Kamis, 29 Juli 2010

Menjaga lisan ( Bagian 2 )

Rasulullah saw. bertanya, "Tahukah kamu apa itu ghibah?" Para sahabat menjawab, "Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu." Beliau bersabda, "Ghibah yaitu menyebut sesuatu mengenai saudaramu yang tidak ia sukai." Seorang sahabat bertanya, "Bagaimana jika kesalahan itu memang ada padanya?" Jawab beliau, " Itulah ghibah. Sedangkan jika hal itu tidak ada padanya, itu adalah fitnah." ( Sumber: Kitab At-Targhib ).

Jika suatu keburukan seseorang itu disebut-sebut dengan maksud menunjukkan kesalahannya, maka itu adalah haram dan dosa. Namun, jika ia memang harus menunjukkan kesalahan itu karena alasan agama atau karena suatu kewajaran padanya, maka hal itu tidak haram dan tidak berdosa. Yang jelas, menuduhkan sesuatu yang tidak ada pada diri seseorang ( memfitnah ), maka hal itu sama sekali tidak dapat dibenarkan oleh agama. Rasulullah saw. bersabda, "Siapa yang membicarakan sesuatu mengenai seorang muslim yang tidak ada padanya ( tidak bersalah ), maka Allah akan mengurungnya di dalam satu bagian neraka yang berkumpul segala peluh, darah dan nanah para penghuni neraka jahanam." ( At-Targhib ).

Sekarang perhatikanlah lisan kita. Kebanyakan apa yang kita ingin bicarakan mengenai seseorang, kita akan langsung membicarakannya tanpa rasa cemas. Seharusnya kita berhati-hati dalam menjaga lidah kita. Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw., "Ajarkanlah kepadaku sesuatu yang dapat kupegang dengan kukuh." Rasulullah saw. mengisyaratkan kepada lidahnya lalu bersabda, "Jadilah kamu tuannya pada setiap waktu." Ada sahabat lainnya bertanya, "Dari apa aku harus berlindung dari diriku?" Beliau bersabda, "Dari lidah." ( At-Targhib ).

Rasulullah saw. bersabda, "Orang yang suka mengejek dan mencela orang lain, pada hari Hisab kelak, Allah akan bukakan sebuah pintu surga. Setiap mereka akan dipanggil agar datang segera. Ketika mereka sampai di pintu surga dengan susah payah, pintu itu akan ditutup. Pintu surga yang lain pun terbuka. Mereka dipanggil lagi demikian. Dan dengan susah payah lagi mereka sampai di sana. Pintu pun ditutup lagi. Pintu surga yang ketiga dibuka. Dan keadaan seperti itu pula yang terjadi. Begitulah seterusnya, sehingga mereka sangat kecewa dan tidak ada lagi kekuatan untuk pergi ke pintu surga tersebut." ( At-Targhib ).

Itulah balasan adzab atas mereka yang suka memperolok dan mempermainkan seorang muslim. Mereka akan merasakan adzab yang sama. Mereka yang menjadikan seorang muslim lainnya bahan ejekan karena perbedaan sepele, mereka yang memperolok muslim lain dengan gambar-gambar karikatur yang disiarkan secara umum, mereka yang menulis kata-kata pedas kepada muslim lain, hendaknya mereka berpikir serius mengenai akibat perbuatan mereka itu. Mereka perlu menyadari, bahwa sebagai seorang muslim yang beraqidah, masalah ini tidak akan berhenti saat itu saja. Setiap amal kita akan dimasukkan ke dalam buku catatan amal. Setiap saat, setiap orang selalu diperhatikan oleh polisi rahasia Allah, yaitu malaikat Raqib dan Atid.

"Tiada suatu ucapan pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir ( Raqib dan Atid )." ( QS Qaaf: 18). 

Selanjutnya Alquran menyebutkan,

"Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami selalu menuliskan tipudaya- mu."(Yunus:21).

Inilah waktu yang tepat untuk merenung dan meresapi apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw.,

"Apabila seseorang mencerca atau mencacimu atas keburukan yang ia tahu ada padamu, jangan kamu balas mencacinya dengan keburukan mereka. Niscaya pahala ( atas kesabaranmu ) akan diberikan bagimu dan baginya adalah kebinasaan."

Sungguh sayang, sebagian kita ada yang ketika akan mencerca, menghina, merendahkan atau membalas dendam terhadap seseorang, kita langsung tidak memikirkan apakah perbuatan dosa yang kita lontarkan ke atasnya itu benar-benar ada pada dirinya ataukah tidak? Bahkan tidak jarang kita sengaja merekayasa dan memutarbalikkan fakta atasnya.

Seperti inikah cara kita mengamalkan Islam? Jika seperti itu cara kita, maka sebenarnya kita tidak membalas dendam terhadap lawan kita, kita justru sedang mencoreng moreng kemuliaan Islam. Bagaimana orang lain dapat mengetahui apa yang kita lakukan itu sebenarnya bertentangan dengan Islam? Bagaimana orang asing dapat mengenal ajaran Islam yang sebenarnya? Bagaimana orang lain dapat mengetahui sejauhmana penyimpangan kita dari Islam?

Orang-orang non-muslim melihat kita seperti sebuah gambar yang memperlihatkan Islam. Namun, apakah mereka tahu bahwa kita sendiri telah menyisihkan dan mencampakkan ajaran Islam itu, sehingga kita sendiri tidak mendalami asasnya? Demikian buruk martabat kita, sehingga kita tidak sempat mempelajari agama kita, mazhab kita, sunnah-sunnah Nabi kita, dan contoh kehidupan para sahabat ra..


0 komentar:

Posting Komentar

What Does This Blog Talk? Blog ini Bicara Tentang...

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Romantico by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP