Rabu, 28 Juli 2010

Menjaga lisan

Suatu ketika, Rasulullah saw. berwasiat kepada Mu'adz ra.. Beliau bersabda kepadanya, "Setelah kusampaikan semuanya, maukah kuberi tahu yang dengannya kamu akan mudah mengamalkan semua itu?" Sahut Muadz ra., "Tentu ya Rasulullah!" Rasulullah saw. mengisyaratkan ke arah lidahnya lalu bersabda, "Inilah ia, peliharalah ia." Mu'adz ra. bertanya, "Ya Rasulullah! Adakah kita akan dihisab disebabkan lidah kita?" Rasulullah saw. menjawab dengan balik bertanya, "Adakah sesuatu selain timbunan-timbunan ( yang disebabkan oleh lidah ), sehingga seseorang itu dicampakkan mukanya ke neraka?" ( Hadits Riwayat Hakim –Kitab Misykat ).

Maksud 'timbunan-timbunan yang disebabkan oleh lidah' adalah sebagaimana pisau sabit yang memotong rumput lalu menimbunnya di suatu tempat. Begitulah pisau lidah, yang memotong dengan ucapan lalu menimbunnya di suatu tempat, yaitu ke dalam buku catatan amalnya.

Ya! Keadaan kita sekarang ini adalah sebagaimana kita tidak mempedulikan tugas-tugas agama, seperti itulah kita tidak mempedulikan lidah kita. Lidah adalah kepentingan istimewa, sayang kita tidak dapat menjaganya. Kita mudah melemparkan berbagai tuduhan kepada lawan kita. Apa-apa yang terlintas di hati, tanpa ragu lagi akan kita tuduhkan kepada orang lain. Tanpa rasa sungkan, kita menuduh seseorang menerima suap atau mata-mata atau pengkhianat partai. Kita tidak menduga bahwa pada suatu hari kelak, kita akan dituntut untuk membuktikan tuduhan tersebut di hadapan Maha Hakim Yang Agung. Perhatikan apa yang difirmankan oleh Allah swt.,

"Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai ilmu tentangnya, ( karena ) sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan ditanya. Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini
dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan tidak akan sampai setinggi gunung. Semua itu kejahatan ( yang ditimbulkan ) nya adalah sangat dibenci di sisi Tuhanmu. Itulah
sebagian hikmah yang diwahyukan Tuhanmu kepadamu dan janganlah kamu mengadakan tuhan yang lain di sisi Allah, yang menyebabkanmu dilemparkan ke neraka dalam keadaan tercela lagi dijauhkan ( dari rahmat Allah )." ( Al-lsra: 36-39 ).
Dalam ayat ini, terdapat perintah agar berhati-hati dan berwaspada terhadap peranan mata, telinga dan hati dalam kehidupan ini. Kita telah menzhalimi diri sendiri, jika kita menuduh seseorang dengan sesuatu yang tidak ada buktinya. Menganggap wajar perbuatan menuduh, mencela, menyakiti, menyebut gila pangkat, gila harta terhadap lawan politik kita, yang berselisih pendapat dengan kita adalah sesuatu yang akan menjadi tuntutan yang berat.


Mungkinkah dengan tuduhannya itu akan menghasilkan maslahat bagi kaum muslimin menurut agama? Kita harus mengakui bahwa pendapat kita pun memiliki berbagai kemungkinan buruk, kemungkinan rugi dan kemungkinan bahaya yang juga besar. Kita pun harus mengakui bahwa kita tidak menerima wahyu yang menyatakan bahwa pendapat kita adalah jalan yang terbenar tanpa ada cacat celanya.

Jadi, pendapat-pendapat itu berkemungkinan berada di atas jalan yang salah. Walaupun kita bisa tentukan jalan yang kita pilih adalah benar, tetapi tidak wajar jika kita mengatakan kepada orang lain yang berbeda pendapat, bahwa mereka memilih jalan salah, bermaksud jahat, mementingkan diri sendiri dan tuduhan-tuduhan lainnya.

Memang, besar kemungkinan orang lain itu salah jalan. Walaupun demikian, jika kita tidak sependapat dengan seseorang karena suatu alasan yang sah, maka kita wajib menjelaskan kebenaran kepadanya dengan akhlak Islami bukan mencercanya dengan kata-kata pedas, sehingga menyakiti hati orang yang dituju, baik ia itu benar atau salah. Dan bukan dengan memfitnahnya, atau meng-ghibah di belakangnya.

"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka buat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. " ( QS Al-Ahzab: 58 ).

Suatu ketika, Rasulullah saw. berkata, "Tahukah kalian siapakah orang yang muflis ( bangkrut ) itu?" Para sahabat menjawab, "Orang yang tidak memiliki harta." Beliau bersabda, "Orang yang bangkrut dari umat ini adalah orang yang datang pada hari Kiamat dengan membawa demikian banyak pahala shalat, zakat, puasa dan ibadah lain-lainnya. Namun ia telah mengumpat orang lain, memakan harta orang lain tanpa hak, telah membunuh atau memukul seseorang. Maka sebagian pahala amal baiknya akan diambil dan yang lain mengambil yang itu. Dan apabila tidak ada lagi amal baiknya, sedangkan masih ada orang lain yang menghendakinya, maka sesuai dengan tuntutan mereka itu, dosa-dosa mereka akan dilimpahkan ke atasnya."

Itulah hakekat orang bangkrut yang sebenarnya. Betapa malang ia, dengan pahala kebajikan yang demikian banyak, pada akhirnya semua itu akan habis begitu saja, tinggallah ia tanpa suatu apapun. Sedangkan dosa-dosa orang lain malah akan dilimpahkan ke atasnya.



1 komentar:

edsoniglesia mengatakan...

MicroTouch Titanium Trimmer | TITanium Art - TITanium Art
With a trekz titanium pairing strong, high-performance men\'s titanium wedding bands graphite structure, a titanium ion color robust design, and titanium cookware great-tinted titanium ingot resistance, these T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-T-

Posting Komentar

What Does This Blog Talk? Blog ini Bicara Tentang...

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Romantico by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP