Ada sebuah hadits yang menyatakan bahwa, "Barangsiapa beramal dengan riya dan untuk kemasyhuran, maka di akherat Allah akan memasyhurkannya ( niat buruknya akan diumumkan kepada semua orang ), dan ia akan dihinakan." Rasulullah saw. pun bersabda, "Kebimbanganku yang terbesar atas umat ini adalah 'syirik Asyghar'." Para sahabat bertanya, "Apa itu syirik Asyghar?" Rasulullah saw. menjawab, "Beramal dengan riya ( ingin dilihat orang ). Pada hari Kiamat, Allah berfirman kepada orang itu, "Pergi! dan dapatkan pahala dari orang yang ingin kamu tujukkan amalanmu itu."
Berbagai hadits menjelaskan masalah ini, bahwa segala amal yang dilakukan untuk mendapat nama dan kemasyhuran atau bertujuan untuk memperoleh harta atau keuntungan duniawi tanpa diniati untuk ridha Allah, maka semuanya akan sia-sia tanpa mendatangkan manfaat apapun.
Sebelum ini, kita telah membahas tentang jihad dan menyebutkan hadits-hadits yang berkaitan dengan niat. Di sini kita akan membicarakan hadits yang berbunyi,
"Berjihad untuk mencari nama dan kemasyhuran tidak akan diterima oleh Allah."
Suatu ketika, seorang sahabat melintas di hadapan Rasululah saw. memperlihatkan kekuatan badannya serta bentuk badannya yang segar bugar. Para sahabat pun berkata, "Alangkah baiknya jika dalam keadaan seperti itu ia pergi berjihad ke jalan Allah?" Jawab Rasulullah saw., "Jika ia keluar bekerja untuk menafkahi anak-anaknya yang kecil, maka ia berjihad di jalan Allah. Jika ia keluar bekerja untuk membantu kedua orang tuanya, ia juga berjihad di jalan Allah. Dan jika ia keluar untuk menafkahi dirinya sendiri dan menyelamatkan dirinya dari memakan dan berbuat sesuatu yang haram, ia juga berjihad di jalan Allah. Tetapi jika ia keluar untuk mencari nama dan kemasyhuran agar dilihat oleh orang lain, maka ia di jalan syetan." ( Sumber: Kitab At-Targhib).
Hadits di atas dan hadits-hadits yang serupa dengannya, jelas menunjukkan bahwa berjihad di jalan Allah bukan saja terbatas pada jihad yang hakiki, atau pada amalan yang bukan wajib atau ibadah-ibadah yang tertentu. Tidak. Selain ibadah wajib dan amal-amal shaleh lainnya yang disertai dengan niat mendapat ridha Allah, semua termasuk di jalan Allah.
Siapa yang berpikir bahwa berkhidmat kepada agama hanyalah dengan sibuk beribadah, atau menganggap bahwa terjun dalam urusan yang mubah itu bertentangan dengan agama, maka sebenarnya ia telah melakukan kekeliruan besar. Tiada seorang pun dari kalangan ulama mu'tabar yang berkata kepada seseorang, jangan mencari nafkah atau tinggalkan sama sekali. Sebenarnya, masalah yang terpenting adalah jangan menjadikan mencari duniawi sebagai tujuan hidup. Hendaklah kita mencari nafkah semata-mata untuk mendapat ridha Allah. Jangan melakukannya untuk mendapatkan kemasyhuran, kedudukan, kebanggaan, keangkuhan atau untuk diperlihatkan kepada orang lain.
Dengan demikian, terdapat gambaran sebaliknya yang juga salah dan bertentangan dengan ajaran Islam, yaitu menuduh setiap orang melakukan sesuatu untuk 'maksud pribadi' dan 'menuruti tuntunan hawa nafsunya sendiri'.
"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka,sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan jangan kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing ( mengumpat ) sebagian yang lain..." ( Al-Hujurat: 12 ).
0 komentar:
Posting Komentar