Syekh Abdul Fawaris Shah bin Suja' Karmani rah.a. berkata, "Tidak ada ibadah yang lebih utama daripada mencintai para waliyullah, karena mencintai mereka ialah tanda cinta Allah terhadapmu." ( Sumber: Kitab Nahzatul Basatin ).
Oleh sebab itu, secara khusus saya ( Maulana Zakariyya ) nasehatkan agar senantiasa mencintai para waliyullah dengan tulus, dan saya berharap agar nasehat ini diterima dengan penuh keikhlasan.
"Wahai teman,
Para pemuda yang shaleh, dengarlah nasehat saya;
Memikirkan dan merenungi kata-kata alim ulama shaleh adalah lebih berharga daripada kehidupanmu."
Terdapat berbagai riwayat hadits yang menyatakan, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Seseorang itu akan dibangkitkan ( pada hari Kiamat ) bersama orang yang mereka cintai dan sayangi." Seorang sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimana jika seseorang mencintai jamaah, tetapi ia tidak dapat menyamai amalan mereka dan tidak sempat menemui mereka?" Jawab Rasulullah saw., "Ia akan dianggap bersama dengan siapa yang dicintainya."
Dalam sebuah hadits lain, seorang sahabat lainnya bertanya kepada Rasulullah saw., "Ya Rasulullah, kapankah hari Kiamat terjadi?" Rasulullah saw. bertanya, "Apakah yang telah kamu siapkan untuk kedatangannya, sehingga menjadi penantian dan kerinduanmu?" Dia menjawab, "Ya Rasululah, aku tidak mempersiapkannya kecuali aku mencintai Allah dan Rasul-Nya." Jawab beliau, "Kamu akan bersama-sama orang-orang yang kamu cintai." Anas ra. berkata, "Ketika hadits ini telah didengar oleh para sahabat, mereka sangat bergembira dan senang, seolah-olah tiada sesuatu yang lain yang dapat menggembirakan mereka." ( Sumber: Kitab Misykat ).
Pada dasarnya, para sahabat telah tenggelam dalam kecintaan terhadap Rasulullah saw.. Kegembiraan para sahabat tersebut adalah suatu ungkapan kebahagiaan. Kisah-kisah ringkas mengenai kecintaan para sahabat, terdapat dalam kitab 'Hikayatus Sahabat', karya Maulana Zakariyya tah.a.. Kiranya hal itu dapat meyakinkan kita, betapa cintanya para sahabat terhadap Rasulullah saw. karena agama.
Di dalam sebuah hadits dinyatakan bahwa, "Penting bagi seseorang untuk melihat kapasitas kepahaman dan keadaan agama seseorang, sebelum ia menjadikannya sebagai temannya." ( Misykat ).
Demikian banyak hadits yang menyebutkan kepentingan mencintai para waliyullah dan berhubungan baik dengan mereka, serta menjauhi orang-orang yang tidak beragama. Menyuburkan kasih sayang dan cinta kepada para waliyullah adalah sesuatu yang sangat berharga dan bermanfaat di dunia dan akhirat.
Syair Parsi:
Semaikan pengabdianmu terhadap para waliyullah.
Bersahabatlah dengan mereka dan janganlah takut.
Apa yang harus ditakutkan, sedangkan dia bersama-sama Nuh as. di dalam
bahteranya.
Dalam mencintai para waliyullah, Janganlah banyak mengeluh,
Jauhilah sedapat mungkin dari orang-orang yang lemah agamanya.
Rasulullah saw. bersabda, "Perumpamaan duduk bersama sahabat yang shaleh dan baik adalah seperti duduk dengan pedagang minyak kasturi. Walaupun kita tidak mendapat kasturi tersebut, namun baunya akan terhirup juga. Dan perumpamaan pergaulan kita dengan orang yang buruk adalah seperti orang yang berada di dekat api. Setidaknya percikannya dapat mengenai pakaian atau badan. Jika tidak terkena percikannya, setidaknya asap atau baunya akan mengenai kita." ( Bukhari, Muslim ).
Lukman Hakim pernah menasehati anaknya, "Wahai anakku, duduklah di kalangan orang-orang shaleh, sehingga kamu akan mendapatkan rahmat-Nya. Janganlah pergi ke majelis maksiat, karena jika kemurkaan dan bencana turun ke atas mereka, kamu pun akan menerimanya." ( Durrul Mantsur: V ).
Oleh sebab itu, hindari atau kurangilah bergaul dengan orang-orang yang jahat, orang-orang yang selalu meremehkan bahkan menertawakan agama, sebaliknya bergaullah dengan para kekasih Allah yang duduknya kita dengan mereka akan mendapat pemahaman dan faedah yang besar. Pergaulan itulah yang menjadi sebab kemajuan rohani. Walau bagaimanapun, dalam segala hal hendaknya kita ingat; sebagaimana kita perlu membuat batas antara orang yang jujur dan yang dusta, maka berhati-hatilah dari orang yang menyamar sebagai waliyullah.
Sebuah syair Parsi berbunyi,
Banyak syetan yang muncul menyerupai Adam as.,
maka berhati-hatilah agar tidak menyerahkan dirimu kepada setiap orang
Andaikan terjebak, sehingga menganggap suatu kesalahan dan kejahatan itu baik, maka itu adalah suatu kecacatan dan kerusakan.
Berhati-hatilah dalam menentukan waliyullah pembimbing kita. Keaslian dan kepalsuannya terletak dalam bagaimana ia mengajarkan dan mengamalkan syariat agama. Apabila aqidahnya ( tauhidnya ) lurus, bebas dari syirik dan bid'ah, menjaga shalat, zakat dan puasanya, juga hukum-hukum syariat yang lainnya, maka ia dapat dianggap sebagai orang yang berada di jalan yang lurus. Namun jika amal perbuatannya bertentangan dengan kaidah-kaidah syariat, maka ia tidak dapat dikatakan sebagai seorang wali. Rasulullah saw. bersabda, "Tiada seorang pun yang menjadi mukmin sejati, sehingga hawa nafsunya disandarkan mengikuti agama yang kubawa." ( Misykat ).
Rasulullah saw. bersabda, "Sahabat terbaik adalah, orang yang jika kita melihat wajahnya, maka akan teringat Allah. Jika kita mendengar ucapannya, maka akan bertambah ilmu kita. Jika melihat amal perbuatannya, maka akan meningkatkan cinta kita terhadap akhirat." ( Jami'ush Shaghir ).
Dengan demikian, mahabbah ( kasih sayang ) dan ta'aluk ( kepatuhan ) itu sangat penting. Dan sebelum kita menetapkan diri sebagai murid seseorang, kita perlu melihat keadaan agamanya dan kepatuhannya terhadap syariat. Jangan sampai kita menjadi murid atau mematuhi seseorang yang belum diketahui apakah ia mematuhi syariat atau tidak. Walaupun demikian, tidak patut bagi kita mengadili atau menghukumi seseorang semata-mata berdasarkan apa yang kita dengar.
Anas ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. menasehati, "Wahai anakku, jika kamu mampu tidak menyebarkan rasa permusuhan di dalam hatimu terhadap seseorang, maka lakukanlah. Itulah sunnahku. Barangsiapa memilih sunnahku, berarti ia mencintaiku. Dan barangsiapa mencintaiku, akan menjadi temanku di surga." ( Misykat ).
0 komentar:
Posting Komentar