Rabu, 28 Juli 2010

Pahala Setiap Amal Tergantung Niat

Ada seseorang mengajukan pertanyaan berikut kepada Maulana Zakariyya:
Nampaknya, masalah pribadi berpengaruh besar dalam menentukan tindakan dan niat seseorang, dan terlihat seolah-olah setiap orang sedang menuruti nafsunya sendiri. Bagaimana pendapat Anda?

Jawaban Maulana:
Tidak sulit membayangkan bahwa sebagian orang memang seperti yang Anda sebutkan. Jika tidak semuanya, pasti sebagian mereka berbuat sesuatu karena tuntutan hawa nafsunya. Bila nafsu dituruti sudah tentu, akan berakibat pada kerusakan dan bencana di mana-mana. Hal ini dapat dipastikan bahwa itu sekadar alasan untuk menolak anjuran Islam. Jika kita menerima dan mentaati ajaran Islam, tentu tiada satu pun kerusakan yang dapat terjadi di dunia ini. Tidak ragu lagi, siapa yang melaksanakan amalan dan tugas agama untuk memuaskan nafsunya, maka ia sama dengan menzhalimi dirinya sendiri. Rasulullah saw. bersabda,

"Sesungguhnya ( ganjaran bagi ) setiap amal itu ( bergantung ) pada niat. Dan bagi setiap orang adalah apa yang diniatkannya."

Ketika Rasulullah saw. mengutus Mu'adz ra. ke Yaman, ia meminta Rasulullah saw. agar memberinya nasehat. Rasulullah saw. mewasiatkan agar senantiasa ikhlas dalam setiap amalan, lalu bersabda, "Perbuatan baik walaupun sedikit, jika dilakukan dengan ikhlas sudah mencukupi." Disebutkan dalam hadits lain, "Kegembiraan Allah dilimpahkan ke atas Mukhlisin ( orang-orang yang ikhlas ). Mereka seperti cahaya-cahaya hidayah. Dan melalui mereka setiap fitnah terburuk akan dihapuskan."

Sa'ad ra. -seorang sahabat terkemuka--, suatu ketika bimbang dengan amal perbuatannya. Rasulullah saw. pun memperingatkannya, "Pertolongan Allah atas umat ini melalui orang-orang yang lemah, melalui shalat mereka, doa-doa mereka dan keikhlasan mereka."

Rasulullah saw. juga bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak melihat jasad dan wajahmu, tetapi Allah hanya melihat hatimu ( yaitu niat apa yang mendasari perbuatanmu )." Allah swt. berfirman,

"Barangsiapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya akan Kami sempurnakan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dan mereka di dunia ini tidak dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak mendapatkan di akherat, kecuali neraka dan lenyaplah di akherat itu apa yang telah mereka usahakan ( di dunia ) dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan." ( Huud: 15-16 ).

Banyak hadits menjelaskan maksud ayat ini, di antaranya sabda beliau bahwa barangsiapa menjadikan maksud hidupnya hanya untuk dunia, Allah akan memberinya kesusahan atasnya dan ia akan selalu memikirkan hal-hal mengenainya. Dan barangsiapa menjadikan akherat sebagai maksud utamanya, maka Allah akan menolongnya, memenuhi hatinya dengan kecukupan, dan dunia akan menawarkan dirinya dengan keadaan hina. Menurut sebuah hadits lain, Allah berfirman, "Wahai Anak Adam! Luangkanlah waktumu untuk beribadah kepada-Ku, maka akan Kupenuhi hatimu dengan rasa cukup dan menghapuskan segala kebimbanganmu. Jika tidak, akan Kupenuhi hatimu dengan kesibukan yang berkepanjangan tanpa hilang dari pikiranmu."
Dengan demikian, mereka yang tujuan hidupnya hanya duniawi, maka segala ibadah dan usaha mereka adalah sia-sia.

Ka'ab ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Berilah kabar gembira kepada umat ini bahwa mereka akan sukses, kuat beragama, dan berkedudukan tinggi dan menguasai bumi. Namun, siapa yang beramal akherat demi mencapai keduniaan, maka tidak ada bagian baginya di akherat."

Diriwayatkan, ada seorang sahabat berkata, "Aku bangun untuk beramal shaleh dengan tujuan ridha Allah, juga agar namaku disebut ( maka di tingkat manakah aku? ). Mendengar hal ini Rasulullah saw. terdiam, sehingga turun ayat Alquran yang berikut,

"Maka barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhannya, hendaklah ia beramal shaleh dan janganlah ia mempersekutukan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya." ( Al-Kahfi: 110 ).



0 komentar:

Posting Komentar

What Does This Blog Talk? Blog ini Bicara Tentang...

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Romantico by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP