Kamis, 15 Juli 2010

Kepentingan Menghormati Ulama/ Guru Agama

Sering kita lihat para santri/ Mahasiswa/ pelajar berbeda pandangan dengan para guru mereka. Kadangkala seorang pelajar yang dipuji oleh gurunya adalah pelajar yang tidak disenangi oleh para pelajar lain, dimana mereka berpikir pelajar yang dipuji oleh gurunya itu yang seharusnya dikritik dan ditolak. Sebaliknya juga terjadi, pelajar yang dikritik dan dicemoohkan oleh gurunya mendapat sanjungan dan dukungan dari teman-temannya. Akibatnya, guru tersebut dipandang rendah oleh murid-muridnya, dan dipenuhi dengan berbagai prasangka tanpa memahami permasalahannya.
Sekarang, jika demikian sikap murid terhadap guru-guru mereka, maka bagaimana mereka akan mendapat manfaat dari ilmu yang diberikan oleh guru mereka?

Namun inilah realitas yang ada, sedangkan Allah telah menetapkan bahwa mereka yang tidak menghormati gurunya, ia tidak akan mendapat manfaat dari ilmunya. Ketika para imam besar menggariskan tata tertib keilmuan, dengan tegas mereka telah menetapkan bahwa para pelajar harus menghormati guru-guru mereka. Bahkan alim ulama hadits telah memasukkan 'Bab Adab-adab Pelajar' di dalam kitab-kitab mereka, Agar lebih jelas, Anda dapat melihat dalam Awjazul Masalik Syarah Al-Muwaththa' Imam Malik.

Di dalam Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali rah.a. pun telah membahas secara panjang lebar masalah ini. Beliau menulis, "Adalah penting bagi pelajar untuk menyerahkan dirinya ke tangan gurunya seperti seorang pasien yang menuruti dokter yang merawatnya."

Ali ra. berkata, "Aku adalah hamba kepada orang yang telah mengajariku walaupun satu huruf. Jika ia mau, ia dapat menjual atau menjadikanku sebagai hambanya."

Allamah Zarnuji rah.a. menulis di dalam kitabnya Talim Muta'alim; "Kulihat banyak pelajar yang tidak berhasil dengan ilmunya disebabkan ia tidak menghormati syariat-syariat dan adab-adab menuntut ilmu, sehingga mereka terjauh dari mendapatkan ilmu walaupun dengan kerja keras."

Beliau (Allamah Zarnuji) juga telah menulis satu bab khusus tentang ta'zhim ( menghormati dan memuliakan ) guru. Beliau menulis, "Pelajar sama sekali tidak akan mendapat manfaat dari ilmunya, sehingga ia menghormati ulama, guru, atau pembimbingnya. Barangsiapa memperoleh ilmu, maka itu disebabkan penghormatannya terhadap gurunya. Dan barangsiapa gagal, maka hal itu disebabkan ia tidak menghormati gurunya. Inilah sebabnya mengapa seseorang tidak jatuh kafir akibat dosa-dosanya, tetapi ia menjadi kafir karena menghina dan merendahkan bagian manapun dalam agama."
Demikian indah syair Persi yang berbunyi,

Kepada Allah kita memohonkan taufik atau adab yang mulia
Karena tanpa adab sesungguhnya terjauhlah karunia-Nya
Syair selanjutnya berbunyi,
Menunjukkan adab adalah suatu mahkota yang di karuniakan Allah
Hiasilah kepalamu dengannya dan pergilah kemana saja yang kau suka
Dan ada pula kata-kata masyhur lainnya,
Dengan adab, orang itu beruntung,
Dan tanpa adab, orang itu tidak beruntung

Imam Sadudin Syirazi rah.a. berkata, "Aku mendengar seorang waliyullah berkata, "Apabila seseorang menginginkan anaknya menjadi seorang ulama, hendaklah ia menghormati ulama dan banyak berkhidmat kepadanya. Jika anaknya tidak menjadi seorang ulama, cucunya pasti akan menjadi ulama."

Kisah Imam Syamsul Aimah Halwani rah.a. adalah masyhur. Suatu ketika, ia terpaksa pergi ke suatu kampung untuk suatu keperluan. Mendengar kedatangannya, semua muridnya dahulu yang tinggal di situ, hadir menemuinya dan memuliakannya, kecuali bekas muridnya, yaitu Qadhi Abu Bakar yang tidak muncul. Ketika Syekh Halwani bertemu dengannya, lalu bertanya; mengapa ia tidak hadir. Ia menjawab bahwa ia sedang melayani ibunya, sehingga ia tidak dapat menyambut syekh. Syekh berkata, "Orang ini akan diluaskan rezeki dunianya, namun ia tidak akan mendapat manfaat dari ilmunya."


Dan demikianlah yang terjadi di kemudian hari. Sesuai dengan ucapan masyhur di kalangan alim ulama, bahwa melayani kedua orang tua akan menambahkan kekayaan, sedangkan memuliakan dan meng¬hormati ustadz akan menambah kepahaman ilmu. Ini adalah kebenaran yang tidak bisa diperdebatkan. Sayangnya, sikap dan tingkah laku kita pada hari ini pada umumnya memang demikian.

Dalam hal politik, jika para pelajar dan ustadz berbeda pendapat, lalu para pelajar mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan, mengkritik serta menghina ustadz-ustadznya dan sebagainya, maka hal ini akan lebih menjauhkan mereka dari mendapatkan manfaat ilmu. Dari pengamatan dan pengalaman saya ( Maulana Zakariyya ) sendiri, bahkan bagi para pelajar di sekolah formal (umum/non-agama) dan pendidikan barat, bagi yang siap menanggung hukuman dari guru-guru mereka, maka mereka maju dalam pelajaran dan akhirnya mendapat kedudukan yang baik dalam kehidupannya. Keinginan mereka tercapai berkat pendidikannya. Sedangkan bagi mereka yang ketika masa belajarnya menyombongkan diri terhadap guru-guru mereka, maka di kemudian hari, walaupun mereka mendapatkan ijazah, mereka akan sibuk ke sana ke mari mencari surat rekomendasi untuk mendapatkan pekerjaan, kemudian ada saja halangan yang menimpa mereka.

Orang yang demikian, tidak akan mendapat kesempurnaan dan kemajuan dalam hal apapun dalam bidang ilmu pengetahuan, jika ia tidak menghormati para guru dan ustadznya. Jika hanya karena tidak menghormati para guru dan ustadz, dapat menjadikan seorang murid tidak mendapat manfaat apapun, maka dapat kita bayangkan betapa parah dan celaka akibat yang akan diterima oleh seorang murid jika ia menentang dan melawan gurunya.

Dalam kitab 'Adabud dunya waddin' telah ditulis, "Setiap murid hendaklah bersopan santun terhadap guru-guru dan merendahkan diri di hadapan mereka. Jika kedua sikap ini timbul pada diri mereka, mereka akan mendapatkan manfaat ilmu. Dan jika kedua sikap ini mereka abaikan, mereka akan mendapat kerugian dan terlepas dari pahalanya." Rasulullah saw. bersabda, "Tidak layak bagi orang yang beriman merengek dan merayu untuk mendapatkan sesuatu, kecuali untuk mendapatkan ilmu." Ibnu Abbas ra. berkata, "Ketika aku menuntut ilmu, aku merendah diri, sehingga ketika orang lain menuntut ilmu dariku, aku merasa dihormati dan dimuliakan."

Terdapat juga kata-kata alim ulama, "Barangsiapa tidak dapat merendahkan diri ketika mencari ilmu, maka selama-lamanya ia akan terhina dengan kejahilannya."

Wallohu a'alm

0 komentar:

Posting Komentar

What Does This Blog Talk? Blog ini Bicara Tentang...

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Romantico by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP