Pada hari ini, agama telah menjadi tujuan untuk roti ( Bicara agama untuk dunia/ mencari nafkah ) kita. Agama, kita gunakan untuk menimbun harta. Cita-cita kita tertumpu untuk memperoleh harta dan kedudukan di dunia. Disebabkan keinginan untuk memperoleh kedudukan, harga diri atau keuntungan duniawi yang busuk ini, maka kita tidak mempedulikan harga diri orang lain, sehingga kita tidak malu lagi berkata dusta atau bersumpah palsu untuk mendapatkannya. Padahal, sebagaimana diketahui bahwa seorang muslim itu pantang berkata dusta. Rasulullah saw. bersabda, "Apabila seorang muslim berdusta, maka malaikat Rahmat akan lari sejauh satu kilo dari bau busuk yang keluar dari mulutnya." ( Sumber: Kitab Misykat ). Seolah-olah bau yang keluar itu tersebar sejauh itu.
Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw., "Ya Rasulullah, mungkinkah seorang mukmin itu menjadi Dayyuts?" Jawab beliau, "Ya, mungkin saja." Sahabat itu bertanya, "Mungkinkah seorang mukmin itu menjadi bakhil?" Rasulullah saw. menjawab, "Ya, mungkin." Sahabat itu bertanya lagi, "Mungkinkah ia menjadi pendusta." Jawab Rasulullah saw., "Tidak, seorang mukmin tidak mungkin berdusta." ( Misykat ).
Abu Bakar ra. berkata, "Jauhilah dirimu dari berkata dusta karena dusta menjauhkanmu dari keimanan." ( Sumber: Kitab Durrul Mantsur ).
Aisyah ra. berkata, "Tiada sesuatu yang lebih dibenci oleh Rasulullah saw. daripada dusta. Apabila beliau mengetahui seseorang itu telah berkata dusta, maka beliau akan merasa gelisah, sehingga beliau tahu bahwa orang itu telah bertaubat." ( Durrul Mantsur ).
Abdullah bin Umar ra. berkata, "Suatu ketika, kami bertanya kepada Rasulullah saw., "Siapakah yang terbaik di kalangan manusia?" Jawab beliau, "Setiap orang yang berhati terbuka dan lidah yang benar." Kami bertanya lagi, "Kami tahu apa itu lidah yang benar, tetapi apa maksud hati yang terbuka?" Beliau menjawab, "Hati yang terbuka ialah seorang muttaqin ( ahli takwa ), lurus ( jalan hidupnya ), tidak berbuat dosa, tidak zhalim, tidak berhasad dengki." ( Hadits Riwayat Ibnu Majah ).
Umar ra. berkata, "Kamu tidak akan mendapati seorang mukmin itu pendusta." Anas ra. berkata, "Melalui maksiat berkata dusta, seseorang itu dinafikan berpuasa pada siang hari dan bertahajjud pada malam harinya." Fudhail bin lyadh rah.a. --seorang ahli sufi yang terkenal--, berkata, "Seseorang itu tidak dihiasi begitu banyak, sebagaimana yang ia dihiasi oleh nafkah yang halal dan berkata benar." ( Durrul Mantsur ).
Uqbah bin Amir ra. berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah saw., "Jalan apakah untuk mencapai keselamatan?" Rasulullah saw. menjawab, "Jagalah lidahmu, tinggallah di dalam rumahmu ( tidak keluar tanpa suatu urusan penting ), dan tangisilah dosa-dosamu." ( Kitab Misykat ).
0 komentar:
Posting Komentar