat bertentangan. Sudah luka, lalu ditetesi asam di atas luka itu. Lucunya, mereka menasehati alim ulama, agar jangan membuat perpecahan dan pertentangan di kalangan umat! Mereka menasehati alim ulama agar bersabar jangan sampai mudah menfatwakan hukum fasik atau kafir terhadap seseorang, namun sulit Anda jumpai orang yang mau menasehati mereka 'orang-orang yang jiwanya bercahaya' agar bersabar jangan sampai menolak konsep Nubuwwah dan menolak Al Qur’an serta hadits. Pada hari ini, siapakah yang berani menasehati mereka yang menyatakan penolakan kewajiban shalat dan puasa, karena dianggap sebagai ibadah yang tidak masuk akal? Siapakah yang berani mencegah mereka yang telah menghina pribadi Rasulullah saw. dan para sahabat ra.? Siapakah yang berani mencegah mereka yang berkoar-koar mengumumkan kepada dunia bahwa imam-imam mujtahid itu sesat dan menyesatkan orang lain? Ada apa ini?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bahkan ada yang lebih berani lagi, yaitu orang-orang yang terang-terangan menyatakan bahwa hukum-hukum Islam itu sudah tidak relevan dan tidak praktikal dengan perkembangan zaman. Mereka menafikan beberapa ketentuan agama secara keras. Mereka berani mempermainkan segala sesuatu yang berunsur agama dan segala sesuatu yang suci di sisi kaum muslimin. Dan bersamaan dengan itu, mereka masih menganggap diri mereka sebagai seorang muslim yang kuat beragama!!? Dan yang lebih parah lagi, para ulama yang menentang ketidakberesan ini malah dituduh menabur benih perpecahan di kalangan umat, musuh Islam, pembunuh harapan kaum muslimin, pengkafir orang lain, dan sebagainya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-45225110409639159162010-07-29T21:54:00.000+07:002010-07-29T21:54:30.387+07:00Memusuhi Ulama<div style="text-align: justify;">Di dalam kitab-kitab fiqh dan fatwa telah ditulis bahwa membenci ulama dan ilmu adalah masalah yang sangat ditakuti bahayanya. Di dalam Kitab Fatwa Alamghiri disebutkan demikian,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYWWoMarI33FWwbI7ZcSTzErT6QW2JLbX3DEr1hpFptW47qVL6yJfbTo6-ST5vQfqkXiVTp3fz6KhaxObx_8x1virgO8q8X8ztG2YUht24pLbiBsK0IziQQ7WUJJhK9NfgyDG2NDJ3yKI/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+147-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Kitab+Fatwa+Alamghiri-Barangsiapa.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="52" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgYWWoMarI33FWwbI7ZcSTzErT6QW2JLbX3DEr1hpFptW47qVL6yJfbTo6-ST5vQfqkXiVTp3fz6KhaxObx_8x1virgO8q8X8ztG2YUht24pLbiBsK0IziQQ7WUJJhK9NfgyDG2NDJ3yKI/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+147-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Kitab+Fatwa+Alamghiri-Barangsiapa.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;"><b>"Barangsiapa membenci ulama tanpa sebab-sebab zhahiriyah yang dapat diterima, dikhawatirkan ia akan ditimpa kekufuran."</b></div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ungkapan '...tanpa sebab-sebab zhahiriyah yang dapat diterima..' menunjukkan bahwa membenci ulama dalam perkara yang terdapat dalil syar'i atau sanggahan syariat, maka tidak ditakuti akan menjadikannya kufur, tetapi jika tanpa sebab-sebab demikian, sangatlah ditakuti dan membahayakan aqidah orang itu. Jika terdapat kemungkinan akan terjadi hal yang sangat ditakuti dan berbahaya ini, tidakkah sebaiknya setiap orang waspada dan berhati-hati dalam membenci ulama?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Memang benar, orang lain berhak menolak atau menyanggah ucapan ulama, tetapi hanya dapat disanggah dengan berdasarkan syariat dan nash-nash Al Qur’an atau hadits. Siapapun yang menolaknya, hendaknya ia mengajukan hujjah-hujjah shahih berdasarkan nash-nash tersebut. Ungkapan saya ini, bukan berarti apa yang dikatakan oleh ulama itu selalu betul dan tidak perlu dipertanyakan fatwanya. Tidak demikian. Selain Nabi saw., tiada seorang pun yang ucapannya tidak dapat ditolak dan dalam perbuatannya tidak ada kesalahan. Pasti terdapat kemungkinan salah pada diri semua orang selain Rasulullah saw.. Itulah ketetapannya, tetapi untuk menyatakan kesalahan atau penolakan terhadap suatu masalah yang disampaikan oleh alim ulama, syariat telah menggariskan aturan-aturan khusus, batasan-batasannya, derajat-derajatnya, kaedah-kaedahnya dan adab-adabnya, sehingga seseorang itu pada saatnya akan terbiasa dengan aturan-aturan ini dan tidak berhak menyanggah serta menolak nasehat ulama seenaknya saja.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sekali lagi saya tegaskan, bahwa saya tidak menyatakan alim ulama itu tidak ada salah, aib dan cacat. Pasti mereka memiliki kesalahan dan cacat sesuai dengan keadaan zaman yang semakin rusak ini. Namun ada yang harus kita renungkan jika kita berusaha mencari-cari kesalahan mereka. </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Apakah seseorang itu dapat dikatakan ulama, hanya karena ia telah berpakaian ulama atau telah terdaftar di suatu pondok pesantren atau dapat berceramah salah satu tema agama atau dapat mengarang buku agama? Apakah setiap gambaran orang di atas dapat digolongkan sebagai ulama? Renungkanlah! Tidakkah besar kezhaliman kita, jika kita memastikan bahwa setiap orang yang terlihat seperti ulama, kita golongkan sebagai ulama? Bukankah sudah kenyataan dalam urusan duniawi kita, bahwa ada benda yang asli dan ada yang palsu? Perhatikanlah benda-benda paling berharga di dunia ini, seperti emas, perak dan permata, tidakkah di antaranya juga ada yang palsu? Perhatikan juga bidang pengobatan yang pertolongannya sangat diperlukan oleh kita, bukankah dalam kedua hal ini; Urusan perhiasan dan tabib pengobatan, selalu lebih banyak yang tiruannya daripada yang aslinya? Tidakkah kita menjumpai bahwa yang tiruan seringkali lebih dominan daripada yang asli? Jika demikian, apakah dibenarkan kita menolak semua yang asli karena adanya yang palsu?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sekarang saya bertanya kepada Anda, Benarkah kita harus mencemooh dan menolak para tabib karena adanya tabib-tabib yang tidak berpengalaman yang membahayakan nyawa seseorang? Apakah benar semua emas, perak dan permata, berlian harus kita buang semata-mata karena di dalamnya lebih banyak yang palsu daripada yang asli? Tidak, tentu tidak demikian.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Akan Anda dapatkan keadaan, pada saat dokter-dokter dan tabib-tabib pakar dan masyhur tidak ada, maka banyak orang akan pergi ke dokter-dokter kurang berpengalaman ketika keadaan sangat terpaksa. Mengapa? Karena keperluan dan karena kesulitan mendapatkan dokter ahli yang asli. Demikian pula akan Anda dapatkan, bahwa dalam keadaan mendesak, kadangkala banyak orang akan sengaja membeli emas palsu. Ini dikarenakan mereka sangat menginginkan emas tersebut atau sukar mendapatkan emas. Jika ada pun, biayanya sangat terbatas.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sebaliknya, mengenai ulama, semuanya kita main pukul rata untuk dijadikan mangsa cemohan, semata-mata karena alasan lebih banyak yang pura-pura menjadi ulama daripada yang benar-benar ulama. Apakah kita memahami perbedaan dalam masalah ini? Jika memahaminya, mengapa kita berbeda sikap dalam hal ini? Apakah karena yang pertama ( urusan perhiasan dan pengobatan ) dianggap sesuatu yang sangat diperlukan, dan yang kedua ( masalah alim ulama ) bukan sesuatu yang sangat diperlukan? Apakah karena kedudukan yang pertama dianggap berguna, sedangkan kedudukan ulama dianggap tidak berguna? Banyak orang mencari tabib yang terbaik, tetapi jika yang ditemui dalam keadaan darurat adalah tabib yang kurang mampu, maka ia pun dianggap karunia, sehingga mereka siap melaksanakan nasehatnya dengan penuh ketaatan dan menilai baik pendapat serta rawatan tabib tersebut. Sedangkan dalam urusan ulama; Jika tidak ada ulama yang hakiki, maka mereka yang kita anggap tidak sempurna sikapnya dalam pandangan kita, kita akan pukul rata bahwa semua ulama dianggap tidak berguna.</div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> Mari kita sedikit merenung. Ketika agama menjadi sangat diperlukan dan terdapat rasa kepentingan agama di dalam hati dan urusan kehidupan kita, misalnya ada suatu ganjalan di hati pada saat kita ditimpa musibah atau pada saat ada hajat dalam pernikahan anak-anak kita, tentu kita akan berusaha mencari seorang ulama yang benar-benar mapan. Hal ini seperti kita akan benar-benar mencari dokter yang ahli dan mahir, jika benar-benar ada kepentingan perobatan darinya, walaupun tidak sedikit tetap maut mengakhiri kehidupan saudara-saudara kita yang kita kasihi, sehingga dokter dan para pakar yang paling ahli pun tidak dapat berbuat apa-apa. Bahkan para dokter pun tidak mampu menghalangi kematiannya sendiri. Apakah ia dapat melakukan sesuatu atas keselamatan orang lain, jika maut telah ditentukan atasnya?</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Misal lainnya seperti kepentingan intan berlian dalam pernikahan anak-anak kita. Jika memang tidak ada kemampuan untuk membelinya, apa salahnya jika pernikahan itu tanpa berlian? Mungkin akibat terburuk adalah akan diejek oleh ahli keluarga atau sanak saudara. Mungkin akan terdengar kata-kata yang tidak enak didengar, tetapi pernikahan akan tetap diteruskan.</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Sedangkan peranan ulama sangatlah penting. Mereka berperan hanya karena agama. Tanpa mereka kehidupan ini tidak bermakna sama sekali. Tanpa mereka, kita tidak berguna berada di dunia ini, karena manusia telah diciptakan semata-mata untuk menjalani tugas agama. Al Qur’an menyatakan,</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi91M9480mTDvlhHSS4h31yOvgBd0EFtHgmXpzozzb4fcRhpOEeOry-ZYworfhyphenhyphenMDVuefoOGLJZJoC9R7KJbiXOWXEtduOmj3S_K3k3-p4KXJa7kFGxu1RBijV0I4T0qwUd6TDmibELdzE/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+150-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+QS+Adz+Dzaariyaat+56.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="65" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi91M9480mTDvlhHSS4h31yOvgBd0EFtHgmXpzozzb4fcRhpOEeOry-ZYworfhyphenhyphenMDVuefoOGLJZJoC9R7KJbiXOWXEtduOmj3S_K3k3-p4KXJa7kFGxu1RBijV0I4T0qwUd6TDmibELdzE/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+150-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+QS+Adz+Dzaariyaat+56.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> "Tidaklah Ku-jadikan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." </span><span class="fullpost"> ( Az-Zaariyat : 56 ).</span><br />
<span class="fullpost"> Inilah maksud penciptaan manusia, sehingga segala sesuatu untuk mencapai maksud ini adalah sangat penting.</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Rasulullah saw. bersabda, "Perumpamaan ulama di bumi ini, seperti bintang-bintang di langit. Manusia mendapat petunjuk dari kegelapan hutan atau lautan. Apabila bintang-bintang tidak bercahaya, maka besar kemungkinan, para pemimpin negara menuju kesesatan. ( At-Targhib ) </span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Rasulullah saw. bersabda, "Derajat yang terdekat dengan derajat kenabian ialah alim ulama kemudian para mujahidin ( fi sabilillah ) . Para ulama menunjukkan jalan menuju jalan yang telah dibawa dan diajarkan oleh para Rasul Allah. Sedangkan para mujahidin menunjukkan ke arah jalan tersebut dengan pedang-pedang mereka." ( Ihya Ulumuddin ).</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Rasulullah saw. bersabda, "Allah, para malaikat dan apa yang terdapat di antara langit dan bumi, hingga semut di lubang-lubangnya serta ikan-ikan di lautan, mengirim rahmat ke atas pengajar kebaikan dan mendoakan untuk kebajikannya." ( Hadits Riwayat Tirmidzi ).</span><br />
<span class="fullpost"> Ali ra. berkata, "Apabila seorang ulama meninggal dunia, terjadilah satu lubang yang hanya dapat dipenuhi oleh pengganti atau naibnya." ( Ihya Ulumuddin ).</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Umar ra. berkata, "Kematian seribu ahli ibadah yang beribadah seluruh malam dan berpuasa sepanjang hari adalah lebih ringan daripada kematian seorang ulama yang memahami halal dan haram dalam syariat." ( Ihya Ulumuddin ).</span><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-51120747343499027342010-07-29T14:40:00.000+07:002010-07-29T14:40:07.506+07:00Penghinaan Terhadap Ulama ( Bagian 3 )<div style="text-align: justify;">Syekh Abdul Wabab Sya'arani rah.a. --seorang ahli sufi terkemuka-, telah menulis sebuah kitab yang berisikan perjanjian-perjanjian yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw. dari umat ini. Di dalam kitab tersebut ia menulis,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHse4t2biep5Cr1Yag7DO3qzSYiW9Z67oCi6Xt18Fm1yuazHtXg0F9LwxqqX3ufw93YulSqQBZrTTPwTP2wLNnYHrJCfamUCoIBi60qZRkA5uGSQbDH9kHRL5CoGILtQWopJJC5gQhM1I/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+145-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Syekh+Abdul+Wahab+Sya%27arani-Perjanjian1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="226" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgHse4t2biep5Cr1Yag7DO3qzSYiW9Z67oCi6Xt18Fm1yuazHtXg0F9LwxqqX3ufw93YulSqQBZrTTPwTP2wLNnYHrJCfamUCoIBi60qZRkA5uGSQbDH9kHRL5CoGILtQWopJJC5gQhM1I/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+145-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Syekh+Abdul+Wahab+Sya%27arani-Perjanjian1.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: #93c47d; text-align: justify;">"<b>Telah diadakan suatu perjanjian atas kami oleh Rasulullah saw. yang di dalamnya beliau mewajibkan umat ini agar memuliakan ulama. Kami tidak dapat memberi ganti rugi ataupun membayar mereka atas apa yang telah mereka karuniakan kepada kami, walaupun kami memberi mereka seluruh harta milik kami dan berkhidmat sepanjang umur kami terhadap mereka. Banyak di antara para pelajar dan murid dalam thariqat sufi yang gagal memenuhi syarat perjanjian ini, sehingga tidak seorang pun yang dapat menunaikan kewajibannya dalam menyempurnakan hak ustadznya. Sesungguhnya ini adalah suatu penyakit yang sangat besar dalam agama, sebagai tanda penghinaan kita terhadap ilmu dan tanda ketidakpedulian kita terhadap perintah Rasulullah saw. yang telah memerintahkan hal ini."</b></div><div style="text-align: justify;">Dalam kitab yang sama beliau menulis, </div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBOrXuBSTHrFciMTpwHSNSb3yR6YeD5yZ5i47D_dTshq4KHdPSSaLnqdawLz4p2NhE_ImdH4QRIGyAdu-9OgLBUl9xVrobmOwV63Z8H8djLIh-jz3nHtMSNJk90_kMfmP4dcfWRbNwQfE/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+145-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Syekh+Abdul+Wahab+Sya%27arani-Perjanjian2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="125" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjBOrXuBSTHrFciMTpwHSNSb3yR6YeD5yZ5i47D_dTshq4KHdPSSaLnqdawLz4p2NhE_ImdH4QRIGyAdu-9OgLBUl9xVrobmOwV63Z8H8djLIh-jz3nHtMSNJk90_kMfmP4dcfWRbNwQfE/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+145-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Syekh+Abdul+Wahab+Sya%27arani-Perjanjian2.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGCodtHaKVnPD9aM8flLVTJcSRBtgBh_eUaMYWynZ1vbOMIKIJ4Bs89dSKIu9tSfvj6Z5SYUIsA6zj7lHd201JmpZ1Ygd0L7hSfb7Iw3XGVftF1IkeHSsjglkq5RWMWiPzGvQ1yiQh9ec/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+146-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Syekh+Abdul+Wahab+Sya%27arani-Perjanjian2-Lanjutan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="228" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGCodtHaKVnPD9aM8flLVTJcSRBtgBh_eUaMYWynZ1vbOMIKIJ4Bs89dSKIu9tSfvj6Z5SYUIsA6zj7lHd201JmpZ1Ygd0L7hSfb7Iw3XGVftF1IkeHSsjglkq5RWMWiPzGvQ1yiQh9ec/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+146-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Syekh+Abdul+Wahab+Sya%27arani-Perjanjian2-Lanjutan.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">"<b style="color: #e06666;">Telah diadakan suatu perjanjian atas kami oleh Rasulullah saw. bahwa kami hendaklah memuliakan ulama, para shalihin dan orang-orang tua. Baik mereka mengamalkan ilmu mereka ataupun tidak. Dan menjadi kewajiban kami untuk selalu menunaikan hak-hak mereka dan menyerahkan urusan mereka kepada Allah. Barangsiapa gagal menyempurnakan hak-hak mereka dari segi penghormatan dan kemuliaan atas mereka, sesungguhnya mereka berdosa kepada Allah dan Rasul-Nya, karena para ulama adalah wakil Rasulullah saw., pembawa syariat dan pelayannya. Barangsiapa menghina mereka, berarti menjadi mata rantai yang akan sampai kepada Rasulullah saw., sehingga menjadi suatu kekufuran. Sekarang pikirkanlah: "Jika seorang Raja telah mengutus seorang duta, Raja tentu akan memberikan perhatian terhadap laporan dutanya. Dan Raja akan menghalangi orang yang berani menghina dutanya. Sebaliknya, Raja akan memuliakan dan menghormati orang yang memuliakan dutanya dan menunaikan hak-hak dutanya.</b>"</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span><span class="fullpost"> Dalam ungkapan di atas, juga disebutkan, "...baik ia mengamalkan ilmunya ataupun tidak." Hal ini telah dibicarakan secara terperinci di bagian awal surat ini, ketika kita membicarakan kenyataan yang dibuat oleh Mu'adz ra., sehingga kita tidak perlu mengulangi pembahasannya lagi di sini.</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Ali ra. berkata, "Apabila umatku mulai membenci ulama dan mulai mendirikan bangunan-bangunan tinggi melebihi yang lainnya dan menjalin pernikahan untuk mendapatkan harta ( bukan karena agama dan takwa ), maka Allah akan menyelubungi mereka dengan empat adzab; 1) Kelaparan, 2) Kezhaliman penguasa, 3) Pegawai-pegawai pemerintah yang khianat,4) Serangan terus menerus dari musuh-musuh." ( Hadits Riwayat Hakim ).</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Tanyailah diri Anda, "Apakah salah satu adzab itu tidak mengenai kita sekarang ini?! Jika umat ini telah rela memilih jalan yang mengundang adzab-adzab ini, lalu mengapa ada pengaduan atasnya?</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Rasululah saw. bersabda bahwa terdapat rumah Bani Israil yang di dalamnya ada seekor anjing betina yang hampir beranak. Seorang tamu datang mengunjungi rumah tersebut. Anjing betina itu membuat putusan bahwa pada malam ini, ia tidak akan menyalak ke tamu tersebut. Namun dari dalam perut ( rahim ) anjing tadi, bayi anjing tadi mulai menyalak. Kemudian Allah mewahyukan, "Ini adalah permisalan bagi umat yang akan datang setelahmu. Orang-orang jahil dari umat tersebut akan menguasai dan menundukkan para ulamanya." ( Kitab Majma-ul-Zawaid ).</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-15872261138286310372010-07-29T14:31:00.000+07:002010-07-29T14:31:18.014+07:00Penghinaan Terhadap Ulama ( Bagian 2 )<div style="text-align: justify;">Alim ulama adalah pewaris para Nabi. Jika semua itu juga terjadi pada diri Rasulullah saw., lalu mengapa para pewarisnya mengeluh ketika sebagian ejekan dan celaan itu menimpa mereka?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Yang perlu diperhatikan adalah, semua ujian tersebut hendaknya dihadapi dengan ketabahan dan kesabaran semata-mata untuk mendapat ridha Allah swt.. Inilah maksudnya, jangan sampai tidak merasa gembira dengan ujian ini, karena hal itu adalah kerugian besar.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada hakekatnya, saya ( Maulana Zakariyya rah.a. ) sering berpikir bahwa bagi orang-orang yang rendah seperti saya ini, adalah suatu karunia Allah yang besar, jika orang-orang kaya dan berkedudukan, mengasingkan diri dari kami dan menolak berinteraksi dengan kami.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Mirza Mazhar Janee Janan rah.a. menulis dalam sebuah suratnya, "Alhamdulillah. Pada zaman ini, orang-orang ahli dunia ( orang kaya yang sombong, pejabat yang takabur, selebriti yang pongah ) di kawasan ini tidak bercampur-baur dengan para ahli sufi/ orang-orang sholeh yang miskin. Jika tidak, orang-orang miskin itu akan menghadapi kesulitan yang besar."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Khawajah Hasyim rah.a. menulis dalam kitab 'Maqomat Mujaddid Alfi Thani; Syekh Ahmad Sirhindi rah.a.', "Suatu ketika, aku mengunjungi Khawajah Husamuddin rah.a. -salah seorang Khalifah Khwaja Baqi Billah rah.a.--. Di antara para hadirin itu, ada seseorang yang telah mengadukan sikap orang-orang kaya yang tidak mau berhubungan dengan para ahli sufi, sebagaimana yang terjadi sebelumnya. Mendengar keluhan ini, Khawajah menjawab, "Saudaraku! Inilah hikmah Ilahi! Pada masa-masa lalu, para ahli sufi mengasingkan diri lebih jauh lagi dari orang lain, dan lebih banyak orang kaya yang mendatangi mereka. Ketika itu, para wali Allah demikian bebas. Namun sekarang ini kita tidak seperti itu. Jika orang-orang kaya berhubungan rapat dengan kita dan akrab dengan kita, kita tidak akan dapat mempertahankan dan memelihara kesufian kita. Oleh sebab itu, kita patut bersyukur bahwa dengan Rahmat Allah, Dia melindungi kita dengan kejadian ini." ( Kalimat Thayibah ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sesungguhnya mereka yang terus menerus mencari keburukan, senang mencemoohkan dan menyakiti alim ulama ahli haq, sebenarnya mereka sedang mengundang bahaya yang besar atas diri mereka sendiri. Hal ini tidak perlu diragukan lagi. Mereka dapat menimpakan bahaya ke atas ulama dalam hal kehilangan harta duniawinya saja, tetapi dalam hal kehormatan, kemuliaan dan harga diri akherat, mereka tetap terjaga. Dan sebagaimana kita ketahui, kemuliaan, kehidupan di dunia ini hanyalah sementara. Mereka yang menghina ulama berarti membuat bahaya besar atas diri mereka. Nabi saw. bersabda, "Bukan termasuk umatku, mereka yang tidak menghormati orang-orang tua kami, tidak mengasihi yang muda dari kami, dan tidak memuliakan alim ulama kami." ( Kitab At-Targhib ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Setelah mendengar sabda Nabi saw. ini -mereka yang mengaku umat Muhammad saw., namun sering mengecam dan mencemoohkan para ulama--, teruskanlah perilaku mereka itu, namun pemimpin umat ( Rasulullah saw ) ini tidak bersedia menerima mereka sebagai umatnya. Nabi saw. bersabda, "Tiga jenis orang yang hanya dipandang rendah dan hina oleh orang-orang munafik, yaitu: Muslim yang lanjut usia, orang alim, raja yang adil." ( At-Targhib ).</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah saw. bersabda,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyIp7ktDI7cwPyGHdE3RGHoE9ArvGv18r0H-pO45WI9GCPmM7ewMI3H_Kmg9xgEtC54u9PlCqAdGzKPBSjICEy4OdDITWZGZLjSuygH5OIpMhL8tbd1f_H0FpAFc58a7JD6gtTZQhFbLs/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+143-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Hadits1+Jadilah+seorang+ulama.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="45" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyIp7ktDI7cwPyGHdE3RGHoE9ArvGv18r0H-pO45WI9GCPmM7ewMI3H_Kmg9xgEtC54u9PlCqAdGzKPBSjICEy4OdDITWZGZLjSuygH5OIpMhL8tbd1f_H0FpAFc58a7JD6gtTZQhFbLs/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+143-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Hadits1+Jadilah+seorang+ulama.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">"<b style="color: #b6d7a8;">Jadilah seorang ulama atau pelajar atau pendengar atau pencinta ulama. Dan janganlah menjadi orang kelima, maka binasalah kamu." ( Maqasidul Hasanah - Jami'ush Shaghir ). Abdul Barr rah.a. berkata, "Yang kelima ialah orang yang memperlihatkan permusuhan terhadap ulama."</b></div><div style="text-align: justify;">Rasulullah saw. bersabda, "Jadilah kamu seorang ulama atau pelajar agama. Dan jika tidak, cintailah ulama dan jangan membenci dan berniat jahat terhadap mereka." ( Kitab Majmauz Zawaid ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Menurut sebuah hadits lain,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0KUKaeSvTZi4YsSD73FFb-GMwfafLB0xTlvyz7iGNKg6nsPDE-UblfliTF1IS0eZBwu3KYXuMBHYbj3jUurVtkMdAqWE51Sb0IZmFyhI6d4ShRkYyqEev4x8vM-Or0-xw8h6ls3eJQiY/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+143-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Hadits2+Mereka+para+pengemban.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="62" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0KUKaeSvTZi4YsSD73FFb-GMwfafLB0xTlvyz7iGNKg6nsPDE-UblfliTF1IS0eZBwu3KYXuMBHYbj3jUurVtkMdAqWE51Sb0IZmFyhI6d4ShRkYyqEev4x8vM-Or0-xw8h6ls3eJQiY/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+143-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Hadits2+Mereka+para+pengemban.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">"<b style="color: #6aa84f;">Mereka para pengemban Al Qur’an ( hafizhul quran ), akan menjadi pemimpin bagi para penghuni surga pada hari Kiamat."</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hadits lain menyatakan,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg71puvKlHhI8LR6vDd5kuMlng1V61_F5OOIT6lIDZsZRNWcgyGYHynPbtiN29RLuhM0OMvfhRQ_bnkh5MNAw0wFUs9SpEByKyrY-cI6z_-V7J5LtwBN8W9bO_afdM44btLLOOFuByww9o/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+143-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Hadits3+Mereka+yg+membawa+Al+Qur%27an.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="82" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg71puvKlHhI8LR6vDd5kuMlng1V61_F5OOIT6lIDZsZRNWcgyGYHynPbtiN29RLuhM0OMvfhRQ_bnkh5MNAw0wFUs9SpEByKyrY-cI6z_-V7J5LtwBN8W9bO_afdM44btLLOOFuByww9o/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+143-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Hadits3+Mereka+yg+membawa+Al+Qur%27an.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">"<b style="color: #e06666;">Mereka yang membawa Al Qur’an pada diri mereka adalah wali-wali Allah.Barangsiapa memusuhi mereka, berarti memusuhi Allah. Dan barangsiapa berkawan dengan mereka, berarti berkawan dengan Allah</b>."</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah saw. bersabda, "Yang paling kutakuti dari umatku ada tiga perkara...", di antaranya ialah melihat ulama, tetapi memalingkan muka darinya dan tidak memberi perhatian kepadanya." ( At-Targhib ).</div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br />
Dalam kitabnya, Syarah Muhadzdzab, Imam Nawawi rah.a. menulis yang dikutip dari Shahih Bukhari, sebuah hadits di mana Allah swt berfirman, "Barangsiapa menyakiti wali-Ku, Kunyatakan perang atasnya." Khatib Baghdadi rah.a. menuliskan dari Imam Syafi'i rah.a. dan Imam Abu Hanafi rah.a. berkata, "Seandainya para fuqaha ( alim ulama ) bukan wali Allah, maka tidak akan ada orang lain yang menjadi demikian."<br />
<br />
Hibrul Ummah ( Tinta Ummat-julukan untuk shahabat Ibnu Abbas r.a. ), Abdulah bin Abbas ra. berkata, "Siapa yang menya¬kiti ulama, berarti menyakiti Rasulullah saw.. Barangsiapa menyakiti Rasulullah saw., berarti menyakiti Allah." Hafizh Abu Qasim bin Asakir rah.a. menulis,<br />
<br />
"Wahai saudaraku, dengarlah baik-baik! Semoga Allah memberimu taufik <br />
untuk medapatkan ridha-Nya dan menjadikan kita takut kepada-Nya dan <br />
memelihara kita dari kejahatan. Ketahuilah bahwa daging para ulama adalah <br />
beracun, maka sudah menjadi kebiasaan Allah membuka aib orang yang suka <br />
menyakiti ulama. Diketahuilah bahwa Allah akan membuka aib siapa yang <br />
menyerang kehormatan ulama). Mereka yang menggunakan lidah mereka <br />
menyerang ulama, maka Allah mematikan hatinya sebelum kematian mereka." <br />
( Kitab Syarah Muhadzdzab ).<br />
<br />
Maulana Abdul Hayy rah.a. menulis dalam 'Fatwa-nya, "Jika maksud mereka mencerca dan menghina ulama semata-mata ingin menghina mereka karena ilmu mereka, maka alim ulama dan fuqaha menjatuhkan hukum kufur atasnya. Sedangkan jika ia lakukan karena ada maksud lain, maka tanpa ragu lagi ia dijatuhi sebagai orang fasiq, pendosa, dan wajar baginya menerima adzab Allah di dunia dan di akherat." Setelah menulis ini, Maulana Abdul Hayy rah.a. menulis beberapa ayat Al Qur’an dan hadits serta tulisan para ulama lainnya yang mendukung pernyataan tersebut.<br />
</span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-89050053204260508332010-07-29T14:23:00.000+07:002010-07-29T14:23:37.702+07:00Penghinaan Terhadap Ulama<div style="text-align: justify;">Dewasa ini, bukan hanya ulama yang menjadi sasaran, setiap orang yang takut kepada Allah dan ahli agama akan menghadapi ketentuan seperti ini. Berpegang teguh dan beramal agama itu lebih berat daripada menggenggam bara api. Sebuah hadits lain menyatakan bahwa tanda Kiamat ialah, ucapan orang-orang shaleh dan bertakwa akan didustakan/ disangkal, sedangkan ucapan para pendusta justru dipercaya. Ali bin Abi Thalib ra. berkata, "Suatu ketika, Rasulullah saw. bersabda, "Bagaimana keadaanmu, jika para pemuda menjadi fasiq dan para wanita berbuat durhaka?" Para sahabat bertanya, "Benarkah itu akan terjadi?" Jawab Rasulullah saw., "Tidak ragu lagi, hal itu akan terjadi bahkan akan lebih dahsyat lagi." Kemudian Rasulullah saw. berkata, "Bagaimana keadaanmu, jika kamu mengajak manusia kepada kemaksiatan dan mencegah mereka dari kebaikan?" Para sahabat bertanya, "Benarkah hal itu akan terjadi?" Rasulullah saw. menjawab, "Tidak ragu lagi, hal itu akan terjadi, bahkan lebih dahsyat lagi." Kemudian Rasulullah saw. bertanya, "Bagaimana keadaanmu, jika kamu menganggap perbuatan maksiat adalah kebaikan dan perbuatan baik dianggap kemaksiatan?" ( Kitab Majma'ul Zawaid ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dua pernyataan terakhir di atas sangatlah penting. Berbuat maksiat adalah suatu keburukan, namun lebih sangat buruk lagi dan selama-lamanya adalah buruk, yaitu jika menganggap kemaksiatan itu kebaikan. Menurut syariat, berbuat maksiat tidak seburuk menganggap baik terhadap kemaksiatan. Perbuatan demikian itu menggambarkan kerusakan aqidah seseorang. Dan kerusakan aqidah adalah lebih dahsyat daripada kerusakan amal. Seseorang mungkin berdosa besar, tetapi dosa itu tidak menjerumuskannya kepada kekufuran. Sebaliknya, jika seseorang menghina, mengejek, atau meremehkan suatu syariat yang kecil --tapi telah dibuktikan dan diterima sebagai suatu hukum syariat yang terpenting--, maka ia terkeluar dari Islam dan menjadi kafir.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Tanda-tanda itu telah mulai bermunculan dan dapat Anda saksikan sekarang ini. Sekarang saya bertanya kepada Anda; Jika alim ulama dan orang-orang yang berpegang teguh pada agama telah ditolak dan dicemohkan, apakah itu sesuatu yang mengherankan untuk masa sekarang ini?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Suatu ketika, Abdulah bin Mas'ud ra. memberitahu seseorang, "Sekarang kamu hidup pada zaman di mana banyak alim ulama dan sedikit qari Al Qur’an ( mahir membaca Al Qur’an ). Pengajaran Al Qur’an lebih diutamakan daripada ( perbaikan ) hurufnya. Sangat sedikit orang yang meminta dan banyak orang yang memberi. Shalat mereka lama-lama dan panjang-panjang, sedangkan khutbahnya ringkas saja. Orang-orang lebih mengutamakan amalan mereka daripada kehendak dan hawa nafsunya. Namun, tidak berapa lama lagi akan datang suatu zaman, dimana terdapat sedikit ulama dan banyak qari. Fokus pengajaran Al Qur’an lebih diutamakan pada hurufnya daripada pengajaran dan pemahamannya. Banyak yang meminta dan sedikit sekali yang memberi. Khutbah disampaikan panjang lebar sedangkan shalatnya sangat ringkas. Manusia akan mengutamakan kehendak dan hawa nafsunya daripada amal shaleh." ( Kitab Jami'ush Shaghir ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Semua itu akan muncul dan sebagian telah terjadi di tengah kita. Dan selalu menjadi kebiasaan Allah, bahwa para wali Allah dan alim ulama tidak akan terlepas dari cemohan dan serangan musuh. Tidak ada dalam sejarah, bahwa tidak terjadi penolakan dan penghinaan terhadap alim ulama. Di dalam hadits, kita mendapatkan sebuah sabda Nabi saw.,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhEZyn5TPW2Ceqexy63SGo0V4qh8aE5Cy6AXrHWQFz2HjYBG4-fooRzlHX3GgYwFYyCjCAB23Aw-akOQ1UQsUwwVSHn-dixVMAm00CChkleukH2c-80gizrAU8wBqCAO-c0hJUrT9eXQE/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+141-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Hadits1+Sesungguhnya+menjadi+hak+Allah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="53" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhEZyn5TPW2Ceqexy63SGo0V4qh8aE5Cy6AXrHWQFz2HjYBG4-fooRzlHX3GgYwFYyCjCAB23Aw-akOQ1UQsUwwVSHn-dixVMAm00CChkleukH2c-80gizrAU8wBqCAO-c0hJUrT9eXQE/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+141-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Hadits1+Sesungguhnya+menjadi+hak+Allah.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><b style="color: #b6d7a8;">"Sesungguhnya menjadi hak Allah, bahwa mengenai apapun urusan dunia ini, Dia mengangkat ( derajat ) dan Dia juga menurunkan ( derajat )</b>." ( Hadits Riwayat Bukhari, Abu Dawud, Nasa'i, Ahmad – Kitab Jami'ush Shaghir ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Atas dasar inilah, jika kalian merenungkan keadaan dunia dan sejarahnya, lalu kalian renungkan keadaan semua zaman yang tercatat di dalam sejarah, lalu kalian renungkan keadaan zaman kita sekarang ini, maka terbuktilah kebenaran tersebut. Anda dapat melihat bagaimana seseorang itu dikenal karena kegiatannya ( jadwal kegiatannya padat seperti artis, pejabat, dll ), lalu Anda pun akan melihat ia dihina karena kegiatannya yang sama ( contoh artis bisa ngetop karena infotainment tapi juga bisa jatuh karena infotainment ). Anda dapat melihat seseorang itu dipuji dan disanjung di surat-surat kabar, poster-poster dan spanduk-spanduk, namun kemudian ia dihina dan ditolak di surat-surat kabar dan poster-poster yang sama. Ia mendapat kemasyhuran di suatu lingkungan, namun ia pun akan dihina, dilecehkan dan disakiti di lingkungan yang sama. Anda akan dapatkan perubahan sikap ini terjadi dalam proses yang panjang atau dalam proses yang singkat. Namun saya hampir meyakini dan memastikan bahwa tidak ada pengecualian dalam aturan ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br />
Demikianlah apa yang dijelaskan oleh Maulana Zakariyya, bahwa penolakan terhadap ulama bukan sesuatu yang perlu dicemaskan. Dan menurut Maulana Zakariyya, alim ulama tidak perlu menguras perhatian mereka atas hal ini atau berusaha menentang untuk menghilangkannya. Namun, apa yang mesti kita lakukan ialah,</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> <br />
</span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxKT0Tt_2NH1gIN-6Y_k6yEFNdGrlrgAT7KaLsJj59ASVF9qpkOjC929QaYGhFdn2VCYikVezBMo1Hd6Ey2T5ic-cN66M3AKrzrJpn_C20ADXBQVMeobqJ1JhVmdwMqq4w_bW99TlhDJY/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+141-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Hadits2+Hendaklah+berusaha.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="108" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxKT0Tt_2NH1gIN-6Y_k6yEFNdGrlrgAT7KaLsJj59ASVF9qpkOjC929QaYGhFdn2VCYikVezBMo1Hd6Ey2T5ic-cN66M3AKrzrJpn_C20ADXBQVMeobqJ1JhVmdwMqq4w_bW99TlhDJY/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+141-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Hadits2+Hendaklah+berusaha.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost"> <b style="color: #f9cb9c;">Hendaklah berusaha membersihkan dan menyucikan antara diri mereka dengan Allah.</b></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> <br />
Dalam hal apapun, setiap kita hendaknya tidak mengangkat jari berbuat apapun untuk mendapatkan kemuliaan serta kemasyhuran. Apapun yang dilakukan, hendaknya senantiasa bertujuan untuk mendapat ridha Allah, melindungi agama dan untuk meninggikan kalam Allah serta menegakkan kebenaran di atas segalanya. Jika ada orang lain yang membantu, maka alhamdulillah. Sebaliknya, jika tidak ada yang datang membantu, hendaknya tidak kecewa. Bukankah para Nabi as. telah mendapat penderitaan yang dahsyat di tangan orang-orang yang tidak mengenal kebenaran? Bukankah mereka terpaksa menerima cemohan dan penghinaan? Bukankah di antara mereka ada yang dilukai dan disakiti tubuhnya? Bukankah ada di antara para Nabi yang dibunuh? Lihatlah apa yang dialami oleh Rasulullah saw.. Mereka menuduhnya ahli sihir, orang gila, tukang teluh, pemecah-belah, dan berbagai tuduhan lainnya. Semua itu dituduhkan kepada beliau, namun beliau tetap tabah dan bersabar.<br />
</span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-71007310286925624242010-07-29T14:13:00.000+07:002010-07-29T14:13:47.133+07:00Menentang Ulama, Sebagian Tanda-tanda Kiamat<div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Sebuah pertanyaan dikemukakan kepada Maulana Zakariyya rah.a.:</div><div style="text-align: justify;">Kami perhatikan, bahwa kemuliaan dan kewibawaan ulama secara sengaja hendak dihapus dan kami mendengar mereka dikecam dan dihina di setiap perhimpunan. Bagaimana pendapat Anda ?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Penjelasan Maulana Zakariyya :</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Apa yang Anda katakan sangatlah benar, tetapi saya ingin bertanya kepada Anda, "Pada zaman manakah yang dikatakan tidak terdapat permusuhan terhadap ulama? Dan pada zaman kapankah mereka tidak disakiti? Apakah Imam Abu Hanifah tidak dipenjara? Tidakkah Imam Malik rah.a. dicambuk dengan buruk? Dan betapa besar penderitaan yang terpaksa dihadapi oleh Imam Ahmad bin Hambal rah.a.?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Imam dan ulama manapun yang Anda sebutkan, akan Anda dapatkan mereka telah menjadi mangsa serangan musuh, hanya sedikit yang terkecuali. Benarlah ucapan Ali bin Abi Thalih ra.,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoS_KQIVDc6ye3gDGheOGS8U7XkS3AraIVKfn_MKl-369Gv4638omHwAaUg8e8Viu68T_ylIBnyO89QDv1MqAIUgy4EVWZJA2MLTAY4Czu6rTnOr2ng4heWJCnGFjtO3Be266B6KA3ak8/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+137-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Perkataan+Ali+Orang+jahil+adalah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="76" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjoS_KQIVDc6ye3gDGheOGS8U7XkS3AraIVKfn_MKl-369Gv4638omHwAaUg8e8Viu68T_ylIBnyO89QDv1MqAIUgy4EVWZJA2MLTAY4Czu6rTnOr2ng4heWJCnGFjtO3Be266B6KA3ak8/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+137-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-6+Perkataan+Ali+Orang+jahil+adalah.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: #cc0000; text-align: center;"><b>"Orang jahil adalah musuh ulama." ( Kitab Durrul Mantsur ).</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Demikianlah, dan pada masa yang akan datang, keadaan seperti ini akan terus bertambah, bahkan Nabi saw. telah menyebutnya sebagai salah satu tanda-tanda hari Kiamat. Di dalam berbagai hadits mengenai tanda hari Kiamat, masalah ini pun disebutkan di dalamnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: #f6b26b; text-align: justify;"><b>Tanda-Tanda Kiamat</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kebanyakan di antara tanda-tanda itu telah mulai muncul. Dan tanda-tanda yang belum muncul, telah terlihat tanda-tanda kedatangannya tidak berapa lama lagi. Oleh sebab itu, tidak ada lagi alasan; mengapa permusuhan dan pertengkaran ini semakin meruncing. Namun, apa yang kita lihat pada hari ini, masih tidak berarti apapun jika dibandingkan dengan apa yang akan datang pada masa kemudian. Rasulullah saw. bersabda, "Akan datang suatu masa, dimana alim ulama akan dibunuh seperti anjing, kecuali jika ulama pada masa itu menjadi gila..." ( yaitu tidak terpancar cahaya kerisauan untuk mengishlah diri ). Sebuah hadits menyatakan bahwa, "Akan datang suatu zaman, dimana kepemimpinan ulama tidak lagi diikuti. Dan tidak ada lagi sifat memuliakan orang-orang shaleh. Orang-orang tua tidak lagi dihormati, dan tidak ada kasih sayang terhadap yang muda, ( disebabkan nafsu duniawi ) pembunuhan demi pembunuhan akan terjadi, apa yang dibenarkan tidak lagi dipedulikan, orang-orang shaleh akan berkelana dengan rasa takut, dan manusia pada zaman itu adalah makhluk yang terburuk. Dan pada hari Kiamat, tidak sedikit pun Allah melihat dengan rahmat-Nya ke arah orang-orang tersebut." Rasulullah saw. juga bersabda, "Akan datang suatu zaman, dimana orang-orang yang benar-benar beriman akan berkelana secara sembunyi-sembunyi, sebagaimana orang munafik berkelana di kalangan kaum secara rahasia." ( Sumber: Kitab Al-Ishabah ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Lihatlah bagaimana orang-orang shaleh dihina dan dicemoohkan dengan sangat keterlaluan. Dan perbuatan-perbuatan yang demikian buruk itu, sangat jauh bandingannya dengan apa yang kita saksikan pada hari ini.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kita membicarakan penghinaan dan cemohan yang dilemparkan ke atas alim ulama dan orang-orang shaleh, padahal yang lebih sedih lagi pada hari ini, para sahabat ra. pun sudah tidak terhindar lagi dari serangan dan cemohan tersebut. Hal itu sudah menjadi fakta yang dilakukan oleh orang-orang Syi'ah. Pada masa lalu, perbuatan yang sangat hina ini sangat masyhur di kalangan mereka. Namun, dewasa ini perbuatan terkutuk ini juga dilakukan oleh sebagian cendekiawan Ahli Sunni. Mereka tanpa segan berani mencemarkan kehormatan para sahabat ra. dengan ungkapan-ungkapan sekehendak hati mereka dan sekehendak otak mereka. Dan sayangnya, sangat sedikit orang yang berusaha mencegah dan mengingatkan mereka!</div><div style="text-align: justify;">Mari kita simak, peringatan keras dari Rasulullah saw., "<b style="color: red;">Barangsiapa mencemoohkan sahabatku, maka Allah, para malaikat dan seluruh manusia akan melaknatnya.</b>" ( Kitab Jami'ush Shaghir ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah saw. berdoa dengan berkata, "Ya Allah, janganlah aku dan kalian ( para sahabat ) hidup pada suatu zaman yang alim ulamanya tidak dituruti, orang-orang shaleh tidak dihormati. Manusia pada zaman itu, hati mereka seperti ajmi ( kafir ) namun lidah mereka fasih seperti lidah-lidah Arab." ( Kitab At-Targhib ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> Rasulullah saw. bersabda, "Akan datang suatu masa, orang-orang yang berpegang teguh pada agama, akan sangat sulit seperti menggenggam bara api dengan tangannya." ( Kitab Al-Ishabah ). </span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Sebuah hadits tentang tanda-tanda Kiamat menyebutkan sabda Nabi saw., "Orang yang benar-benar beriman dalam suatu keluarga, akan lebih terhina dan tidak berguna daripada anak kambing." Beliau bersabda, "Dalam lingkungan keluarga, orang fasik akan dianggap ketua, orang zhalim akan diserahi urusan keluarga dan orang itu akan dihormati dan disanjung hanya agar ia dan orang lain dapat terselamat dari keonaran yang akan ditimbulkannya." ( Al-Ishabah ).</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Yang berikut ini juga termasuk yang akan menimbulkan tanda-tanda Kiamat, yaitu; banyak penyanyi wanita, penggunaan alat musik merajalela, arak banyak diminum, dan umat dahulu akan dihina dan dicemohkan. Hadits lain juga menggambarkan keadaan zaman yang akan datang, "Suatu zaman akan datang, dimana orang-orang yang beragama ( yang takut Allah ) tidak dapat menyelamatkan imannya kecuali ia lari dari gunung ke gunung, dari lubang ke lubang, seperti seekor srigala lari dengan anak-anaknya. Itulah zamannya, masa untuk mendapatkan rezeki yang halal sangat sulit tanpa berbuat dosa kepada Allah." ( Al-Ishabah ).</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Tanda-tanda selanjutnya adalah: Akan terjadi kejatuhan ekonomi, bertambah banyak anak-anak di luar nikah dilahirkan, orang-orang yang berharta akan dihormati dan disanjung, kemungkaran akan mengatasi suasana, mendadak terjadi pertumbuhan bangunan besar-besaran. ( Al Ishabah ).</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Tanda-tanda lainnya ialah: Banyak pembicaraan buruk, berakhlak tidak baik terhadap tetangga, banyak terjadi kematian tiba-tiba ( hal ini sudah banyak terjadi sekarang, di mana orang-orang mati tiba-tiba karena serangan jantung, kegagalan jantung berfungsi atau penyakit jantung ).</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Ringkasnya, tanda-tanda Kiamat itu banyak dan bermacam-macam. Para ulama telah mengumpulkannya dalam kitab-kitab khusus mengenainya. Apabila kebanyakan tanda-tanda ini telah muncul, maka tiada alasan lagi bahwa tanda-tanda berikutnya yang belum muncul, akan segera muncul pada masa yang akan datang. Tanda-tanda itu pun pasti akan muncul.</span><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-71945023685290792062010-07-29T13:54:00.000+07:002010-07-29T13:54:11.653+07:00Menjaga Lisan ( Bagian 3 )<div style="text-align: justify;">Pada hari ini, agama telah menjadi tujuan untuk roti ( Bicara agama untuk dunia/ mencari nafkah ) kita. Agama, kita gunakan untuk menimbun harta. Cita-cita kita tertumpu untuk memperoleh harta dan kedudukan di dunia. Disebabkan keinginan untuk memperoleh kedudukan, harga diri atau keuntungan duniawi yang busuk ini, maka kita tidak mempedulikan harga diri orang lain, sehingga kita tidak malu lagi berkata dusta atau bersumpah palsu untuk mendapatkannya. Padahal, sebagaimana diketahui bahwa seorang muslim itu pantang berkata dusta. Rasulullah saw. bersabda, "Apabila seorang muslim berdusta, maka malaikat Rahmat akan lari sejauh satu kilo dari bau busuk yang keluar dari mulutnya." ( Sumber: Kitab Misykat ). Seolah-olah bau yang keluar itu tersebar sejauh itu.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw., "Ya Rasulullah, mungkinkah seorang mukmin itu menjadi Dayyuts?" Jawab beliau, "Ya, mungkin saja." Sahabat itu bertanya, "Mungkinkah seorang mukmin itu menjadi bakhil?" Rasulullah saw. menjawab, "Ya, mungkin." Sahabat itu bertanya lagi, "Mungkinkah ia menjadi pendusta." Jawab Rasulullah saw., "Tidak, seorang mukmin tidak mungkin berdusta." ( Misykat ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Abu Bakar ra. berkata, "Jauhilah dirimu dari berkata dusta karena dusta menjauhkanmu dari keimanan." ( Sumber: Kitab Durrul Mantsur ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Aisyah ra. berkata, "Tiada sesuatu yang lebih dibenci oleh Rasulullah saw. daripada dusta. Apabila beliau mengetahui seseorang itu telah berkata dusta, maka beliau akan merasa gelisah, sehingga beliau tahu bahwa orang itu telah bertaubat." ( Durrul Mantsur ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Abdullah bin Umar ra. berkata, "Suatu ketika, kami bertanya kepada Rasulullah saw., "Siapakah yang terbaik di kalangan manusia?" Jawab beliau, "Setiap orang yang berhati terbuka dan lidah yang benar." Kami bertanya lagi, "Kami tahu apa itu lidah yang benar, tetapi apa maksud hati yang terbuka?" Beliau menjawab, "Hati yang terbuka ialah seorang muttaqin ( ahli takwa ), lurus ( jalan hidupnya ), tidak berbuat dosa, tidak zhalim, tidak berhasad dengki." ( Hadits Riwayat Ibnu Majah ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Umar ra. berkata, "Kamu tidak akan mendapati seorang mukmin itu pendusta." Anas ra. berkata, "Melalui maksiat berkata dusta, seseorang itu dinafikan berpuasa pada siang hari dan bertahajjud pada malam harinya." Fudhail bin lyadh rah.a. --seorang ahli sufi yang terkenal--, berkata, "Seseorang itu tidak dihiasi begitu banyak, sebagaimana yang ia dihiasi oleh nafkah yang halal dan berkata benar." ( Durrul Mantsur ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Uqbah bin Amir ra. berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah saw., "Jalan apakah untuk mencapai keselamatan?" Rasulullah saw. menjawab, "Jagalah lidahmu, tinggallah di dalam rumahmu ( tidak keluar tanpa suatu urusan penting ), dan tangisilah dosa-dosamu." ( Kitab Misykat ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-74101511377903978212010-07-29T13:50:00.000+07:002010-07-29T13:50:01.208+07:00Menjaga lisan ( Bagian 2 )<div style="text-align: justify;">Rasulullah saw. bertanya, "Tahukah kamu apa itu ghibah?" Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu." Beliau bersabda, "Ghibah yaitu menyebut sesuatu mengenai saudaramu yang tidak ia sukai." Seorang sahabat bertanya, "Bagaimana jika kesalahan itu memang ada padanya?" Jawab beliau, " Itulah ghibah. Sedangkan jika hal itu tidak ada padanya, itu adalah fitnah." ( Sumber: Kitab At-Targhib ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jika suatu keburukan seseorang itu disebut-sebut dengan maksud menunjukkan kesalahannya, maka itu adalah haram dan dosa. Namun, jika ia memang harus menunjukkan kesalahan itu karena alasan agama atau karena suatu kewajaran padanya, maka hal itu tidak haram dan tidak berdosa. Yang jelas, menuduhkan sesuatu yang tidak ada pada diri seseorang ( memfitnah ), maka hal itu sama sekali tidak dapat dibenarkan oleh agama. Rasulullah saw. bersabda, "Siapa yang membicarakan sesuatu mengenai seorang muslim yang tidak ada padanya ( tidak bersalah ), maka Allah akan mengurungnya di dalam satu bagian neraka yang berkumpul segala peluh, darah dan nanah para penghuni neraka jahanam." ( At-Targhib ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sekarang perhatikanlah lisan kita. Kebanyakan apa yang kita ingin bicarakan mengenai seseorang, kita akan langsung membicarakannya tanpa rasa cemas. Seharusnya kita berhati-hati dalam menjaga lidah kita. Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw., "Ajarkanlah kepadaku sesuatu yang dapat kupegang dengan kukuh." Rasulullah saw. mengisyaratkan kepada lidahnya lalu bersabda, "Jadilah kamu tuannya pada setiap waktu." Ada sahabat lainnya bertanya, "Dari apa aku harus berlindung dari diriku?" Beliau bersabda, "Dari lidah." ( At-Targhib ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah saw. bersabda, "Orang yang suka mengejek dan mencela orang lain, pada hari Hisab kelak, Allah akan bukakan sebuah pintu surga. Setiap mereka akan dipanggil agar datang segera. Ketika mereka sampai di pintu surga dengan susah payah, pintu itu akan ditutup. Pintu surga yang lain pun terbuka. Mereka dipanggil lagi demikian. Dan dengan susah payah lagi mereka sampai di sana. Pintu pun ditutup lagi. Pintu surga yang ketiga dibuka. Dan keadaan seperti itu pula yang terjadi. Begitulah seterusnya, sehingga mereka sangat kecewa dan tidak ada lagi kekuatan untuk pergi ke pintu surga tersebut." ( At-Targhib ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Itulah balasan adzab atas mereka yang suka memperolok dan mempermainkan seorang muslim. Mereka akan merasakan adzab yang sama. Mereka yang menjadikan seorang muslim lainnya bahan ejekan karena perbedaan sepele, mereka yang memperolok muslim lain dengan gambar-gambar karikatur yang disiarkan secara umum, mereka yang menulis kata-kata pedas kepada muslim lain, hendaknya mereka berpikir serius mengenai akibat perbuatan mereka itu. Mereka perlu menyadari, bahwa sebagai seorang muslim yang beraqidah, masalah ini tidak akan berhenti saat itu saja. Setiap amal kita akan dimasukkan ke dalam buku catatan amal. Setiap saat, setiap orang selalu diperhatikan oleh polisi rahasia Allah, yaitu malaikat Raqib dan Atid.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOJ1Y6ABJr66IrPHpokXFLs4B6Gb2JytTPjBfz7RoiJfI4Kw8YdUCukSgJs1x3gAok73F1uRMeLfZ8fZk555mfC2iCn3BRzCtx617FsS1ZaOpm9BpjXh9mMOq0wTIb6F8ZkJPbKWeOsEg/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+134-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-5+QS1+Qaaf+18+Tiada+suatu+ucapan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="58" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgOJ1Y6ABJr66IrPHpokXFLs4B6Gb2JytTPjBfz7RoiJfI4Kw8YdUCukSgJs1x3gAok73F1uRMeLfZ8fZk555mfC2iCn3BRzCtx617FsS1ZaOpm9BpjXh9mMOq0wTIb6F8ZkJPbKWeOsEg/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+134-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-5+QS1+Qaaf+18+Tiada+suatu+ucapan.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;"><b>"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir ( Raqib dan Atid )." ( QS Qaaf: 18). </b></div><div style="color: #cc0000; text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Selanjutnya Alquran menyebutkan,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQhL-utqjqHHQXIZ1LK-j9cHZRtfh31zsUb_GEMlMvxGpCshPC6tyHDn7TgwYcL70knjEBd65OIHcu1UdjfUrDJJuhDCroytVbXZiJHbb5_mD2AWacF7lCUv7XXxsN4bCsXNjop8_PmWk/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+134-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-5+QS2+Yunus+21+Sesungguhnya+malaikat2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="63" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQhL-utqjqHHQXIZ1LK-j9cHZRtfh31zsUb_GEMlMvxGpCshPC6tyHDn7TgwYcL70knjEBd65OIHcu1UdjfUrDJJuhDCroytVbXZiJHbb5_mD2AWacF7lCUv7XXxsN4bCsXNjop8_PmWk/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+134-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-5+QS2+Yunus+21+Sesungguhnya+malaikat2.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: center;"><span class="fullpost"> <b style="color: #6aa84f;">"Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami selalu menuliskan tipudaya-</b></span><b style="color: #6aa84f;"><span class="fullpost"> mu."(Yunus:21).</span></b></div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> Inilah waktu yang tepat untuk merenung dan meresapi apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw.,</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLaOufV6pV3vOKFL11iuS9jLoCtQQlw-2H9OoAs4TSpdmoaxLajPgBL65-nRzP4AQJt-YTLQIrOrWsEQ_YwgwmY92IFbNggndsdrRIHYzVtODUxy_42KCFqPJgvvDm9WhV6IF2Pt_zHiw/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+134-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-5+Hadits+Apabila+seorang+mencerca.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="80" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLaOufV6pV3vOKFL11iuS9jLoCtQQlw-2H9OoAs4TSpdmoaxLajPgBL65-nRzP4AQJt-YTLQIrOrWsEQ_YwgwmY92IFbNggndsdrRIHYzVtODUxy_42KCFqPJgvvDm9WhV6IF2Pt_zHiw/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+134-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-5+Hadits+Apabila+seorang+mencerca.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> "<b style="color: #6aa84f;">Apabila seseorang mencerca atau mencacimu atas keburukan yang ia tahu </b></span><b style="color: #6aa84f;"><span class="fullpost"> ada padamu, jangan kamu balas mencacinya dengan keburukan mereka. </span><span class="fullpost">Niscaya pahala ( atas kesabaranmu ) akan diberikan bagimu dan baginya </span></b><span class="fullpost"><b style="color: #6aa84f;"> adalah kebinasaan</b>."</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> Sungguh sayang, sebagian kita ada yang ketika akan mencerca, menghina, merendahkan atau membalas dendam terhadap seseorang, kita langsung tidak memikirkan apakah perbuatan dosa yang kita lontarkan ke atasnya itu benar-benar ada pada dirinya ataukah tidak? Bahkan tidak jarang kita sengaja merekayasa dan memutarbalikkan fakta atasnya.</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Seperti inikah cara kita mengamalkan Islam? Jika seperti itu cara kita, maka sebenarnya kita tidak membalas dendam terhadap lawan kita, kita justru sedang mencoreng moreng kemuliaan Islam. Bagaimana orang lain dapat mengetahui apa yang kita lakukan itu sebenarnya bertentangan dengan Islam? Bagaimana orang asing dapat mengenal ajaran Islam yang sebenarnya? Bagaimana orang lain dapat mengetahui sejauhmana penyimpangan kita dari Islam?</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Orang-orang non-muslim melihat kita seperti sebuah gambar yang memperlihatkan Islam. Namun, apakah mereka tahu bahwa kita sendiri telah menyisihkan dan mencampakkan ajaran Islam itu, sehingga kita sendiri tidak mendalami asasnya? Demikian buruk martabat kita, sehingga kita tidak sempat mempelajari agama kita, mazhab kita, sunnah-sunnah Nabi kita, dan contoh kehidupan para sahabat ra..</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-49998106147582302702010-07-28T22:09:00.001+07:002010-07-28T22:10:25.393+07:00Menjaga lisan<div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Suatu ketika, Rasulullah saw. berwasiat kepada Mu'adz ra.. Beliau bersabda kepadanya, "Setelah kusampaikan semuanya, maukah kuberi tahu yang dengannya kamu akan mudah mengamalkan semua itu?" Sahut Muadz ra., "Tentu ya Rasulullah!" Rasulullah saw. mengisyaratkan ke arah lidahnya lalu bersabda, "Inilah ia, peliharalah ia." Mu'adz ra. bertanya, "Ya Rasulullah! Adakah kita akan dihisab disebabkan lidah kita?" Rasulullah saw. menjawab dengan balik bertanya, "Adakah sesuatu selain timbunan-timbunan ( yang disebabkan oleh lidah ), sehingga seseorang itu dicampakkan mukanya ke neraka?" ( Hadits Riwayat Hakim –Kitab Misykat ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Maksud 'timbunan-timbunan yang disebabkan oleh lidah' adalah sebagaimana pisau sabit yang memotong rumput lalu menimbunnya di suatu tempat. Begitulah pisau lidah, yang memotong dengan ucapan lalu menimbunnya di suatu tempat, yaitu ke dalam buku catatan amalnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ya! Keadaan kita sekarang ini adalah sebagaimana kita tidak mempedulikan tugas-tugas agama, seperti itulah kita tidak mempedulikan lidah kita. Lidah adalah kepentingan istimewa, sayang kita tidak dapat menjaganya. Kita mudah melemparkan berbagai tuduhan kepada lawan kita. Apa-apa yang terlintas di hati, tanpa ragu lagi akan kita tuduhkan kepada orang lain. Tanpa rasa sungkan, kita menuduh seseorang menerima suap atau mata-mata atau pengkhianat partai. Kita tidak menduga bahwa pada suatu hari kelak, kita akan dituntut untuk membuktikan tuduhan tersebut di hadapan Maha Hakim Yang Agung. Perhatikan apa yang difirmankan oleh Allah swt.,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJ_ndYnc6EjniwQwJ9XfUBdcQ7ofIFBw9aOPsbh0HLA_Z63PNDloxfDN6rfqv-UcaKhSmIdknwv9YvmA0DTABIHhjqZtJij8yZnDOYuXxMhfftVRtjqCsu6wea0rHQQXNVVX7HMQWyOho/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+131-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-5+QS+Al+Israa+36-39+Dan+janganlah.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="183" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgJ_ndYnc6EjniwQwJ9XfUBdcQ7ofIFBw9aOPsbh0HLA_Z63PNDloxfDN6rfqv-UcaKhSmIdknwv9YvmA0DTABIHhjqZtJij8yZnDOYuXxMhfftVRtjqCsu6wea0rHQQXNVVX7HMQWyOho/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+131-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-5+QS+Al+Israa+36-39+Dan+janganlah.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: #b6d7a8; text-align: justify;">"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai ilmu tentangnya, ( karena ) sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan ditanya. Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini </div><div style="color: #b6d7a8; text-align: justify;">dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatan ( yang ditimbulkan ) nya adalah sangat dibenci di sisi Tuhanmu. Itulah </div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #b6d7a8;">sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di sisi Allah, yang menyebabkanmu dilemparkan ke neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan ( dari rahmat Allah )."</span> ( Al-lsra: 36-39 ).</div><div style="text-align: justify;">Dalam ayat ini, terdapat perintah agar berhati-hati dan berwaspada terhadap peranan mata, telinga dan hati dalam kehidupan ini. Kita telah menzhalimi diri sendiri, jika kita menuduh seseorang dengan sesuatu yang tidak ada buktinya. Menganggap wajar perbuatan menuduh, mencela, menyakiti, menyebut gila pangkat, gila harta terhadap lawan politik kita, yang berselisih pendapat dengan kita adalah sesuatu yang akan menjadi tuntutan yang berat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> Mungkinkah dengan tuduhannya itu akan menghasilkan maslahat bagi kaum muslimin menurut agama? Kita harus mengakui bahwa pendapat kita pun memiliki berbagai kemungkinan buruk, kemungkinan rugi dan kemungkinan bahaya yang juga besar. Kita pun harus mengakui bahwa kita tidak menerima wahyu yang menyatakan bahwa pendapat kita adalah jalan yang terbenar tanpa ada cacat celanya.</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Jadi, pendapat-pendapat itu berkemungkinan berada di atas jalan yang salah. Walaupun kita bisa tentukan jalan yang kita pilih adalah benar, tetapi tidak wajar jika kita mengatakan kepada orang lain yang berbeda pendapat, bahwa mereka memilih jalan salah, bermaksud jahat, mementingkan diri sendiri dan tuduhan-tuduhan lainnya.</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Memang, besar kemungkinan orang lain itu salah jalan. Walaupun demikian, jika kita tidak sependapat dengan seseorang karena suatu alasan yang sah, maka kita wajib menjelaskan kebenaran kepadanya dengan akhlak Islami bukan mencercanya dengan kata-kata pedas, sehingga menyakiti hati orang yang dituju, baik ia itu benar atau salah. Dan bukan dengan memfitnahnya, atau meng-ghibah di belakangnya.</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv5DCYrHcq3ietyyNZynFzaWBz_edzmJzXOQ7nr06I477Bqs8k1DN2-Ug4Fr_x9epPLyIYztY-58bTRzMZzlpzuhkGWvff4-W5EL_zD2OmU6-YhpuJSKoH0ZRxQr8GGuU6dr9LH2KT91Y/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+132-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-5+QS+Al+Ahzab+58+Dan+orang2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="77" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhv5DCYrHcq3ietyyNZynFzaWBz_edzmJzXOQ7nr06I477Bqs8k1DN2-Ug4Fr_x9epPLyIYztY-58bTRzMZzlpzuhkGWvff4-W5EL_zD2OmU6-YhpuJSKoH0ZRxQr8GGuU6dr9LH2KT91Y/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+132-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-5+QS+Al+Ahzab+58+Dan+orang2.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> "<span style="color: #6aa84f;">Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa </span></span><span class="fullpost" style="color: #6aa84f;"> kesalahan yang mereka buat, maka sesungguhnya mereka telah memikul </span><span class="fullpost"><span style="color: #6aa84f;"> kebohongan dan dosa yang nyata.</span> " ( QS Al-Ahzab: 58 ).</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Suatu ketika, Rasulullah saw. berkata, "Tahukah kalian siapakah orang yang muflis ( bangkrut ) itu?" Para sahabat menjawab, "Orang yang tidak memiliki harta." Beliau bersabda, "Orang yang bangkrut dari umat ini adalah orang yang datang pada hari Kiamat dengan membawa demikian banyak pahala shalat, zakat, puasa dan ibadah lain-lainnya. Namun ia telah mengumpat orang lain, memakan harta orang lain tanpa hak, telah membunuh atau memukul seseorang. Maka sebagian pahala amal baiknya akan diambil dan yang lain mengambil yang itu. Dan apabila tidak ada lagi amal baiknya, sedangkan masih ada orang lain yang menghendakinya, maka sesuai dengan tuntutan mereka itu, dosa-dosa mereka akan dilimpahkan ke atasnya."</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Itulah hakekat orang bangkrut yang sebenarnya. Betapa malang ia, dengan pahala kebajikan yang demikian banyak, pada akhirnya semua itu akan habis begitu saja, tinggallah ia tanpa suatu apapun. Sedangkan dosa-dosa orang lain malah akan dilimpahkan ke atasnya.</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-13878159770741547102010-07-28T21:54:00.003+07:002010-07-28T21:57:56.784+07:00Partai Politik dan Tabiat Saling Menghina ( Bagian 2 )<div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Kita mengetahui bahwa banyak tuduhan yang dibuat dari hasil rekayasa seseorang atau suatu kelompok untuk menjatuhkan orang yang dituduh. Ini dilakukan karena dengki tidak ingin orang lain maju. Oleh sebab itulah Rasulullah saw. bersabda, "Hasad akan memakan amal baik sebagaimana api memakan kayu bakar."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Orang-orang yang sengaja membuat tuduhan palsu dan menghina orang lain serta berprasangka buruk terhadapnya, hendaknya merenungkan sabda Rasulullah saw. mengenai masalah ini. Mereka sepatutnya mengetahui bahwa mereka sedang mengundang bencana atas diri mereka sendiri. Apapun yang mereka lakukan terhadap orang lain, seperti itu pulalah yang akan menimpa mereka. Rasulullah saw. bersabda,</div><div style="text-align: justify;">"Sebagaimana perbuatanmu terhadap orang lain, seperti itulah yang akan diperlakukan ke atasmu." ( Maqausidul Hasanah ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah saw. bersabda, "Kebaikan tidak akan menjadi tua, dosa tidak akan dilupakan, Dan Allah Maha Kaya tidak akan mati. Lakukanlah sesukamu, karena apa yang kamu lakukan terhadap orang lain, itulah yang akan diperlakukan terhadapmu."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hadits lain menyebutkan, telah dipetik dari Taurat,</div><div style="text-align: justify;">"Sebagaimana yang kamu tanam, seperti itulah yang akan kamu tuai. Dan cangkir apa yang kamu beri minum kepada orang lain, seperti itulah yang kamu akan diberi minum." ( Sumber: Kitab Maqausidul Hasanah ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hadits lain juga menyatakan yang dikutip dari kitab Injil,</div><div style="text-align: justify;">"Sebagaimana yang kamu lakukan, seperti itulah yang akan dilakukan atasmu. Dan sebagaimana ukuran timbangan yang diberikan untuk orang lain, seperti itulah timbangan yang disediakan untukmu."<br />
( Kitab Jami'us Shaghir ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Nabi saw. bersabda, "Siapa yang enggan menolong saudaranya muslim ketika ia dihina dan disakiti, maka Allah akan membiarkannya tanpa ditolong ketika ia benar-benar menginginkan pertolongan. Dan siapa yang menolong saudaranya semuslim ketika ia dihina dan disakiti, maka Allah akan menolongnya ketika ia benar-benar memerlukan pertolongan." ( Kitab Misykat ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Abu Dzar ra. -seorang sahabat yang terkemuka--, meriwayatkan sebuah hadits panjang yang ujungnya berbunyi demikian, "Aku meminta wasiat kepada Rasulullah saw.. Beliau bersabda, "Kuwasiatkan agar kamu selalu bertakwa setiap saat, karena takwa adalah hiasan bagi segalanya. Siapa yang takut kepada Allah dalam segala hal, ia pasti tidak akan terlibat dalam perbuatan-perbuatan dosa." Abu Dzar ra. memohon lagi, "Nasehatilah aku lagi." Beliau menjawab, "Perbanyaklah membaca Al Qur’an dan berdzikir, itu akan membuatmu diingat di langit dan menjadi nur di bumi." Abu Dzar ra. meminta lagi, "Nasehatilah aku lagi." Beliau bersabda, "Perbanyaklah diam, karena itu akan menjadi penghalang dari syetan ( manusia selalu terjebak masalah karena lidahnya )." Menjaga lidah akan membantu seseorang, sehingga terpelihara agamanya ( siapa yang terkena penyakit banyak bicara, niscaya mudah terlepas dari amal shaleh ) . Abu Dzar ra. meminta tambahan lagi. Rasulullah saw. bersabda, "Tahanlah dirimu dari banyak tertawa, karena ia akan mematikan hati dan menghilangkan nur wajahmu." Abu Dzar ra. meminta tambahan lagi. Beliau bersabda, "Berkatalah benar walaupun pahit." Ia minta tambahan lagi. Rasulullah saw. bersabda, "Perhatikanlah aibmu karena itu akan menghalangimu dari melihat aib orang lain." ( Kitab Misykat ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Maksud saya menulis kalimat terakhir adalah untuk menunjukkan kebodohan kita. Dimana sering kita sibuk mengorek aib-aib saudara kita. Jika kita sibuk dengan melihat aib diri sendiri, tentu kita tidak sempat melihat aib orang lain, apalagi menyebarkan aib-aib mereka, sebab kita sibuk dengan aib-aib diri kita sendiri.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam wasiat yang ditulis oleh Syekh Maulana Raipuri rah.a., kita mendapatkan rangkaian syair Persia yang berikut ini,</div><div style="color: #f6b26b; text-align: justify;"><b>Ketika sedang berlayar di laut, syekhku menasehatiku dengan dua masalah: </b></div><div style="color: #f6b26b; text-align: justify;"><b>Satu, Jangan penuhi dirimu dengan sikap egois. </b></div><div style="color: #f6b26b; text-align: justify;"><b>Kedua, Jangan melihat aib orang lain.</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-56496530872579784062010-07-28T21:44:00.000+07:002010-07-28T21:44:41.940+07:00Partai Politik dan Tabiat Saling Menghina<div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Lihatlah partai-partai politik yang tumbuh begitu banyak sekarang ini! Lihatlah dengan seksama; mereka yang berpartai dan yang tidak berpartai. Kemudian lihatlah, bagaimana para tokoh partai itu menghamburkan kata-kata kasar terhadap tokoh-tokoh partai lain tanpa menghiraukan apakah yang ia hina adalah ulama atau bukan. Kita melihat bagaimana para tokoh itu saling menghina dan mencela dengan tujuan merusak harga diri mereka di depan umum, agar partai mereka jatuh, sedangkan harga dirinya bertambah terkenal.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Yang paling mengherankan adalah, setiap orang yang terperosok ke dalam perbuatan tercela ini, mengakui bahwa hal itu bukan suatu perbuatan yang terpuji, tetapi ketika mereka berpidato di hadapan umum, mereka gagal untuk menerapkannya dalam lisan mereka. Mereka justru bersemangat mengadu domba antara kata-kata keji dan pedas yang dilemparkan oleh pihak lain. Dan pada waktu yang sama, mereka gagal memperhatikan dan mengoreksi perilaku yang terjadi dalam kalangan partai mereka sendiri.</div><div style="text-align: justify;">Sebuah syair Persia menyatakan,</div><div style="color: #f1c232; text-align: justify;"><b>"Mereka melakukan tanpa kejujuran lalu mengakui bahwa</b></div><div style="color: #f1c232; text-align: justify;"><b>ini dosa yang mereka lakukan di belakang rumah mereka sendiri."</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dan hadits Rasulullah saw. menyatakan,</div><div style="text-align: justify;">"Sebagian kamu melihat sedikit debu di mata saudaranya, ( tetapi ) tidak dapat melihat alang ( kayu lintang ) yang berada di matanya sendiri."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ini adalah masalah yang sangat serius dan berbahaya! Menghina dan merendahkan kehormatan seorang muslim tanpa hak adalah seburuk-buruk riba. ( Sumber: Kitab Jami'us Shaghir ). 'Tanpa hak' di sini maksudnya apa-apa yang dibenarkan oleh syariat bermakna boleh, sedangkan hal-hal yang syariat tidak membolehkannya bermakna tanpa hak.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah saw. bersabda, "Riba yang terendah adalah sama dengan berzina dengan ibu sendiri dan riba yang terburuk ialah menjatuhkan harga diri seorang muslim." ( Jami'ush Shaghir ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sebuah hadits lain menyatakan bahwa terdapat tujuh puluh derajat dosa mengambil riba, dan yang terendah adalah sama dengan berzina dengan ibu sendiri dan ( dosa riba ) yang terbesar adalah menjatuhkan harga diri seorang muslim. Hadits lain menyatakan bahwa merendahkan dan berkata kasar terhadap seorang muslim adalah salah satu dosa besar dan mengeluarkan dua perkataan kasar setelah menyatakannya sekali termasuk dosa besar. ( Jami'ush Shaghir ).</div><div style="text-align: justify;">Juga diriwayatkan sebuah hadits yang berbunyi, "Apabila umatku mulai mencela satu sama lainnya, maka mereka tidak dipandang lagi oleh Allah. ( Kitab Risalah Tabligh ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Demikian risau Rasulullah saw. mengenai hal ini, sehingga beliau menyuruh agar kita menutup mata kita dari melihat kesalahan sepele pada para tokoh. Beliau bersabda,</div><div style="text-align: justify;">"Tutup mataku dari melihat aib orang-orang yang berkedudukan, kecuali mengenai hudud."</div><div style="text-align: justify;">Di sini kita diperintahkan agar menutupi mata terhadap aib-aib para tokoh. Namun demikian, masalah hudud, seperti mereka berzina, mencuri/ korupsi dan sebagainya, yang telah ditetapkan hukuman hudud menurut syariat, maka tiada seorang pun yang berhak mendapat pelayanan istimewa. Sebaliknya, tidaklah dibenarkan menuduh seseorang hanya dengan berdasarkan prasangka dan dugaan tanpa bukti yang kuat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> Dalam surat An-Nur, dinyatakan dengan jelas mengenai perzinahan. Jika penuduh gagal membawa empat orang saksi, maka menurut hukum Islam, tuduhan itu batal. Demikianlah aturan Al Qur’an. Namun berbeda dengan aturan kita. Jika kita ingin menyebarkan permusuhan pribadi terhadap seseorang, kita dapat melakukannya sekehendak kita, misalnya dengan menyebarkan karikatur-karikatur jelek mengenainya, atau menulis artikel mengenainya sekehendak kita. Di sisi kita, seolah-olah tidak ada masalah jika menuduh musuh kita, sebagai pezina atau peminum minuman keras.</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Bandingkanlah dengan ketetapan syariat, dimana jika seseorang tidak dapat membawa empat saksi yang mengatakan bahwa seseorang itu telah berzina, maka si penuduh harus dicambuk delapan puluh kali. Sedangkan kita sekarang, bersikap tidak mempedulikan adanya saksi ketika menuduh seseorang. Rasulullah saw. bersabda, "Kadangkala syetan juga menyamar berupa manusia untuk menyebarkan berita palsu. Dan sekumpulan manusia mengetahuinya kemudian berpencar ke berbagai penjuru menyebarkan berita itu ( bisa pula melalui situs jejaring sosial ). Mereka saling memberitahukan satu sama lainnya, "... Aku mendengar kisah ini dari seseorang tertentu, aku tidak tahu namanya, tapi kukenal wajahnya. . . ." ( Hadits Riwayat Muslim – Kitab Misykat ).</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Oleh sebab itu, hendaklah kita berhati-hati. Adalah suatu kesalahan dan ketidakadilan yang besar jika kita mempercayai suatu cerita yang hanya kita dengar dari seseorang yang tidak kita kenal. Adalah suatu kesalahan mempercayai sesuatu begitu saja, hingga cerita itu dibuktikan kebenarannya secara syariat. Mengambil langkah hati-hati dan waspada untuk menghindarkan diri dari tuduhan seperti ini adalah sesuatu yang berbeda, tetapi menetapkan tuduhan ke atasnya tanpa saksi dan bukti adalah salah besar.</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Perkara ini harus dipahami dengan benar. Diam dan tidak menanggapi suatu tuduhan adalah wajar sebagai langkah hati-hati, tetapi jika kita akan melimpahkan tuduhan atasnya, maka patut dikemukakan bukti-bukti syariat atasnya.</span><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-19678406374993891302010-07-28T21:38:00.000+07:002010-07-28T21:38:52.081+07:00Menjatuhkan Martabat Seorang Muslim ( Bagian 2 )<div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Selanjutnya Rasulullah saw. bersabda, "Amal perbuatan ( manusia ) akan dibawa di hadapan Allah setiap hari Senin dan Kamis, lalu ampunan akan diberikan kepada semua orang, kecuali orang yang mensyirikkan Allah dan dua orang yang saling membenci dan bermusuhan di antara keduanya. Dikatakan kepada mereka, "Tahanlah ampunan atas mereka, sehingga mereka berbaikan kembali." ( Bukhari -At-Targhib ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ada juga hadits yang menyebutkan, "Barangsiapa memanggil seseorang dengan sebutan 'kafir' atau 'musuh Allah' Sedangkan orang yang dipanggil itu tidak demikian, maka kata-kata itu akan kembali ke penyebutnya." ( Hadits Riwayat Bukhari – Kitab At-Targhib).</div><div style="text-align: justify;">Hadits lain menyebutkan, "Mengutuk seorang muslim adalah perbuatan fasik." Hadits lainnya lagi, "Mengutuk dan berkata kotor terhadap orang muslim sama dengan menyiapkan kebinasaan bagi diri sendiri." ( At-Targhib ).</div><div style="text-align: justify;">Selanjutnya dikatakan dalam hadits, "Siapa yang menuduh seseorang dengan sesuatu yang tidak ada pada orang itu, maka Allah akan merantainya di neraka lalu dikatakan kepadanya, "Buktikan kebenaran tuduhanmu itu." ( At-Targhib ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hadits lain menyebutkan, "Hamba Allah yang terbaik ialah orang yang apabila kamu memandang wajahnya, kamu akan teringat Allah. Dan hamba Allah yang terburuk adalah orang yang menyebarkan keburukan, memecah-belah persatuan dan orang yang mencari aib orang lain yang tidak ada pada orang itu." (At-Targhib).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Pada masa haji Wada', Rasulullah saw. mengumumkan, "Darahmu, kemuliaanmu dan hartamu telah diharamkan pada hari ini selamanya, sebagaimana keharaman kota ini, bulan ini dan hari ini." Sebuah hadits menyatakan, "Nyawa, harta dan kehormatan orang muslim diharamkan bagi muslim lainnya."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Berbagai hadits lainnya dengan redaksi yang berbeda telah diriwayatkan mengenai masalah ini, sebagiannya telah disebutkan sebelumnya. Namun ternyata kita menyepelekannya. Di antara contoh perbuatan kita yang sekadar berdasarkan prasangka belaka adalah kecaman dan ucapan sinis kita terhadap orang lain yang dihamburkan tanpa segan. Di sisi Allah, menjatuhkan harga diri serta kehormatan seorang muslim adalah dosa yang menyamai riba yang terburuk.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Renungkanlah! Bukan hanya satu hadits yang menyatakan demikian, bahkan sangat banyak. Misalnya sebuah hadits yang berbunyi, "Riba yang terburuk adalah menghina seorang muslim dengan kata-kata kasar." ( Sumber: Kitab Jami'ush Shaghir ). Maksudnya, adalah menjatuhkan kehormatan seseorang agar dapat menaikkan harga dirinya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-87071706301665540462010-07-28T21:30:00.001+07:002010-07-28T21:33:09.951+07:00Menjatuhkan Martabat Seorang Muslim<div style="text-align: justify;">Secara umum, keadaan kita adalah jika ada seseorang yang berbuat sesuai dengan pikiran kita, kita akan menganggapnya seorang yang ikhlas, bertakwa, takut kepada Allah dan orang yang shaleh. Sebaliknya, jika orang itu berbeda pandangan dengan kita, maka kita akan menuduhnya bodoh, pembelot, egois, pengkhianat, penjilat, dan sebagainya. Ringkasnya, semua aib akan ditujukan kepadanya. Sebenarnya, orang seperti ini sedang memperlihatkan aib-aib dirinya kepada semua orang. Dan semua aib yang tidak pernah dibayangkan olehnya akan terbongkar dari dirinya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Demikianlah kebiasaan kita, sedangkan hal itu sangat bertentangan dengan sabda Rasulullah saw., "Barangsiapa menutup aib saudaranya yang muslim, Allah akan menyembunyikan aibnya pada hari Kiamat. Dan barangsiapa membuka aib orang lain, maka Allah akan membuka aibnya, walaupun dosa itu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, pasti kehinaan akan mencegahnya."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ibnu Umar ra. meriwayatkan, suatu ketika, Rasulullah saw. naik mimbar, dan bersabda dengan lantang, "Wahai manusia yang Islamnya hanya di lidah sedangkan iman belum menyentuh hatinya! Janganlah menyusahkan kaum muslimin dan jangan mencari-cari aib mereka. Barangsiapa mencari aib seorang muslim, Allah akan perlihatkan aibnya. Dan bila Allah ingin memperlihatkan aib seseorang, maka Dia akan menjadikannya hina walaupun di dalam rumahnya sendiri." ( Sumber: Kitab At-Targhib ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Suatu ketika, Abdullah bin Umar ra. melihat ke Baitullah, lalu ia berkata, "Betapa berat dan agung! ( Jika kamu lakukan ), maka Allah akan menunjukkan rahim-Nya kepadanya, sedangkan musibah yang sama akan dikenakan juga ke atasmu." Rasulullah saw. bersabda, "Orang yang paling kukasihi ialah orang yang berakhlak ramah dan riang. Lembut tangannya ( tidak menyingsing lengan atas perkara sepele ), cepat berkawan dan menyambung hubungan baik dengan orang lain. Dan orang yang paling kubenci adalah orang yang suka omong-kosong, mengumpat, memecah-belah, meruncingkan perbedaan di antara kawan, dan mencari kebaikan yang tidak ada pada orang lain." ( At-Targhib ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam hadits yang lain, Rasulullah saw. bersabda, "Apabila seseorang menghina dan menuduhmu dengan suatu aib yang tidak ada padamu, maka jangan kamu menjawab dan menghinanya kembali ( pada hakekatnya, aib itu ada pada dirinya ), niscaya kamu akan diganjar dengan pahala dan ia akan dibebani dengan dosa penghinaannya." ( At-Targhib ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah saw. bersabda, "Jangan putuskan silaturrahmi di antaramu. Jangan saling melihat keburukan di antara kalian. Jangan saling membenci di antara kalian. Jangan saling hasad di antara kalian. ( Di antara tanda ) persaudaraan di antara sesama muslim adalah tidak memutuskan pembicaraan selama tiga hari antara satu sama lainnya." ( At-Targhib ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-39112159786667080622010-07-28T21:28:00.000+07:002010-07-28T21:28:43.548+07:00Pahala Setiap Amal Tergantung Niat ( Bagian 2 )<div style="text-align: justify;">Ada sebuah hadits yang menyatakan bahwa, "Barangsiapa beramal dengan riya dan untuk kemasyhuran, maka di akherat Allah akan memasyhurkannya ( niat buruknya akan diumumkan kepada semua orang ), dan ia akan dihinakan." Rasulullah saw. pun bersabda, "Kebimbanganku yang terbesar atas umat ini adalah 'syirik Asyghar'." Para sahabat bertanya, "Apa itu syirik Asyghar?" Rasulullah saw. menjawab, "Beramal dengan riya ( ingin dilihat orang ). Pada hari Kiamat, Allah berfirman kepada orang itu, "Pergi! dan dapatkan pahala dari orang yang ingin kamu tujukkan amalanmu itu."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Berbagai hadits menjelaskan masalah ini, bahwa segala amal yang dilakukan untuk mendapat nama dan kemasyhuran atau bertujuan untuk memperoleh harta atau keuntungan duniawi tanpa diniati untuk ridha Allah, maka semuanya akan sia-sia tanpa mendatangkan manfaat apapun.</div><div style="text-align: justify;">Sebelum ini, kita telah membahas tentang jihad dan menyebutkan hadits-hadits yang berkaitan dengan niat. Di sini kita akan membicarakan hadits yang berbunyi,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="color: red; text-align: justify;"><b>"Berjihad untuk mencari nama dan kemasyhuran tidak akan diterima oleh Allah."</b></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Suatu ketika, seorang sahabat melintas di hadapan Rasululah saw. memperlihatkan kekuatan badannya serta bentuk badannya yang segar bugar. Para sahabat pun berkata, "Alangkah baiknya jika dalam keadaan seperti itu ia pergi berjihad ke jalan Allah?" Jawab Rasulullah saw., "Jika ia keluar bekerja untuk menafkahi anak-anaknya yang kecil, maka ia berjihad di jalan Allah. Jika ia keluar bekerja untuk membantu kedua orang tuanya, ia juga berjihad di jalan Allah. Dan jika ia keluar untuk menafkahi dirinya sendiri dan menyelamatkan dirinya dari memakan dan berbuat sesuatu yang haram, ia juga berjihad di jalan Allah. Tetapi jika ia keluar untuk mencari nama dan kemasyhuran agar dilihat oleh orang lain, maka ia di jalan syetan." ( Sumber: Kitab At-Targhib).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hadits di atas dan hadits-hadits yang serupa dengannya, jelas menunjukkan bahwa berjihad di jalan Allah bukan saja terbatas pada jihad yang hakiki, atau pada amalan yang bukan wajib atau ibadah-ibadah yang tertentu. Tidak. Selain ibadah wajib dan amal-amal shaleh lainnya yang disertai dengan niat mendapat ridha Allah, semua termasuk di jalan Allah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Siapa yang berpikir bahwa berkhidmat kepada agama hanyalah dengan sibuk beribadah, atau menganggap bahwa terjun dalam urusan yang mubah itu bertentangan dengan agama, maka sebenarnya ia telah melakukan kekeliruan besar. Tiada seorang pun dari kalangan ulama mu'tabar yang berkata kepada seseorang, jangan mencari nafkah atau tinggalkan sama sekali. Sebenarnya, masalah yang terpenting adalah jangan menjadikan mencari duniawi sebagai tujuan hidup. Hendaklah kita mencari nafkah semata-mata untuk mendapat ridha Allah. Jangan melakukannya untuk mendapatkan kemasyhuran, kedudukan, kebanggaan, keangkuhan atau untuk diperlihatkan kepada orang lain.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dengan demikian, terdapat gambaran sebaliknya yang juga salah dan bertentangan dengan ajaran Islam, yaitu menuduh setiap orang melakukan sesuatu untuk 'maksud pribadi' dan 'menuruti tuntunan hawa nafsunya sendiri'.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3DMn4UP7JCBJwSASj9qwKM59zLYSEPPyFm0pT4xT1j3gDZoVxu19UgAv5mukiwbi7tdyozJVvSjCc4QP7a7_zax6Pg0lpZMSFCyTKziuEqdpk9_vSLyz75kCexb6NJ8r2zP6wDmlOjLg/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+124-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-5+QS+Al+Hujurat+12+Hai+orang2+yg+beriman.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="83" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3DMn4UP7JCBJwSASj9qwKM59zLYSEPPyFm0pT4xT1j3gDZoVxu19UgAv5mukiwbi7tdyozJVvSjCc4QP7a7_zax6Pg0lpZMSFCyTKziuEqdpk9_vSLyz75kCexb6NJ8r2zP6wDmlOjLg/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+124-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-5+QS+Al+Hujurat+12+Hai+orang2+yg+beriman.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="color: lime; text-align: justify;">"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan jangan kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing ( mengumpat ) sebagian yang lain..." ( Al-Hujurat: 12 ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-17951042972936532802010-07-28T21:22:00.000+07:002010-07-28T21:22:52.793+07:00Pahala Setiap Amal Tergantung Niat<div style="text-align: justify;">Ada seseorang mengajukan pertanyaan berikut kepada Maulana Zakariyya:</div><div style="text-align: justify;">Nampaknya, masalah pribadi berpengaruh besar dalam menentukan tindakan dan niat seseorang, dan terlihat seolah-olah setiap orang sedang menuruti nafsunya sendiri. Bagaimana pendapat Anda?</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Jawaban Maulana:</div><div style="text-align: justify;">Tidak sulit membayangkan bahwa sebagian orang memang seperti yang Anda sebutkan. Jika tidak semuanya, pasti sebagian mereka berbuat sesuatu karena tuntutan hawa nafsunya. Bila nafsu dituruti sudah tentu, akan berakibat pada kerusakan dan bencana di mana-mana. Hal ini dapat dipastikan bahwa itu sekadar alasan untuk menolak anjuran Islam. Jika kita menerima dan mentaati ajaran Islam, tentu tiada satu pun kerusakan yang dapat terjadi di dunia ini. Tidak ragu lagi, siapa yang melaksanakan amalan dan tugas agama untuk memuaskan nafsunya, maka ia sama dengan menzhalimi dirinya sendiri. Rasulullah saw. bersabda,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiypDVrGEdW4sa1wwxaBTJKNxVH-sI2qJHF3WhodfkKBUcNtKxvlG_v0VA43-yJfX70O7AKGuhZigQiUm1m2ThIY-khlDYuTFRJsloXFI1zjfEE4MIh9mRcVLd6dnj65lkDq61d6jmdIWg/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+121-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-5+Sesungguhnya+ganjaran+bagi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="72" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiypDVrGEdW4sa1wwxaBTJKNxVH-sI2qJHF3WhodfkKBUcNtKxvlG_v0VA43-yJfX70O7AKGuhZigQiUm1m2ThIY-khlDYuTFRJsloXFI1zjfEE4MIh9mRcVLd6dnj65lkDq61d6jmdIWg/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+121-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-5+Sesungguhnya+ganjaran+bagi.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">"Sesungguhnya ( ganjaran bagi ) setiap amal itu ( bergantung ) pada niat. Dan bagi setiap orang adalah apa yang diniatkannya."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ketika Rasulullah saw. mengutus Mu'adz ra. ke Yaman, ia meminta Rasulullah saw. agar memberinya nasehat. Rasulullah saw. mewasiatkan agar senantiasa ikhlas dalam setiap amalan, lalu bersabda, "Perbuatan baik walaupun sedikit, jika dilakukan dengan ikhlas sudah mencukupi." Disebutkan dalam hadits lain, "Kegembiraan Allah dilimpahkan ke atas Mukhlisin ( orang-orang yang ikhlas ). Mereka seperti cahaya-cahaya hidayah. Dan melalui mereka setiap fitnah terburuk akan dihapuskan."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sa'ad ra. -seorang sahabat terkemuka--, suatu ketika bimbang dengan amal perbuatannya. Rasulullah saw. pun memperingatkannya, "Pertolongan Allah atas umat ini melalui orang-orang yang lemah, melalui shalat mereka, doa-doa mereka dan keikhlasan mereka."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah saw. juga bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak melihat jasad dan wajahmu, tetapi Allah hanya melihat hatimu ( yaitu niat apa yang mendasari perbuatanmu )." Allah swt. berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQuH_YoxiNzzLa_BxzR4NewTAxxofLZ6M1Dpi8wBfwNlraUnTDpt7yk1nS5ZlH92lfdKqbcb_rYMlGaGyvB7YcEWufQmOFT03WOpTyIK4SErWMhdPTe3d51ZlcUR4LupEx-KXw-_xGXNU/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+122-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-5+QS+Huud+15-16+Barangsiapa+menghendaki.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="127" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQuH_YoxiNzzLa_BxzR4NewTAxxofLZ6M1Dpi8wBfwNlraUnTDpt7yk1nS5ZlH92lfdKqbcb_rYMlGaGyvB7YcEWufQmOFT03WOpTyIK4SErWMhdPTe3d51ZlcUR4LupEx-KXw-_xGXNU/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+122-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-5+QS+Huud+15-16+Barangsiapa+menghendaki.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span><span class="fullpost"> "Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya akan </span><span class="fullpost"> Kami sempurnakan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dan </span><span class="fullpost"> mereka di dunia ini tidak dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak </span><span class="fullpost"> mendapatkan di akherat, kecuali neraka dan lenyaplah di akherat itu apa </span><span class="fullpost"> yang telah mereka usahakan ( di dunia ) dan sia-sialah apa yang telah mereka </span><span class="fullpost"> kerjakan." ( Huud: 15-16 ).</span></div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> Banyak hadits menjelaskan maksud ayat ini, di antaranya sabda beliau bahwa barangsiapa menjadikan maksud hidupnya hanya untuk dunia, Allah akan memberinya kesusahan atasnya dan ia akan selalu memikirkan hal-hal mengenainya. Dan barangsiapa menjadikan akherat sebagai maksud utamanya, maka Allah akan menolongnya, memenuhi hatinya dengan kecukupan, dan dunia akan menawarkan dirinya dengan keadaan hina. Menurut sebuah hadits lain, Allah berfirman, "Wahai Anak Adam! Luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, maka akan Kupenuhi hatimu dengan rasa cukup dan menghapuskan segala kebimbanganmu. Jika tidak, akan Kupenuhi hatimu dengan kesibukan yang berkepanjangan tanpa hilang dari pikiranmu."</span><br />
<span class="fullpost"> Dengan demikian, mereka yang tujuan hidupnya hanya duniawi, maka segala ibadah dan usaha mereka adalah sia-sia.</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Ka'ab ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Berilah kabar gembira kepada umat ini bahwa mereka akan sukses, kuat beragama, dan berkedudukan tinggi dan menguasai bumi. Namun, siapa yang beramal akherat demi mencapai keduniaan, maka tidak ada bagian baginya di akherat."</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> Diriwayatkan, ada seorang sahabat berkata, "Aku bangun untuk beramal shaleh dengan tujuan ridha Allah, juga agar namaku disebut ( maka di tingkat manakah aku? ). Mendengar hal ini Rasulullah saw. terdiam, sehingga turun ayat Alquran yang berikut, </span></div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOqmknSikOdPGfJiv6cHlcqKlcWi844rlwSNi8zWF-j2JbRPgi959Zbx-EXsYkVdC9_fQG4LmCd86FR3cKKFFqCxD6e-QVKxDPXeJqiQs3QGDFHjCYkZUTwExmU8RZaIMvkC0gHqLHKEs/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+123-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-5+QS+Al+Kahfi+110+Maka+barangsiapa+mengharapkan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="68" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjOqmknSikOdPGfJiv6cHlcqKlcWi844rlwSNi8zWF-j2JbRPgi959Zbx-EXsYkVdC9_fQG4LmCd86FR3cKKFFqCxD6e-QVKxDPXeJqiQs3QGDFHjCYkZUTwExmU8RZaIMvkC0gHqLHKEs/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+123-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-5+QS+Al+Kahfi+110+Maka+barangsiapa+mengharapkan.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> "Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah </span><span class="fullpost"> ia beramal shaleh dan janganlah ia mempersekutukan sesuatu pun dalam </span><span class="fullpost"> beribadah kepada Tuhannya." ( Al-Kahfi: 110 ).</span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> </span><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-56557288594417639402010-07-26T11:40:00.000+07:002010-07-26T11:40:21.207+07:00Sebab - sebab Kemunduran dan Kehancuran Islam ( Bagian 10 )<div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Malik bin Maghul berkata bahwa ia telah membaca ayat yang sama di dalam Kitab Zabur Dawud as.. Dan permasalahan ini telah diulang-ulang dalam berbagai hadits. Di antara doanya dalam hadits tersebut berbunyi,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnuCJc8Vq30WCTgRI1TmWs7Qh5QRteT1tkpgf2zdMxZHks99MSX5VeDH3XkiKW22S_G2lgaA9zKgE72DpRHRh-Va1piHwFZ45H7jJM1DQ4oDLJHI69JFc-U7_KppxmHQF1MjLgDTV0DQ8/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+82-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-4+Do%27a+dalam+Kitab+Zabur.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="67" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnuCJc8Vq30WCTgRI1TmWs7Qh5QRteT1tkpgf2zdMxZHks99MSX5VeDH3XkiKW22S_G2lgaA9zKgE72DpRHRh-Va1piHwFZ45H7jJM1DQ4oDLJHI69JFc-U7_KppxmHQF1MjLgDTV0DQ8/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+82-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-4+Do%27a+dalam+Kitab+Zabur.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">"Ya Allah! Kami memohon kepada-Mu agar jangan meletakkan atas kami,orang-orang yang tidak belas kasih kepada kami, karena dosa-dosa kami."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Allah swt. berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwfwUYbt_oayMKqJSoWdgCjTPIbV1HAlrB2YiDU-fQ85T24DqXKTLnHBXZSS2j3om3NsWb7CbfmmgAmwGlWHqxdzdSzn5LeHe7RN5q-snp7Aivz0O7Sur7E-YEruTaUTab6TMzS69qMC8/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+82-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-4+QS+Al+An%27aam+129.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="48" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwfwUYbt_oayMKqJSoWdgCjTPIbV1HAlrB2YiDU-fQ85T24DqXKTLnHBXZSS2j3om3NsWb7CbfmmgAmwGlWHqxdzdSzn5LeHe7RN5q-snp7Aivz0O7Sur7E-YEruTaUTab6TMzS69qMC8/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+82-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-4+QS+Al+An%27aam+129.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">"Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zhalim itumenjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan. " ( Al-An'am : 129 ) .</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Terdapat berbagai penjelasan mengenai ayat di atas. Pengarang 'Tafsir Jalalain' telah membuat penafsiran yang tepat, yaitu; 'Disebabkan keburukan amal perbuatan mereka, mereka diperintah oleh pemerintah yang kejam'. Qatadah ra. berkata, "Jin-jin yang zhalim diletakkan ke atas orang yang zhalim." A'mash rah.a. berkata, "Apabila amal perbuatan manusia buruk, orang-orang yang paling jahat akan dijadikan sebagai penguasa mereka."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Umar ra. berkata, "Telah diriwayatkan kepadaku bahwa Isa as. atau Musa as. bertanya kepada Allah swt.; apakah tanda-tanda kegembiraan-Nya atas hamba-Nya? Allah swt. menjawab, "Ku-turunkan hujan ke atas mereka pada masa menanam benih di ladang dan menghentikannya pada saat menuai. Urusan pemerintahannya Ku-serahkan kepada orang-orang yang lemah lembut dan beradab, dan urusan kekayaan negara diberikan di bawah pengawasan orang-orang yang amanah." Kemudian beliau ber-tanya, Apakah tanda kemurkaan-Nya atas hamba-Nya? Allah berfirman, "Aku menahan hujan pada waktu menyemai benih dan menurunkannya saat menuai. Tangung-jawab pemerintahan mereka akan Ku-berikan kepada orang-orang jahil/ bodoh, dan harta kekayaan negara akan diletakkan di bawah pengawasan orang-orang yang kikir." ( Sumber: Kitab Durrul Mantsur ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah saw. Bersabda,” Selalulah menyuruh kepada kebaikan dan melarang dari kemungkaran. Jika tidak, Allah swt akan mengangkat orang-orang yang paling jahat dari bangsamu sendiri sebagai penguasa kamu. Dan do’a-do’amu tidak dikabulkan ( walaupun dari orang yang paling alim di antara kamu ).” ( Kitab Jami’ush Shaghir ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Orang-orang musyrik bertanya,” Mengapa orang-orang sholeh tidak berdo’a agar terhapus semua masalah ini?”. Biarkanlah mereka berpikir sejenak, sejauhmana mereka telah mengajak manusia untuk kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran. Jika amar ma’ruf nahi munkar sudah tidak ada, maka adakah harapan do’a-do’anya akan dikabulkan?</div><div style="text-align: justify;">Disebutkan dalam sebuah hadits,</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglBy5dKAbhQWsLIYkLECsSH99b8MKHnGESs_QJcNBYeXoEdTdbmRUzqFXcJQ5GZhR2mCws-qDp0ID8ovWCXOrw7pYRQWrmlIcyI41_RD-Kkl1MgBuzicmvqw7Zs5PT1LkiXk2iP6tel8Q/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+83-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-4+Hadits+1+Jika+Allah+menghendaki.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="120" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglBy5dKAbhQWsLIYkLECsSH99b8MKHnGESs_QJcNBYeXoEdTdbmRUzqFXcJQ5GZhR2mCws-qDp0ID8ovWCXOrw7pYRQWrmlIcyI41_RD-Kkl1MgBuzicmvqw7Zs5PT1LkiXk2iP6tel8Q/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+83-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-4+Hadits+1+Jika+Allah+menghendaki.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“Jika Allah menghendaki kebaikan atas suatu masyarakat, Dia akan melantik orang-orang yang berhati baik sebagai pemimpin mereka dan alim ulama akan menghakimi masalah-masalah mereka ( dengan benar dan adil ) dan orang-orang yang pemurah dan dermawan akan diamanahi harta ( sehingga banyak orang akan mendapatkan manfaat dari mereka ). Sebaliknya jika Allah menghendaki kehancuran pada suatu masyarakat/ kaum/ bangsa ( disebabkan keburukan amal perbuatan mereka sendiri ), maka akan dijadikan orang-orang kejam sebagai pemimpin-pemimpin mereka, dan orang-orang jahil akan dijadikan sebagai hakim-hakim mereka, dan harta-harta mereka akan berada di bawah kekuasaan orang-orang bakhil.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Hadits lainnya menyebutkan,</div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghET2dhmql3dk-jy_a6kSTlRSqvdTi_ZmTe03GjohIAOjGUK3LvoUin3fIC-JNione9v7ZGZ_ksFsmw3YYIuHokk4IFUv185JVQz0g33lfoxWav0nO4C55TND8EwSC-JLFrfqOnsvxQ30/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+83-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-4+Hadits+2+Sesungguhnya+jika+Allah+murka.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="78" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEghET2dhmql3dk-jy_a6kSTlRSqvdTi_ZmTe03GjohIAOjGUK3LvoUin3fIC-JNione9v7ZGZ_ksFsmw3YYIuHokk4IFUv185JVQz0g33lfoxWav0nO4C55TND8EwSC-JLFrfqOnsvxQ30/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+83-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-4+Hadits+2+Sesungguhnya+jika+Allah+murka.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“ Sesungguhnya jika Allah murka atas suatu kaum/ masyarakat/ negeri, tetapi tidak menampakkan murka-Nya yang besar seperti gempa bumi dan kematian, melainkan dalam bentuk Dia akan menaikkan harga-harga dan menahan hujan serta meletakkan orang-orang jahat sebagai pemimpin-pemimpin mereka.”</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Dalam hadits lainnya lagi dikatakan,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieq7gPZmDPv0f0d_znBNyooH9QFy315GbblcDvyFKD3oUU45oEJoAF6DHADDPGgE7wVtsnZYBND9VB1-N_J-_l-YdWoU5QmywNYmfs-kjj92L665tV71Lcnt04mokgqxqphLF1dIGyRZE/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+83-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-4+Hadits+3+Sesungguhnya+Allah+berfirman.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="52" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEieq7gPZmDPv0f0d_znBNyooH9QFy315GbblcDvyFKD3oUU45oEJoAF6DHADDPGgE7wVtsnZYBND9VB1-N_J-_l-YdWoU5QmywNYmfs-kjj92L665tV71Lcnt04mokgqxqphLF1dIGyRZE/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+83-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-4+Hadits+3+Sesungguhnya+Allah+berfirman.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Sesungguhnya Allah berfirman,” Aku membalas orang-orang yang Ku-murkai melalui orang-orang yang Ku-murkai juga ( Ku-gunakan orang zhalim untuk menindas penzhalim lainnya ), kemudian Ku-masukkan mereka semua ke dalam neraka.”</div><div style="text-align: justify;">Oleh sebab itu, juga dalam satu hadits diterangkan,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjFdU0pzqXvQTk3KQoM98oMXx3YsM8DzYyOyRFr57QhE7S_3CQEhYYX28VJcenPYRrT_DjVOQfSAkS3v1fVwfSoXDrYQsR2pkdSC_DJ4A1v8ZXqvIluScfTKWRbrAgX8jzc3PA3xskzYk/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+84-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-4+Hadits+1+Jangan+engkau+biarkan+hatimu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="80" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjjFdU0pzqXvQTk3KQoM98oMXx3YsM8DzYyOyRFr57QhE7S_3CQEhYYX28VJcenPYRrT_DjVOQfSAkS3v1fVwfSoXDrYQsR2pkdSC_DJ4A1v8ZXqvIluScfTKWRbrAgX8jzc3PA3xskzYk/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+84-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-4+Hadits+1+Jangan+engkau+biarkan+hatimu.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">“ Jangan kamu biarkan hatimu sibuk mengutuk para penguasa. Sebaliknya, bertaqarrublah/ mendekatlah kepada Allah dengan mendoakan kebaikan bagi mereka, sehingga Allah akan melembutkan hati mereka atas kalian.” </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><br />
<span class="fullpost"> </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"> </span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-75864914396362857602010-07-26T10:45:00.000+07:002010-07-26T10:45:09.737+07:00Sebab - sebab Kemunduran dan Kehancuran Islam Bag 9<div style="text-align: justify;">Diriwayatkan dalam Ihya Ulumuddin yang ditulis oleh Imam Ghazali rah.a., bahwa pernah terjadi kelaparan yang berkepanjangan pada masa Nabi Musa as. Musa as. telah keluar selama tiga hari bersama Bani Israil untuk mengerjakan shalat Istisqa' meminta hujan tetapi hujan tidak turun. Pada hari ketiga, diwahyukan kepada Musa as., bahwa ada seorang yang suka menyebarkan aib orang lain dalam kelompoknya, dan disebabkan kehadirannya di tengah-tengah mereka, doa-doa mereka tidak dikabulkan. Musa as. memohon kepada Allah agar menunjukkan siapakah orang itu, agar ia dikeluarkan dari kaumnya. Allah menjawab, "Jika Aku melarangmu dari menceritakan keburukan orang lain, bagaimana mungkin Aku sendiri menceritakan siapakah orang itu? Aku tidak akan memberitahukan siapa orang itu." Kemudian Musa as. menyeru umatnya agar bertaubat kepada Allah dari perbuatan membuka aib orang lain dan memohon ampun kepada-Nya. Ketika Musa as. menerima baiat mereka untuk tidak bermaksiat terutama menyebarkan aib orang lain, maka tidak lama kemudian hujan pun turun.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Sufyan At-Tsauri rah.a. berkata, "Di kalangan Bangsa Israel pernah terjadi kelaparan yang hebat selama tujuh tahun, sehingga orang-orang memakan bangkai dari tumpukan sampah, bahkan mereka sampai memakan daging manusia. Keadaan mereka sangat menyedihkan. Setiap hari mereka pergi ke gunung-gunung dan hutan-hutan untuk berdoa dan shalat Istisqa meminta hujan. Kemudian Allah swt. mewahyukan kepada para Nabi tentang keadaan pada masa itu, "Walaupun lidah-lidah kalian kering dengan berdoa dan tangan-tangan kalian terus menengadah hingga ke langit, Aku tidak akan mengasihi siapapun yang menangis hingga kamu menghentikan perdagangan-perdaganganmu yang curang dan kezhaliman-kezhaliman yang merebak di kalangan kalian."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kitab-kitab sejarah dan hadits banyak memuat peristiwa-peristiwa seperti di atas. Ringkasnya, banyak sekali kenyataan yang dengan jelas menerangkan kepada kita bahwa kesuksesan dan kebahagiaan di dunia dan akherat sangat bergantung pada amal shaleh kita. Dan kesengsaraan di dunia sertas akherat juga akibat amal perbuatan yang buruk.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Bukan maksud saya mengutip seluruh kisah itu di sini. Tujuan saya merujuk kepada kejadian-kejadian ini hanya untuk menegaskan bahwa jika kita mengakui Rasulullah saw. itu benar, mengapa kita demikian zhalim sehingga melibatkan diri kita menjadi mangsa dosa-dosa ini secara terang-terangan? Tiada gunanya kita berteriak-teriak lantang; 'Kita kaum muslimin...!' namun secara tidak sadar, kita juga sedang menyerukan kemusnahannya. Ibarat seseorang yang sakit diare, tetapi ia terus menerus meminum obat pencahar, seraya berteriak kesana-kemari tentang sakitnya, maka penyakitnya bukan menjadi sembuh bahkan akan semakin parah.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Kita selalu mengecam kezhaliman-kezhaliman penjajahan Inggris di India ( Maulana Zakariyya mencontohkan pemerintahan kolonialisme Inggris di India, periode saat beliau masih hidup. Intinya adalah keberadaan kolonialisme dan pemerintahan zhalim di mana saja ) dan mencemaskan pemerintahan yang akan mengganti mereka. Bukankah Rasulullah saw. pernah mengingatkan kita dan menerangkan dengan jelas bahwa, 'Perbuatan pemerintah adalah akibat amal perbuatan kita? Adakah kekurangan dalam pengajaran dan kasih sayang Rasulullah saw. terhadap kita? Tidak! Bahkan semuanya telah lengkap dan jelas. Rasulullah saw. bersabda,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm_zrSXXcceGnDDFkPPIZQQLJ0PsDDIChhM5lqYxwKG1ngCmkorkWfuYmJMsL4aLNLCqBMgZ-JyL2VD5f4FqtmGPm_tUgbAhV-8qB-G6etpVlIH2sLzUOh_Gn9Ayrm2YCQ-n4iwLnLBA0/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+81-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-4+Hadits+1+Sebagaimana+keadaanmu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="57" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhm_zrSXXcceGnDDFkPPIZQQLJ0PsDDIChhM5lqYxwKG1ngCmkorkWfuYmJMsL4aLNLCqBMgZ-JyL2VD5f4FqtmGPm_tUgbAhV-8qB-G6etpVlIH2sLzUOh_Gn9Ayrm2YCQ-n4iwLnLBA0/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+81-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-4+Hadits+1+Sebagaimana+keadaanmu.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">"Sebagaimana keadaanmu ( amal perbuatanmu ), seperti itulah kalian akan diperlakukan oleh penguasa." ( Sumber: Kitab Misykat ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Oleh sebab itu, jika kita ingin diperintah oleh orang-orang yang terbaik dan terpilih, maka caranya adalah senantiasa beramal baik. Tiada cara selainnya.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLrTwXGWW-F6hI_pFCExAnzGHpjJ5c7g6GdIvPTO1yEgMTUOv43CtkRS0DfXGKoW7X_r5TenVsBD1oaRyD4XM2RLDosygQqHZFXccPGppjf9PeAJ4Q5gYdXrDBOxEk53hl5d3Aj0woo1M/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+81-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-4+Hadits+2+Dari+Abu+Darda.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="251" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhLrTwXGWW-F6hI_pFCExAnzGHpjJ5c7g6GdIvPTO1yEgMTUOv43CtkRS0DfXGKoW7X_r5TenVsBD1oaRyD4XM2RLDosygQqHZFXccPGppjf9PeAJ4Q5gYdXrDBOxEk53hl5d3Aj0woo1M/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+81-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-4+Hadits+2+Dari+Abu+Darda.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Dari Abu Darda ra., Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman, "Aku adalah Allah. Tiada Tuhan selain-Ku. Aku Raja segala raja. Aku Pemegang hati para raja dalam genggaman-Ku. Jika orang-orang menaati-Ku, akan Ku-jadikan hati para raja belas kasih ke atas mereka. Jika mereka mengingkari-Ku, akan Ku-palingkan hati para raja menjadi murka dan dendam ke atas mereka, sehingga para raja itu akan menyusahkan dan menyakiti mereka. Oleh sebab itu, janganlah kamu mengutuk mereka. Kembalilah mengingati-Ku dan berdoa ( kepada-Ku ) agar Aku dapat melindungimu dari kezhaliman mereka. "</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><span class="fullpost"><br />
</span></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8556981267786717678.post-36064579018159921132010-07-23T19:09:00.000+07:002010-07-23T19:09:25.732+07:00Sebab - sebab Kemunduran dan Kehancuran Islam ( Bagian 8 )<div style="text-align: justify;"></div><div style="text-align: justify;">Rasulullah saw. bersabda, "Bertaubatlah kepada Allah sebelum maut tiba. Beramal baiklah kamu sebelum disibukkan oleh dunia. Binalah hubungan dengan Allah dengan banyak mengingat-Nya. Dan bersedekahlah dengan sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Dan kuatkanlah hubunganmu dengan Allah, karena dengannya kamu akan diberi rezeki dan akan ditolong dan keadaanmu akan diperbaiki." ( Sumber: Kitab At-Targhib ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah saw. bersabda, "Dengan bersedekah kekayaan tidak akan berkurang. Dan barangsiapa mengampuni orang yang zhalim, maka Allah akan menambah kemuliaannya. Oleh sebab itu, ampunilah orang zhalim, niscaya Allah akan memuliakanmu. Dan barangsiapa membuka pintu meminta-minta, niscaya baginya akan dibukakan pintu kemiskinan." ( Sumber: Kitab Mujamush Shaghir ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Rasulullah saw. juga bersabda, "Jika umatku memusuhi alim ulamanya, dan pasar-pasar dihiasi dengan meriah ( seperti pusat-pusat perbelanjaan; Mall, Plaza, Trade Centre, dll ), dan pernikahan hanya dilakukan demi harta ( menikah semata-mata karena faktor harta bukan berdasarkan ketakwaan dan agama pada calon yang akan dinikahinya ), maka Allah akan mendatangkan empat bencana: <strong><span style="color: #cc0000;">kelaparan, pemerintahan yang zhalim, pejabat yang mengkhianati urusan mereka dan serangan musuh-musuh</span></strong>." ( Hadits Riwayat Hakim ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Anas ra. berkata, "Kemalasan mendirikan shalat, kekurangan rezeki dan ketidakgembiraan adalah akibat dari dosa-dosa." ( Sumber: Kitab Tarikhul Khulafa ).</div><div style="text-align: justify;">Anas ra. Juga berkata, "Aku telah melayani Rasulullah saw. selama sepuluh tahun, tetapi beliau tidak pernah sekali pun bermuka masam kepadaku. Beliau memberitahuku, "Selalulah berwudhu dengan sempurna, karena ia akan menambah umur dan para malaikat penjaga akan mengasihimu." ( Hadits Riwayat Thabrani – Kitab Jami'ush Shagir ).</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">"Dan lakukanlah sebagian shalat ( sunah ) di rumahmu, karena hal itu akan menambah kebaikan ( keberkahan ) rumahmu. Dan jika kamu memasuki rumahmu, selalulah mengucapkan 'salam' kepada ahli rumah¬mu, keberkatannya akan melimpahimu juga keluargamu."</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Ulasan singkat mengenai berbagai manfaat duniawi dan ruhani, yang didapat dari mengerjakan shalat sebagaimana penjelasan Rasulullah saw.-, dapat dilihat dalam Kitab 'Fadhilah Sholat.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Namun demikian, seluruh riwayat hadits di atas sudah cukup jelas menerangkan bahwa dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan maksiat akan membawa kepada berbagai bencana dan penderitaan. Sedangkan sifat ketaatan dan ibadah akan menghasilkan keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akherat. Rasulullah saw. bersabda, Allah swt. berfirman,</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><span class="fullpost"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUhYKyURIUHHgyKDLRHa9iJLUYnZB7j2I1eFS-RCJLaKMszYFYtlL1b8ePk6ftk5bosYYyL5wuygoxF9zw1ztwjugWqsGsaGB4BxPLb4Q8OknvZj9gBnvRj5SIe0hRdzjaYchiOh_QJAw/s1600/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+79-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-4+Hadits+1+Wahai+anak+Adam.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="101" hw="true" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUhYKyURIUHHgyKDLRHa9iJLUYnZB7j2I1eFS-RCJLaKMszYFYtlL1b8ePk6ftk5bosYYyL5wuygoxF9zw1ztwjugWqsGsaGB4BxPLb4Q8OknvZj9gBnvRj5SIe0hRdzjaYchiOh_QJAw/s400/M+Zakariyya-Nasehat+Politik-Hal+79-Jawaban+atas+Pertanyaan+ke-4+Hadits+1+Wahai+anak+Adam.jpg" width="400" /></a></div><div style="text-align: justify;"><span style="color: #f1c232;">"Wahai anak Adam! Gunakanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, <br />
niscaya akan Ku-penuhi hatimu dengan rasa cukup dan Ku-hapuskan <br />
kemiskinanmu. Jika tidak, niscaya akan Ku-penuhi tanganmu dengan<br />
kesibukan dan Ku-penuhi hatimu dengan kesusahan dan kebimbangan dan <br />
tidak Ku-hilangkan kemiskinanmu. "</span>Inilah pernyataan Allah Sang pencipta, Raja segala raja, yang dalam genggaman-Nya terletak segala kekayaan dunia ini. Dan masih banyak lagi riwayat lain yang menguatkan maksud yang sama, bahwa kesuksesan di dunia ini semata-mata bergantung pada ketaatan kita kepada Allah swt.. Namun bagaimana keadaan kita saat ini? Kita banyak melupakan shalat kita. Shalat-shalat kita telah tenggelam dalam kesibukan duniawi kita. Padahal sekarang inilah kesempatan kita untuk meraih kesuksesan dan kebahagiaan dunia. Jika kita berpendapat bahwa kesuksesan kita hanya akan dicapai dengan bermaksiat kepada Allah, lalu kita berprilaku demikian, maka wajarlah jika segala bencana dan penderitaan kita semakin bertambah.<br />
<br />
Dengan mengabaikan agama, kaum muslimin menyangka masalah rezeki mereka akan dapat diselesaikan, padahal bagaimana mungkin hal itu dapat terjadi? Sedangkan Pemberi rezeki telah menyatakan bahwa Dia tidak akan menghapuskan kemiskinan dan Dia tidak akan membebaskan hati dari kebimbangan serta keresahan, jika kita tidak sibuk mentaati-Nya?<br />
<br />
Diriwayatkan dalam hadits yang shahih, bahwa Allah berfirman, "Jika manusia menaati perintah-perintah-Ku, akan Ku-datangkan hujan kepada mereka pada malam hari ketika mereka tidur dan kujadikan matahari bersinar sepanjang hari ( agar urusan mereka tidak terganggu ), dan mereka tidak akan mendengar bunyi petir sekali pun ( agar mereka tidak merasa ketakutan ). " ( Sumber: Kitab Jami'us Shaghir ).<br />
<br />
Lihatlah nasib kita! Karena perbuatan kita sendirilah, pergantian malam dan siang --yang telah tersusun sempurna-, dipenuhi dengan keluhan-keluhan tiada henti mengenai kemarau yang berkepanjangan atau seandainya hujan pun, akan selalu diiringi banjir yang mengerikan.</div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;">Wallohu a'lam</div></span>Unknownnoreply@blogger.com0