Kamis, 29 Juli 2010

Ulama Palsu

Dalam setiap bidang kerja, Anda tentu senang jika pekerjaan itu dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang tersebut. Misalnya, ketika mendirikan rumah, tentu tukang batu akan diupah untuk kerja tersebut. Apabila kunci perlu diperbaiki, maka tukang kuncilah yang mengerjakannya. Tidak mungkin seseorang itu bergantung pada kemampuan dirinya saja. Mungkin seseorang itu sangat mampu dan cerdas, tetapi dalam urusan pengadilan ia tetap harus melantik seorang pengacara. Mungkin Anda sangat berkemampuan untuk mendirikan rumah, namun tetap memerlukan pekerjaan tukang.

Dalam urusan duniawi kita menyadarinya, sedangkan dalam hal agama kita memandang remeh dan memandang murah ilmu agama, sehingga siapapun yang sedikit tahu atau sekadar mampu berceramah di depan umum, tiba-tiba saja ia dianggap ahli dalam bidang syariat agama, pakar pengkajian dan menguasai umat? Apa jadinya, jika ia menetapkan hasil kajiannya seraya menolak pandangan Al Qur’an dan hadits? Apa jadinya jika kesepakatan para ulama ditolak olehnya?

Jika ada bantahan atau penolakan terhadap 'ulama' seperti mereka, biasanya datang dari pihak ulama lagi. Dan ucapan-ucapan beracun serta tuduhan palsu yang ditujukan kepada ulama oleh 'alim ulama gelaran' instan' ini semata-mata untuk memalingkan hati masyarakat awam dari ulama yang sebenarnya. Hal ini sangat dipahami, sebab hanya alim ulama yang dapat membongkar penafsiran dan penyelewengan 'ulama' yang menyimpang dari kebenaran, sehingga para 'ulama' itu akan menentang ulama ahli hak, memusuhinya dan mereka akan terus menentangnya.
Mengenai mereka, Rasulullah saw. bersabda, "Yang paling kutakuti diantara kalian ialah munculnya para munafik yang pandai bersilat lidah." (At-Targhib).

Demikianlah mereka, melalui kelihaian ucapan dan tulisan mereka, mereka menyesatkan orang-orang yang terpikat dengan mereka. Pada saat yang sama, mereka mencemooh dan mempermainkan setiap bagian agama, kemudian mereka dianggap pakar agama.

Pada masa Khalifah Umar bin Khattab ra., beliau telah menentukan para ahli dalam setiap bidang agama. Ketika beliau berkhutbah di Jabiyah, beliau membuat pengumuman, "Barangsiapa ingin mengetahui mengenai Al Qur’an, maka temuilah Ubay bin Ka'ab. Dan barangsiapa ingin mendapat jawaban mengenai warisan, maka temuilah Zaid bin Tsabit. Dan barangsiapa ingin mengetehui hukum-hukum fiqh, maka temuilah Mu'adz bin Jabal. Dan barangsiapa ingin mendapat bantuan uang dari Baitul Mal, maka temuilah aku, karena Allah telah melantikku sebagai pemerintah dan pembagi harta." ( Kitab Majamaul Zawaid ).

Pada zaman tabi'in, mereka biasa membentuk jamaah-jamaah khusus yang pakar dalam berbagai disiplin ilmu agama, sehingga terbentuk kumpulan muhaditsin ( ahli-ahli hadits), fuqaha ( ahli-ahli fiqh ), mufassirin ( ahli-ahli tafsir Al Qur’an ), ahli tasawuf, dan pendakwah dan penceramah. Bandingkan dengan keadaan pada hari ini; Seseorang yang sedikit mengetahui bahasa Arab, ia langsung merasa dirinya sebagai orang yang menguasai semua cabang ilmu agama peringkat tinggi. Bahkan jika ia pandai menulis atau dapat berceramah selancar air, ia menganggap dirinya sebagai pakar rohani, atau ia tempatkan dirinya sebagai penafsir Al Qur’an menurut pendapat-pendapatnya yang baru yang tidak pernah terdengar sebelumnya penafsiran semacam itu dari alim ulama terdahulu. Dia sama sekali tidak peduli, apakah pendapat-pendapatnya itu didukung oleh wali-wali Allah dan alim ulama shalihin yang dahulu atau tidak. Ia tidak peduli, apakah pandangan dan penafsirannya bertentangan dengan hadits-hadits Rasulullah saw. atau tidak. Orang seperti ini, hanya menafsirkan Al Qur’an dan hadits menurut selera dan hawa nafsunya sendiri dan tanpa ragu berpendapat dari apa yang muncul di otaknya. Ia sangat meyakini kebenaran pendapat mereka, sehingga orang-orang pun tidak berani membuktikan kesalahan dan penyimpangan mereka.

Jika ada orang yang membantah mereka, bahwa penafsiran mereka itu bertentangan dengan ajaran alim ulama terdahulu, maka pembantah itu akan dicap sebagai orang yang picik, berwawasan sempit, tidak berpengetahuan, dan sebagainya. Sebaliknya, orang yang menyatakan bahwa ajaran-ajaran alim ulama dahulu itu kuno, lalu ia membawa tafsiran-tafsiran baru yang lucu, maka orang-orang seperti ini akan disanjung dan dipuji sebagai pentahqiq agama. Simaklah sabda Rasulullah saw. yang menyatakan, "Barangsiapa menafsirkan Al Qur’an menurut pendapatnya sendiri, berarti ia melakukan kesalahan walaupun pendapatnya itu benar." ( Majmaul Zawaid ).

Justru, pada zaman ini orang-orang telah berani menyisihkan pendapat dan ajaran alim ulama dahulu lalu mengemukakan pendapat mereka sendiri yang baru dan sangat bertentangan. Sudah luka, lalu ditetesi asam di atas luka itu. Lucunya, mereka menasehati alim ulama, agar jangan membuat perpecahan dan pertentangan di kalangan umat! Mereka menasehati alim ulama agar bersabar jangan sampai mudah menfatwakan hukum fasik atau kafir terhadap seseorang, namun sulit Anda jumpai orang yang mau menasehati mereka 'orang-orang yang jiwanya bercahaya' agar bersabar jangan sampai menolak konsep Nubuwwah dan menolak Al Qur’an serta hadits. Pada hari ini, siapakah yang berani menasehati mereka yang menyatakan penolakan kewajiban shalat dan puasa, karena dianggap sebagai ibadah yang tidak masuk akal? Siapakah yang berani mencegah mereka yang telah menghina pribadi Rasulullah saw. dan para sahabat ra.? Siapakah yang berani mencegah mereka yang berkoar-koar mengumumkan kepada dunia bahwa imam-imam mujtahid itu sesat dan menyesatkan orang lain? Ada apa ini?

Bahkan ada yang lebih berani lagi, yaitu orang-orang yang terang-terangan menyatakan bahwa hukum-hukum Islam itu sudah tidak relevan dan tidak praktikal dengan perkembangan zaman. Mereka menafikan beberapa ketentuan agama secara keras. Mereka berani mempermainkan segala sesuatu yang berunsur agama dan segala sesuatu yang suci di sisi kaum muslimin. Dan bersamaan dengan itu, mereka masih menganggap diri mereka sebagai seorang muslim yang kuat beragama!!? Dan yang lebih parah lagi, para ulama yang menentang ketidakberesan ini malah dituduh menabur benih perpecahan di kalangan umat, musuh Islam, pembunuh harapan kaum muslimin, pengkafir orang lain, dan sebagainya.




0 komentar:

Posting Komentar

What Does This Blog Talk? Blog ini Bicara Tentang...

Lorem Ipsum

  © Blogger templates Romantico by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP